RANGKUMAN KERAJAAN MARITIM
https://forms.gle/aRPQH4qv9pLkNw6n7
https://bit.ly/kerajaan-maritim-islam-11ips
Setelah masa kejayaan kerajaan
maritim Hindu-Budda, perlahan berbagai kerajaan Hindu-Buddha tersebut mengalami
kemunduran dan akhirnya runtuh. Kemunduran ini disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu; banyaknya pemberontakan perebutaan kekuasaan didalam kerajaan, serangan
dari kerajaan lain, dan penganti raja berikutnya tidak memiliki kecakapan yang
lebih baik dari pendahulunya. Secara berangsur-angsur melemahnya kekuasaan
kerajaan maritim masa Hindu-Buddha, membuat banyak daerah yang semula berada
dalam kekuasaannya, mulai melepaskan diri. Pada akhirnya kerajaan tersebut runtuh
dan punah. Runtuhnya Kerajaan Majapahit diikuti tumbuhnya kerajaan maritim
baru, yang semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Masuknya ajaran
Islam ke Indonesia menandai dimulainya era baru bagi kerajaan maritim bercorak
Islam. Dengan masuknya ajaran agama Islam, banyak raja-raja yang berpindah
memeluk agama Islam. Oleh karena itu, bentuk kerajaan dan sebutan bagi raja
menjadi berubah. Dari kerajaan menjadi kasultanan, dan sebutan raja berganti
menjadi sultan
Berkaitan dengan pembawa agama
Islam ke Indonesia belum diketahui pasti bangsa yang membawa ke Nusantara,
tahun pertama kali islam masuk serta tokoh yang membawanya. Meskipun demikian
ada beberapa teori yang mencoba menganalisi tentang bangsa yang membawa Islam
ke Nusantara disertai dengan fakta-fakta sejarah berupa artefak dan kebudayaan pada
masa dulu. Pengetahuan tentang teori tersebut harus diberikan kepada siswa supaya
siswa mengetahui dan dapat mengambil kesimpulan tentang bangsa pembawa Islam ke
Nusantara
Islam sudah ada di Indonesia
sejak awal sekali, bahkan pada tahun 1267 sudah berdiri kerajaan Islam di
Nusantara, yaitu kerajaan Samudera Pasai, dan di Jawa telah ditemukan nisan
seorang beragama Islam, atas nama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082.
Namun selama ratusan tahun, Islam
tidak bisa menyebar, dan hanya terbatas dipeluk di kota-kota pelabuhan saja.
Baru pada tahun 1400-an, Islam berkembang secara pesat dan mulai banyak
didirikan kerajaan-kerajaan Islam. Berkembangnya Islam di Indonesia pada abad
ke 15 M ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah perdagangan dan pelayaran antar
benua yang berlangsung pada masa itu.
Fenomena ini mengundang banyak
penelitian dan beberapa sejarawan mengemukakan toeri yang menjelaskan bagaimana
akhirnya Islam bisa menyebar di Nusantara. Ada berbagai teori persebaran Islam yang
dicetuskan para sejarawan.
1. “Teori Tiongkok” oleh
Slamet Muljana. Teori ini berpendapat bahwa persebaran Islam tak lepas dari
peranan para saudagar Tiongkok yang saat itu banyak yang beragama Islam. Tak
kalah penting adalah kunjungan dari Laksamana Cheng Ho (Zheng He), seorang
laksamana Dinasti Ming yang beragama Islam, dan diiringi oleh banyak pengiring
yang juga beragama Islam. Teori ini juga berpendapat bahwa Wali Songo merupakan
para keturunan saudagar Tionghoa. Teori ini berlawanan dengan pandangan umum
bahwa Wali Songo adalah keturunan orang Arab atau Asia Tengah. Karena
kontroversi ini, buku Slamet Muljana pernah dilarang di masa pemerintahan
Suharto.
2. “Teori Gujarat” oleh Snouck
Hurgronje dan J. Pijnapel Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk dibawa oleh
saudagar dan ulama dari Gujarat, India, serta juga dari wilayah pelabuhan lain
di India seperti Malabar dan Bengala. Teori ini dibuat berdasaran bahwa Islam
di Indonesia yang berkembang di masa awal abad 15 ini, sama dengan Islam
yang berkembang di India, yaitu Islam yang bercorak sufistik (dipengaruhi
aliran Sufi). Namun teori ini juga memiliki kelemahan, karena umat Muslim di
Indonesia menganut mazhab Syafii, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut
mazhab Hanafi.
3. “Teori Persia” oleh
Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat Menurut teori ini Islam yang masuk
di Indonesia pada abad ke 7 Masehi adalah Islam yang dibawa kaum Syiah, Persia.
Teori ini dibuat karena adanya adat di beebrapa daerah yang terpengaruh budaya
Iran, seperti bentuk batu nisan dan budaya Tabuik di Minangkabau. Namun, Teori
ini memiliki kelemahan yaitu pada masa itu Iran bukan meruakan pusat persebaran
Islam
4. “Teori Arab” oleh van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka. Berdasarkan teori
ini, Islam masuk pada abad ke 7 Masehi, di Pantai Timur Sumatera melalui para
ulama dari Damaskus, Syiria, yang merupakan pusat Dynasti Umayyah. Teori ini
didukung fakta bahwa madzhab yang populer di Indonesia, khususnya di Samudera
Pasai adalah madzhab Syafii yang juga populer di Arab dan Mesir. Kemudian
adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang hanya lazim
ditemui pada budaya Islam di Mesir. Namun teori ini kurang mendapat bukti yang
menjelaskan peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia Simak
lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id
Proses persebaran Islam di
Nusantara, ada beberapa jalur yang digunakan. Jalur-jalur tersebut menyesuaikan
dengan budaya timur yang mengedepankan keramahtamahan. Sehingga memudahkan Islam
untuk masuk dan berkembang di Nusantara. Berikut proses islamisasi nusantara Saluran
Penyebar Islam di Nusantara
· Saluran Perdagangan : Hubungan dalam
perdagangan menciptakan sebuah interaksi kuat dengan penduduk asli Nusantara.
Interaksi yang kuat itu muncul karena para pedagang juga membangun sebuah
pemukiman dan berinteraksi dengan penduduk asli. Dari interkasi itu kemudian
muncul pengaruh yang kuat dari satu pihak pada pihak lainnya. Pengaruh ini
kemudian menjadikan pergeseran dalam system kehidupan bermasyarakat di
Nusantara. Jika sebelumnya mereka menganut kepercayaan Hindu-Budha, masyarakat
Nusantara kemudian beralih menganut Islam.
· Saluran Pernikahan: Saluran Islamisasi melalui
perkawinan pada awalnya terjadi antara pedagang asing dengan wanita pribumi.
Wanita pribumi yang menikah dengan pedagang asing sebagian besar berasal dari
golongan bangsawan. Hal ini terjadi karena para pedagang dianggap memiliki
status social yang lebih tinggi, terlebih jika dilihat dari segi ekonomi.
Sebelum melangsungkan pernikahan wanita pribumi disyaratkan untuk masuk islam
terlebih dahulu.
· Saluran Tasawuf: Ajaran islam dalam bentuk
tasawuf yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan
ajaran yang telah merasuk dalam alam pikiran mereka yaitu Hindu-Budha, sehingga
ajaran Islam yang baru masuk mudah dimengerti dan diterima.
· Saluran Pendidikan: Untuk memperdalam ajaran
agama Islam, para ulama kemudian membuat pondok-pondok pesantren. Di pesantren,
orang-orang belajar agama dari berbagai kitab. Setelah dianggap mampu oleh sang
kyai, mereka disarankan untuk keluar dari pondok pesantren dan diharuskan untuk
berdakwa menyebarkan agama islam.
· Saluran Kesenian: penyebar agama islam mencoba
memasukkan ajaran islam melalui kesenian yang sudah ada.
· Saluran Politik: Ketika seorang raja telah
beragama Hindu atau Budha, maka rakyat akan mengikuti agama yang anut oleh
raja. Begitu juga dengan penyebaran Islam di Nusantara.
Sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti bangsa pembawa ajaran Islam ke Nusantara. Untuk menjawab
ketidakpastian tersebut muncul teori-teori yang menyebutkan bangsa pembawa Islam
ke Nusantara, diantaranya adalah teori anak benua India, Teori Arab, Teori
Persia, Teori China. Teori anak Benua India adalah Teori yang menyebutkan bahwa
Islam dibawa masuk ke Nusantara oleh bangsa yang tinggal di anak Benua India
(Gujarat, Malabar, Coromandel, Bengal). Pendukung teori ini adalah Pijnapel,
Snock Gurgonje dan Moquute. Teori Arab adalah teori yang menyebutkan bahwa
Islam dibawah secara langsung oleh Bangsa Arab, pendukung teori ini diantaranya
T.W. Arnod. Crawud dan Buya Hamka.Teori Persia adalah teori yang menyebutkan
bahwa islam dibawa ke Nusantara oleh bangsa Persia, pendukung teori ini adalah Hoesain
Djajadiningrat. Teori China adalah teori yang menyebutkan bahwa Islam dibawa ke
Nusantara oleh bangsa China, pendukung teori ini adalah Sumanto Al-Qurtubi.
Fakta sejarah yang digunakan untuk mencetuskan teori-teori tersebut sebagian
besar didasarkan pada artefak sejarah berupa batu nisan, dan Madzab yang
digunakan oleh pemeluk agama islam di Nusantara dengan mazdab dibeberapa Negara
tempat islam berkembang.
Ketika islam mulai masuk ke Nusantara Islam bisa
dikataka berkembang dan dapat diterima dengan mudah, hal ini disebebakan karena
proses islamisasi dilaksanakan dengan damai dan ketenangan. Saluran-saluran
proses islamisasi tersebut diantara adalah dengan cara berdagang, dengan cara
penikahan yaitu menikahi wanita atau pria penduduk Nusantara, saluran kesenian,
saluran politik. Proses islamisasi yang berlangsung damai memperkaya peradaban
Nusantara. Peradaban yang sebelumnya telah ada sebelum Islam datang tidak
dihilangkan pasca islam mulai menjadi agama masyoritas di Nusantara. Peradaban
yang ada kemudian dikombinasikan dengan peradaban Islam (beralkulturasi).
Peradaban Nusantara yang beralkulturasi dengan peradaban Islam diantara adalah
bangunan peribadatan (Masjid), Kesenian (Seni rupa dan seni sastra), Sistem
Pemerintahan, Sistem Kalender. Proses islamisasi melalui saluran perdagangan
semakin memajukan jalur perdagangan laut di nusantara.Bahkan pasca Malaka
dikuasai oleh Portugis, para pedagang mampu menciptakan jalur alternative baru
untuk mencapai wilayah Nusantara
Menurut sejarah, agama Islam
pertama kali masuk ke Nusantara sejak akhir abad ke-6 Masehi, lalu kian
berkembang lewat kemunculan kerajaan Islam. Kerajaan Islam di Indonesia berjaya
sejak abad 13 Masehi karena dipengaruhi oleh jalur perdagangan dari Timur Tengah,
India dan negara lainnya.
Berikut, ulasan ringkas Kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia.
1. Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan
Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berada
di Kabupaten Lhokseumawe, Aceh Utara dan berdiri sejak tahun 1267- 1521. Sultan
Malik Al-Saleh menjadi pendiri sekaligus raja pertama Samudera Pasai yang kerajaan
Islam tertua di Indonesia.
2. Kerajaan Demak Selain di Aceh,
kerajaan Islam muncul di Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak didirikan oleh
Raden Fatah pada 1478. Kerajaan Demak memberikan peran besar dalam peradaban
Islam di Jawa. Selama berdiri, Kerajaan Demak dipimpin oleh 5 raja yakni: Raden
Fatah, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawata dan Arya Penangsang.
3. Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan ini didirikan di Banda Aceh pada
1496. Pemimpin pertama Kerajaan Aceh Darussalam yakni Sultan Ali Mughayat Syah.
Kerajaan Aceh Darusalam vokal menunjukkan perlawanan terhadap imperialisme
Eropa. Sementara ketika berjaya, kerajaan Islam ini juga dikenal menjadi
pengasil lada terbesar.
4. Kerajaan Islam Banjar Raden
Samudra mendirikan kerajaan Islam bertama di Kalimantan bernama Kerajaan Banjar
pada 1520. Setelah wafat, tahta Raden Samudra digantikan oleh Sultan
Rahmatullah.
5. Kerajaan Mataram Islam Jejak
peradaban Islam juga ditemukan di Kota Yogyakarta dengan kemunculan Kerajaan
Mataram. Kerajaan tersebut berdiri sejak 1582 di Kotagede. Tercatat, ada 6 raja
yang pernah memimpin Kerajaan Mataram. Salah satunya Raden Mas Rangsang (Sultan
Agung) yang berhasil membawa Kerajaan Mataram di puncak kejayaan.
6. Kerajaan Pajang Kerajaan
Pajang merupakan penerus dari Kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Jaka
Tingkir pada tahun 1568 di Kelurahan Pajang, Kota Surakarta. Kerajaan Pajang
berkuasa dalam waktu cukup singkat dari 1548-1586.
7. Kerajaan Cirebon Raden
Fatahillah mendirikan Kerajaan Cirebon pada 1522. Kerajaan itu mencapai puncak
kejayaan semasa kepemimpinannya. Kemudian setelah wafat, tahta Raden Fatahillah
berganti kepada putranya, Pangeran Pasarean.
8. Kerajaan Maluku Kerajaan
Maluku atau yang dibiasa disebut Kesultana Ternate pertama kali berdiri pada
1257. Kerajaan tersebut didirikan oleh Baab Mashur Malamo yang memiliki peran
besar di kawasan timur Indonesia.
9. Kerajaan Gowa Kerajaan Gowa
berdiri sejak tahun 1300-1946. Raja pertama kerajaan Islam ini adalah Sultan
Hasanuddin. Sementara raja terakhir Kerajaan Giwa adalah Sultan Muhamamd Abdul
Kadir Aiduddin.
10. Kerajaan Buton Kerajaan Buton
berada di Sulawesi Tenggara. Kerajaan ini resmi menjadi kerajaan Islam pada
masa pemerintahan Sultan Murhum Kaimudin Khalifatul Khamis atau Raja Buton
ke-6.
Komentar
Posting Komentar