kebersamaan keluarga dalam wabah covid 19
Hampir 2 minggu kami di rumah beragam kegiatan kami lakukan dirumah mulai dari bekerja,belajar, olahraga dan memasak serta membersihkan rumah. Kegiatan yang memang jarang dilakukan oleh setiap orang pada masa wabah covid 19. Senangnya kami berkumpul bersama membangun asa dan kebersamaan dengan keluarga tercinta. Sebelum wabah covid 19 kebersamaan ini hanya ditemui pada saat tertentu saja tapi pada masa COVID 19 kebersamaan kami lakukan sepanjang hari.
Keluarga adalah elemen penting dalam membangun karakter pribadi dan utama. Di keluarga dahulu diajarkan karakter pembiasaan diri dan penanam karakter kebaikan. Mulai dari diajarkan sholat, membaca quran, membersihkan rumah serta mencuci piring semua dikerjakan dari rumah. Rumah menjadi madrasah yang utama dan pertama untuk tumbuhnya generasi Insani dan humanis. Ibu dan bapak adalah guru untuk anak-anaknya yang pertama. Jadi anak akan menjadi manusia paripurna berasal dari keluarga yang tangguh.
Ketika zaman telah berubah peran keluarga jadi berkurang dalam proses pendidikan karaktet dan penanam nilai. Keluarga sudah berganti dan tak berperan dalam hal penanam karakter berganti di media sekolah yang utama menjadi pembinaan karakter. Sekolah menjadi acuan saat ini menjadi orang yg pintar dan cerdas. Sekolah menjadi acuan penanam norna dan nilai perilaku. Padahal waktu disekolah hanya sepertiga waktu selebihnya lebih banyak di rumah dan keluarga.
Covid-19 telah menghantam banyak aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Selain mereka yang terjangkit, pengaruh paling signifikan adalah kerugian ekonomi yang diderita oleh para pekerja sektor informal karena mereka terpaksa berhenti atau omzet yang berkurang akibat para konsumen menahan diri untuk keluar rumah. Sementara di sisi lain, kebutuhan harian dasar tak dapat ditunda.
Ketika COVID 19 harusnya menjadi perhatian kita bahwa beban belajar itu perlu diselaraskan dan keseimbangkan bahwa sekolah merupakan transfer ilmu pengetahuan dan penanam karakter penting ada dirumah. Guru dirumah adalah orangtua yg mendidik dan mendampingi anak-anak generasi penerus. Orangtua menjadi figur untuk mengembalikan identitas karakter nilai yang hilang. Beban pendidikan harus dikembalikan kepada orangtua dan keluarga sebagai pewaris peradaban dan nilai karakter. Sekolah sebagai transfer ilmu pengetahuan atau pembuka jendela pemgetahuan. Hal ini sangat
diperlukan mengingat keluarga memiliki peran penting bagi tiap individu.
Keluarga harusnya menjadi tempat berlindung dan pendukung utama di tiap
kesempatan, terlebih ketika dihadapi situasi pandemi hari ini
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.
Berdasar
Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau
ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).
Merujuk dari pengertian keluarga merupakan tempat bersosialisasi yang pertama dan utama. Karena ada ketergantungan individu yang berada di dalammya. Ada peran tugas serta fungsi yang dimainkan dan diperankan dalam kehidupan sehari-hari. Rumah menjadi ruang pendidikan dan interaksi serta komunikasi. Momentum kebersaman antara Ayah,Ibu dan anak di rajut menjadi satu aktifitas atau kegiatan akan memberikan warna tersendiri dalam membangun kebersamaan.
Keluarga merupakan
harta yang tidak ternilai bagi setiap orang, berkumpul, makan bersama, bermain,
hal yang langkah kita temukan di perkotaan, namun saat ini telah kita rasakan bersama, bagi
seorang anak ini adalah momentum langkah untuk dirasakan, jika merabaknya wabah ini telah selesai
mungkin saja akan berkurang lagi kualitas kebersamaan kita bersama keluarga.
Di dalam keluarga kita bisa belajar lagi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan yaitu dengan senantiasa
menjaga sanitasi dengan sering mencuci tangan, menjaga kebersihan badan, tempat
dan pakaian, menutup mulut dengan tangan atau baju saat bersin. Hal ini merupakan anjuran dalam ajaran agama Islam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Bersuci itu separoh keimanan.” (HR. Muslim)
Di dalam keluarga kita bisa belajar lagi untuk membangun empati kepada orang yang kesusahan akibat kesulitan ekonomi akibat sepinya penghasilan yang diterimanya. Mengajarkan sedekah kepada anak merupakan bagian dari ajaran dan anjuran dalam agama Islam. Sedekah bisa
mendatangkan banyak rezeki bagi siapa saja. Allah SWT memberikan banyak
keajaiban sedekah untuk umat muslim yang melakukannya. Sedekah memiliki makna
amal yang muncul dari hati yang penuh dengan iman yang benar, niat yang shahih
dan bertujuan untuk mengharap ridha Allah. Hukum sedekah adalah sunah.
Dari Abu Hurairah ra,
ia berkata: Ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW dan bertanya: "Wahai
Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?" Beliau
menjawab" "Bersedekahlah sedangkan kamu masih sehat, suka harta,
takut miskin dan masih berkeinginan kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda
sehingga apabila nyawa sudah sampai tenggorokan, maka kamu baru berkata:
"Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta itu sudah
menjadi hal si fulan (ahli warisnya)," (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan yang paling penting adalah untuk menjanlakan ibadah sholat 5 waktu di rumah dan sesuai kesanggupan hal ini berdasarkan hadist nabi muhammad saw:
Dari ‘Ubādah Ibn aṣ-Ṣāmit
(diriwayatkan bahwa) ia berkata: … Saya
mendengar Rasulullah saw bersabda: lima salat diwajibkan oleh Allah atas
hamba-Nya. Barangsiapa melakukannya tanpa melalaikan sedikit pun karena
menganggap enteng, maka dia mendapat janji dari Allah untuk dimasukkan ke dalam
surga, dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka ia tidak mendapat janji dari
Allah. Jika Allah menghendaki untuk
mengazabnya, Dia akan melakukannya, dan
jika Dia menghendaki untuk memasukkannya
ke dalam surga, Dia melakukannya (HR Abū Dāwūd, al-Nasā’ī, dan Aḥmad).
Komentar
Posting Komentar