REFLEKSI HARDIKNAS 2020
Indonesia
kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional pada tahun 2020. Peringatan yang
memiliki sebuah pesan HARDIKNAS di tengah pandemic COVID 19. Sebuah warna
karena para pelaku pendidikan mulai dari guru, siswa, mahasiswa, dosen dan
tenaga kependidikan bekerja dari rumah ditengah pandemic covid 19. Sebuah
sejarah perjalanan kehidupan manusia modern yang harus diikuti dan dilakukan
dari gerakan bekerja atau belajar di sebuah ruang kelas berganti menjadi
belajar di rumah. Teknologi berganti menjadi daring, suasana kelas berganti
manjadi model virtual. Suasana kebatinan berganti menjadi suasana virtual
ditengah pandemic covid 19.
Memperingati
Hardiknas memang berbeda dari tahun sebelumnya, Pemerintah saat ini mengusung
tema yang cukup mengingatkan kita tentang pandemic covid 19. Tema itu Belajar
dari COVID 19 memberikan kesan dan makna kita diingatkan untuk belajar dari
masalah pandemic COVID 19 yang telah mengubah tatanan kita sebagai sebuah
bangsa. Dan mengubah pandangan yang selama ini ada ditengah kehidupan
masyarakat. Maka peringatan dari COVID 19 menjadi bahan pembelajaran dan
momentum memberikan warna bagi perubahan kehidupan.
Sebenarnya
refleksi dengan tema tersebut hanyalah hal yang biasa. Karena berdasarkan
Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020 disampaikan melalui surat Nomor
42518/MPK.A/TU/2020, ter tanggal 29 April 2020 dan ditandatangani oleh
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Dalam pedoman tersebut, Kemendikbud meniadakan
penyelenggaraan upacara bendera yang biasanya dilakukan satuan pendidikan,
kantor Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta perwakilan pemerintah
Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Namun demikian, Kemendikbud tetap
menyelenggarakan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2020 pada tanggal 2
Mei 2020 secara terpusat, terbatas, dan memerhatikan protokol kesehatan
pencegahan penyebaran Covid-19. Adapun tema Hardiknas 2020, yaitu “Belajar dari
Covid-19”. Keterangan ini, pada satu sisi menunjukkan dampak jauh dari Wabah,
namun disisi yang lain menunjukkan daya responsi dunia pendidikan.
Hari
Pendidikan Nasional diperingati masyarakat Indonesia setiap tahunnya pada
tanggal 2 Mei. Tanggal 2 Mei tersebut juga bertepatan dengan hari ulang tahun
Ki Hajar Dewantara, pahlawan nasional yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan
Nasional. Melansir situs Patikab, peringatan Hardiknas tersebut ditetapkan
setelah adanya Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959 tertanggal 28
November 1959. Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten
Pakualaman di Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti
Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten
Mangkunegaran. Pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 2 Mei 1889, ini dikenal
sebagai pencetus Taman Siswa dan jargon terkenal Ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Hari
Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, yakni bertepatan dengan
hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah pahlawan nasional di
indonesia yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Ki
Hadjar Dewantara berperan penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Ia
mendirikan Perguruan Taman Siswa yang menjadi tempat bagi penduduk pribumi
biasa untuk dapat menikmati pendidikan yang sama dengan orang-orang dari kasta
yang lebih tinggi. Hal ini karena pada masa penjajahan Belanda, pendidikan
adalah hal yang sangat langka dan hanya untuk orang terpandang (keluarga
priyayi) dan orang asli Belanda yang diperbolehkan untuk mendapatkan
pendidikan.
Beliau
juga terkenal dengan tulisannya yang menyebabkan beliau sering terlibat dalam
masalah dengan Belanda. Hal ini karena tulisan-tulisannya yang tajam yang
ditujukan untuk mengkritik pihak Belanda. Tulisannya yang terkenal adalah Als
Ik Eens Nederlander Was yang berarti Seandainya Saya Orang Belanda. Beliau pun
akhirnya diasingkan ke Pulau Bangka oleh pihak Belanda. Tulisan tersebut
menyinggung pemerintah Belanda yang menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di
negeri yang telah dirampas sendiri kemerdekaannya. Pesta-pesta tersebut bahkan
dibiayai oleh bangsa yang telah dirampas kemerdekaannya. Beberapa dari pejabat
Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara karena
gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisan sebelum ini. Walaupun benar ia
yang menulis, para pejabat Belanda menganggap bahwa Douwes Dekker berperan
dalam memanas-manasi beliau untuk menulis dengan gaya demikian.
Oleh
karena itu kita memperingati ada beberapa pemahaman tentang memperingati
memiliki 3 arti. Memperingati berasal dari kata dasar ingat. Memperingati
adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang
sama tetapi maknanya berbeda. Memperingati memiliki arti dalam kelas verba atau
kata kerja sehingga memperingati dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia mem•per•i•ngati mengadakan suatu kegiatan (seperti
pe-rayaan, selamatan) untuk mengenangkan atau memuliakan suatu peristiwa:
didirikan sebuah tugu untuk ~ jasa-jasa para pahlawan; 2 mencatat (dalam buku
catatan): dia selalu ~ kata-kata yang sukar dalam buku yang khusus itu; 3
memberi peringatan (teguran, nasihat) supaya ingat akan kewajiban dan
sebagainya: Ibu ~ pesan Ayah kepada anak-anaknya untuk berdoa sebelum tidur
Dasar
itulah merupakan bagaimana kita mampu untuk belajar dan terus belajar
memperbaiki diri dan mau berubah. Ketika kita memperingati perisiwa itu berarti
kita harus ingat perjuangan dan ideologis yang ingin dicita-citakan. Perjuangan
yang ingin dikembangkan ditengah kehidupan masyarakat luas. Pendidikan adalah
proses sarana pengembangan sosialisasi dan karakter diri serta pengembangan
diri ke arah yang lebih baik.
Ketika
perjuangan Ki Hajar Dewantara telah usai pada zamannya, maka ruh pemikiran itu
tetap dilanjutkan pada masa saat ini. Ketika dulu beliau mengatakan dalam
tulisannya Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti Seandainya Saya Orang
Belanda. Dulu secara tulisan itu berandai saya orang belanda yang dapat hidup
mewah, berfoya-foya, bersenang-senang di bawah penderitaan rakyat Indonesia
yang sedang di jajah. Sehingga mengakibatkan adanya kemiskinan dan kebodohan
yang melanda Nusantara.
Ki
Hadjar Dewantara dikenal dengan slogannya yang luar biasa. Slogan yang
diciptakannya menggunakan Bahasa Jawa, yakni “Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Slogan tersebut berarti sebagai
berikut “Di Depan menjadi Contoh atau Panutan, Di Tengah Berbuat Keseimbangan
atau Penjalaran, dan Di Belakang Membuat Dorongan atau Mendorong”. Semboyan
tersebut menciptakan semangat berpendidikan yang tinggi bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bagi guru-guru di Indonesia untuk meneledani
sosok Bapak Pendidikan Nasional yang telah memberi dampak positif terhadap bangsa
Indonesia. Hal ini karena di tangan para gurulah nasib para penerus generasi
bangsa dan tanggung jawab kemajuan pendidikan di Indonesia salah satunya
dipengaruhi oleh para guru. Pastinya guru harus berkontribusi dalam hal positif
dan ikut serta menyalurkan kemampuan di dalam bidang pendidikan seoptimal
mungkin.
Hari
ini terminology itu terbalik hidup di zaman yang serba instan dan serba wah.
Hidup di zaman milineal tentunya harus lebih baik. Tidak terjadi dikotomi dalam
kehidupan masyarakat semua hidup dalam kebhinekaan dan keberagaman sebagai
sebuah bangsa. Pendidikan harus menjadi ruh akan adanya perbaikan dan perubahan
cara hidup serta pola piker yang modern dan berkemajuan. Inilah yang merupakan
jadi modal dasar perbaikan pendidikan di era milineal. Paradigma juga harus
diubah untuk memberikan warna karakter pendidikan di Indonesia.
Jika
ditarik mundur pada masa colonial pendidikan di Indonesia bermula dari Politik
etika atau balas budi yang dikembangkan oleh Van De venter. Trilogi Van de
Venter yaitu suatu trilogy didalamya berisi suatu ajaran emigrasi, edukasi, dan
iragasi. Ajarah van de venter membuka ruang adanya paradigma pergerakan
nasional di Indonesia. Berikut juga gagasan untuk membuka sekolah rakyat
seperti Taman Siswa, Sekolah Muhammadiyah, kautaman istri dan organisasi
lainnya.
Artinya
semangat membangun pendidikan yang berkarakter dan bermartabat sudah sejak dari
zaman kolonial Belanda. Pemberantasan kebodohan juga telah termaktub dalam teks
pembukaan UUD 1945. Dan pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan sudah
diakomodir oleh Maklumat UUD 1945. Diejawantahkan melalui UU Pendidikan
Nasional dimana dikatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ada
beberapa hal bagaimana kita memperbaiki diri dan membangun diri. Perlu Belajar
dari COVID 19 dimana setiap orang dibatasi pergerakan sosialnya. Di batasi
untuk memutus rantai persebaran COVID 19. Maka selaras dengan tema Hardiknas
2020 adalah Belajar dari COVID 19 ada beberapa hal menurut hemat penulis untuk
membangun karakter:
1.
Cara
pandang yang perlu di ubah dari sikap dan pola hidup masyarakat. Mengubah cara
pandang dan pola hidup itu tidak mudah untuk dijalankan. Perlu ada kesadaran
yang utama dalam mengubah cara pandang dan pola piker serta sikapnya. Mengubah
pola pandang dan pola piker hidup sehat atau hidup bersih kembali diajarkan
pada masa masa COVID 19. Pola kerja dan pola belajar diubah juga pada masa covid
19. Berdagang pun mulai digalakkan dengan system daring atau online. Pola
ibadah pun juga bergeser ke rumah. Semuanya mengalami pergeseran dan
pembelajaran pada masa COVID 19. Yang paling penting cara pandang pola mendidik
anak yang selama berpusat kepada Guru berganti berpusat ke Orang tua. Ini yang
menjadi catatan dalam dunia pendidikan. Kesiapan orangtua menangani pola
pendidikan anak yang selama diserahkan ke sekolah melalui Guru untu membimbing
berganti penuh orangtua yang menggantikan peran guru. Guru pun membuka pola
pengajaran melalui model daring atau online. Sangat sulit memang tapi cara
pandang diubah, perlu disediakan perangkat yang mendukung untuk keberhasilannya.
2.
Orieintasi
pada ilmu pengetahuan. Artinya kita kembali kepada teks ilmu pengetahuan dalam
bersikap dan bertindak bukan hanya mengandalkan otot saja. Orintasi Hakikat ilmu dari segi ontologis adalah
tentang apa dan sampai mana pencapaian ilmu. Hakikat ilmu , yaitu dalam istilah
bahasa arab 'ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu
merupakan pengetahuan khusus di mana seseorang mengetahui penyebab sesuatu dan
mengapa. Ilmu bersifat metodis, yaitu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas.
Ilmu menjadi sandaran dalam berperilaku dan bertindak. Kembali ke dasar ilmu
pengetahuan memberikan arti peruabahan itu ada dasarnya.
3.
Visualisasi
ide dan gagasan narasi itu dengan cara yang baik. Ada Pengungkapan gagasan atau
perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta,
grafik, dan sebagainya. Sehingga terbangun suatu narasi yang dapat diwujudkan
secara bersama. Misalnya selama ini rapat atau diskusi bisa menggunakan daring,
4.
Internalisasi
pemahaman nilai dan karakter bersama. Artinya mewujudkan suatu gerak secara
bersama untuk membangun karakter kebangsaan, karakter diri dengan semangat
memberi dan merasakan akan adanya dampak COVID 19. Pendidikan dalam arti
menumbuhkan kesadaran warga untuk peka terhadap lingkungannya. Peka terhadap
derita dan musibah yang ada. Tetap untuk tetap beraktifitas di rumah saja
kecuali ada yang penting.
5.
Dedikasi
untuk tanggung jawab kepada bangsa dan Negara.
Itulah
beberapa hal berkaitan dengan pendidikan pada zaman milineal dengan Belajar
dari COVID 19. Diharapkan menjadi catatan dan perbaikan setelah pandemic.
Apalagi peringatan HARDIKNAS pas bulan suci Ramadhan sebagai bulan madrasah
penbentukan karakter diri. Smoga kita terus belajar sepanjang waktu sepanjang
hayat.
Komentar
Posting Komentar