Buku catatan Pagi hari

 


Cerrita Ku

Pagi tadi tak sengaja aku pergi ke pasar ciracas untuk membeli Se Ekor Ayam potong dan se kilo ikan nila. Aku ke pasar selain memenuhi gizi anak-anak di saat pamdemi seperti ini untuk menjaga imun tetap baik. Aku berjalan ke pasar sengaja berjalan kaki menyurusi jalan yang sekian tahun lalu pernah bermain dan menyusuri jalan itu bersama kawan-kawan di smp.

Aku punya memori kolektif yang dulu pernah bermain bersama teman-teman. Dulu belum banyak rumah yang dibangun dan belum padat seperti saat ini. Hamparan sawah yang luas dengan tanaman padi masih bisa kita jumpai. Bahkan ketika proses menanam dan memanen padi masih sering kita temukan di masa tahun era 1990 an. Tatkala beberapa petani itu sudah tua dan tak sanggup lagi pergi ke sawah jadilah kini lahan itu menjadi pemukiman rumah baru. 

Rasanya ketika menyusuri jalan itu tempat bernama dewa ujung. Masih merasakan beberapa rumah yang sejak tahun 90 an masih utuh tapi mungkin sudah berganti generasi dari generasi rumah itu dibangun dulu. Pergantian zaman pada akhirnya tanah yang dahulu era 90 an masih tampak padi menguning kali ini sama sekali berganti rumah yang bagus dengan cat warna-warni. Sambil tengok kanan kiri mungkin masih ada teman sd, smp bahkan sma yang tinggal di kawasan itu tampak tak jumpa. Malah jumpa dengan tukang bubur kacang hijau yang sering lewat depan rumah. 

Berjalan santai sambil mencari keringat menambah imun tubuh. Sebab beberapa hari kemarin cuaca mendung dan hujan dipagi hari sehingga matahari pun tak nampak bersinar. Lumayan perjalanan 20 menit badan berkeringat tubuh terasa segar rasanya. Membakar kalori tujuan utama aku melakukan berjalan kaki di kali pagi hari tadi. 

Perubahan lahan yang signifikan berganti dengan rumah dengan cepatnya. Sejak era tahun 2000 hingga saat ini perkembangan perumahan dan penduduk terasa meningkat. Penduduk terasa lebih padat ketika era tahun 1990 apalagi sejak tahun 2000 ketika pembangunan di pusat kota jakarta berjalan mau tak mau wilayah ciracas juga turut mengikutinya.

Ciracas sejak tahun 1990 terasa masih dalam suasana desa walaupun ada di Kota Metropolitan Ibukota DKI Jakarta. Di daerah ini tahun 1990 masih banyak sawah, kebun yang membentang dengan tanaman padi, singkong dll. Kami masih banyak menjumpai area perkebunan dan persawahan pada kala itu. Sejak Tahun 2000 mulai bergeser pola kehidupan masyrakatnya. Tanaman Padi, singkong dll yang biasa di makan sehari-hari mulai tidak dijumpai bahkan hingga kini tinggal sedikit yang menanam Singkong, Ubi dll dilahan perkebunan.

Kehidupan masyarakat mulai bergeser ke dalam pola masyarrakat modorn tak ada lagi yang pergi ke sawah atau ke perkebunan. Bisa dihitung dengan jari pada saat ini masyarakat yang masih berkebun dengan jenis tanaman singkong atau Ubi. Bahkan anak muda saat ini yang sudah tak acuh dengan dengan panganan seperti Ubi, singkong, talas dll. Untuk menanamnya pun butuh pengorbanan dan pembiasaan. 

Suasana Pasar Ciracas yang ramai pembeli dikala pagi hari. Mereka berburu sayuran dan jenis lauk pauk atau pun buah-buahan. Bahkan ada juga yang berbelanja perabot rumah tangga, baju, bahkan ada yang berbelanja emas. Memang suasananya ramai lancar tidak penuh ada pembatasan yang dilakukan pihak pasar karena memang sedang berada dalam Pandemi Covid 19. 

Aku berbelanja dipasar untuk membeli Ayam dan ikan nila. Karena memang jenis panganan itu yang disukai oleh anak-anak dirumah. Kita membeli panganan itu agar bisa menjaga tubuh kita tetap sehat dan agar tetap mendapatkan imun tubuh yang bagus pada masa pandemi. Asupan makanan yang bergizi disertai dengan makan buah-buahan dapat mencegah masuknya virus ke dalam tubuh.

Setelah selesai berbelanja kita melanjutkan perjalanan pulang dengan berjalan kaki kembali tapi kali ini aku mensyuri Jalan Raya Ciracas. Suasana jalan pun ramai lancar pas para penduduk ciracas mencari nafkah ke kantor masing-masing walaupun masih dalam penerapan protokol kesehatan. Udara pagi disertai panas dipagi merupakan keberkahan tersendiri untuk kita dapat meningkatkan imun tubuh.

Di sepanjang perjalanan terlihat beberapa toko yang baru buka. Dan ada juga pedagang yang juga baru membuka warung usahanya. Mencari nafkah merupakan karunia tersendiri bagi kita untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Banyak cara kita mencari nafkah yang halal thoyib dalam sudut pandang agama Islam. Dan menghindari mencari nafkah dengan cara yang diharamkan.

Dalam perjalanan tersebut aku sempat membeli martabak kecil di pedagang yang sedang mengkal dipinggir jalan, Dan membeli nasi kuning ditempat biasa aku membelinya, Berbagi rizqi dengan membeli panganan yang halal merupakan bagian dari Ibadah. Dengan adanya keikhlasan antara aku sebagai pembeli dan dia sebagai penjual akan mendapatkan keberkahan. Dengan berkah aku membeli panganan dan diolah serta dimakan akan menjadi tubuh terasa sehat dan halal.Maka akan terhindar oleh penyakit.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA