Catatan Petang

 Catatan Petang

Sore ini hujan lebat disertai petir serta udara dingin mewarnai kehidupan kami di ciracas. Rasa syukur ketika hujan turun yang lemudian bagi kita umat Islam ada tuntunan secara syar'i yaitu berdoa "allahumma soyyiban nafi'an" yang artinya ya allah jadikan hujan yang Engkau turunkan sebagai hujan rahmat dan memiliki manfaat kepada penduduk bumi.

Memang ketika sudah memasuki bulan november intensitas hujan mulai terasa di Indonesia. Karena Indonesia yang berada di bumi khatulistiwa punya dua siklus musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Siklus yang ditandai sangat mudah kalau sudah masuk bulan yamg akhiran "ber" yaitu september, oktober, nopember dan desember. Bahkan memasuki bulan Januari sampai maret. 

Belajar dari dua siklus musim hujan dan panas memberikan refleksi kehidupan yang kita lalui. Bahwa hidup kita ada dua hal bertemu dan berpisah, baik dan buruk, laki-laki dan perempuan serta hidup dan mati. Hidup merupakan proses pembelajaran dari ruang waktu kehidupan manusia yang dijalani. Proses pembelajaran sepanjang hayat dan sepanjang waktu yang tak kan pernah berhenti sampai ajal menjemput. 

Maka proses pembelajaran membangun interaksi dibutuhkan sinergi atau dibutuhkan ajang silaturahmi dan silaturahim. Sehingga akan terjadi simbiosis mutualisme dalam keberagaman menjalankan kehidupan. Berbhineka Tunggal Ika dalam menjalani kehidupan bernegara dan pedoman bermasyarakat di Indonesia. 

Berdasarkan dari berbagai sumber, silaturahim dan silaturahmi adalah kata serapan yang berasal dari Bahasa Arab yaitu “Sillah Ar-Rahim.” (Shillah) artinya hubungan atau tali, kemudian ar-rahim adalah Rahim. Jika disambungkan menjadi hubungan Rahim. Jadi, kata silaturahmi memiliki makna yang erat kaitannya dengan hubungan kekeluargaan yang memiliki hubungan darah atau satu Rahim. Sedangkan untuk  silaturahmi Ar-Rahhm/Rham (dalam Bahasa Indonesia dibaca Rahmi) memiliki arti kasih sayang. Jadi silaturahmi memiliki arti kasih sayang terhadap sesama, tetapi hal ini secara meluas. Tentunya hal tersebut berbeda dengan silaturahim.


Ibnu Atsir juga menjelaskan : “Banyak hadits yang menyebutkan tentang silaturahim. Silaturahim adalah istilah untuk perbuatan baik kepada karib-kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada ereka, memperhatikan keadaan mereka. Demkian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka menganggu. Dan memutuskan silaturahim adalah kebalikan dari hal itu semua.” (An Nihaya fi Ghabiril Hadits, 5/191-192, dinukil dari Shilatul Arham, 5)


Silaturahmi adalah untuk keluarga dan teman. Disebutkan dalam hadits banyak keutamaan silaturahmi. Misalnya diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menginginkan untuk diluaskan rezekinya serta diundur ajalnya : hendaklah ia bersilaturrahmi.” Maka ditinjau dari makna bahasanya, silaturahmi di sini hanya kepada keluarga saja. Keluarga bisa meliputi keluarga ini dan keluarga yang tercakup dan terlibat dalam hal warisan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga pemutus (silaturrahim).”


Dalam sebuah riwayat, disebutkan kisah mengenai silaturahim Asma binti Abu Bakar dengan Qutailah binti Abdul Uzza, ibundanya yang non-muslim.

Saat itu umat Muslim dan kafir Quraisy dalam suasana gencatan senjata melalui perjanjian Hudaibiyah. Karena kerinduan yang mendalam, maka Qutailah mengunjungi Asma di Madinah. Ia membawakan beberapa makanan untuk putri tercintanya itu.

Setibanya Qutailah di Madinah, Asma justru ragu untuk menemui dan menerima hadiah dari ibu kandungnya itu. Asma akhirnya bertanya kepada Rasulullah Saw.

“Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku dan dia sangat ingin aku berbuat baik padanya, apakah aku harus tetap menjalin hubungan dengan ibuku?”

“Ya, sambunglah silaturahim dengannya,” tutur Rasulullah Saw. (Disarikan dari HR. Bukhari)

Demikianlah, hubungan Asma binti Abu Bakar dan Qutailah sempat terputus lantaran perempuan berjulukan Dzatu nithaqain ini masuk Islam, sedangkan ibundanya tetap memeluk agama nenek moyang. Selain itu, keduanya juga terpisah jarak yang cukup jauh setelah Asma dan ayahnya hijrah ke Madinah.

Akan tetapi Rasulullah Saw memerintahkan putri Abu Bakr ini untuk tetap bersilaturahmi meskipun ibu kandungnya bukanlah seorang Muslimah. 

Di Indonesia, istilah silaturahmi justru cenderung dimaknai lebih luas, tidak hanya untuk memperbaiki hubungan yang sempat terputus, tetapi juga ikatan yang dari awal memang baik-baik saja. Juga tak hanya ditujukan kepada karib kerabat saja, melainkan kepada siapapun. 

Sejatinya memang tak ada larangan untuk menggunakan kata silaturahmi dalam konteks syariat maupun kebiasaan sehari-hari. Akan tetapi, hadis-hadis keutamaan silaturahim tentunya ditujukan pada makna syariat. 

Keutamaan silaturahmi

Menyambung tali persaudaraan adalah perkara mulia yang amat dianjurkan. Rasulullah Saw bahkan pernah memberi peringatan bahwa orang yang memutus silaturahim tidak akan masuk surga. 

Di samping itu, silaturahim juga memiliki berbagai keistimewaan, beberapa di antaranya dapat memudahkan rezeki dan memanjangkan umur.

Nabi Muhammad Saw bersabda: 

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lainnya, Rasulullah Saw bersabda 

“Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan sisa umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Fathul Bari bi Syarhi Shahih Al-Bukhari mengemukakan, arti dibentangkan rezekinya adalah ditambahkan keberkahannya. Karena berilaturahim dengan kerabat termasuk sedekah, dan sedekah bisa mengembangkan dan menambahkan harta.

Kemudian Ibnu Bathal dalam Syarh Shahih Al-Bukhari menyatakan, ada dua pendapat mengenai maksud dipanjangkan umurnya, pertama, orang yang bersilaturahmi akan diingat kebaikannya meskipun sudah menutup usia. Seakan-akan ia belum meninggal.

Pendapat kedua, saat ditetapkan umur seseorang di dalam kandungan, dituliskan bahwa apabila ia bersilaturahmi maka umurnya akan dipanjangkan.

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA