Refleksi Pancasila dalam Kehidupan

 


Sejak pemerintah menetapkan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila memberikan suatu proses pemahaman dan penghayatan dalam tata kelola bermasyarakat. Pancasila merupakan warna dari proses berfikir dan tata laku dalam bernegara yang bersumber dari keyakinan masyarakat Indonesia sendiri.  Karena tak ada Ideologi bernegara dimanapun yang memiliki watak khas kebangsaan seperti Pancasila. 

Khasanah ideologi Pancasila mengakar dalam setiap relung jiwa kebangsaan masyarakat Indonesia. Kesadaran yang menyatukan hadir sejak lama di tengah masyarakat Indonesia. Ketika masa pra aksara hingga negara ini bernama Indonesia. Hal ini terlihat dari wujud kebudayaan yang dibangun seperti menhir, sarkofagus, sistem kemasyarakatan dengan menunjuk seorang pemimpin, alat-alat kehidupan yang sejak dahulu hingga saat masih di tiru dan digunakan.

Terlepas dari perdebatan tentang penepatan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Hal itu menjadi warna sari kehidupan kebangsaan umtuk secara konsisten merawat peradaban yang telah terbangun oleh para pendahulu negri ini. Karena sejak zaman pemerintahan di Indonesia Pancasila banyak mengalami penyimpangan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara ataupun masyarakat Indonesia itu sendiri.

Sebagai contoh ketika masa orde lama pancasila tak lagi dijadikan pondasi bernegara ada beberapa penyimpangan yang tercatat dalam buku sejarah diantara9nya persaingan partai politik, penerapan demokrasi liberal dan terpimpin serta potensi disintegrasi bangsa dengan adanya Permesta, DI/TII,PKI. Bahkan ada yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lainnya seperti komunis dan liberal serta ada yang ingin memisahkan diri dari NKRI.

Pada masa Orde Baru kekuatan Pancasila lebih besar dan dominan dalam domain pelaksanaan pemerintahan. Pancasila dijadikan azas tunggal dalam penyelengaraan negara. Penerapan model penataran pedoman penghayatan pengalaman pancasila diwajibkan bagi komponen masyarakat di setiap level dan di setiap jenjang masyarakat. Dan berbagai macam kasus korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan negara yang jauh dari filosofi pengalaman pancasila. Pancasila dijadikan alat kekuasaan untuk mengatur segala panca warna kehidupan

Pada saat ini justru pemahaman Pancasila sedikit terpinggirkan dengan masuknya informasi dan teknologi yang deras dan kencang. Serta masuknya ideologi transnasional yang mulai masuk ke tengah kehidupan masyarakat. Atau pun dengan marak nya permainan online yang sedikit meresahkan para generasi muda. Dan muncul media sosial yang menambah ruang-ruang perbedaan yang cukup tajam. Masyarakat dalam berliterasi lebih banyak menggunakan media sosial ketimbang literasi baca tulis dan literasi digital dengan berbagai macam literatur yang kreadibel.

Kita perlu refleksi perjalanan Pancasila sampai sejauhmana peran itu berfungsi dalam kehidupan kebangsaan selain pemahaman keagamaan yang di anut masing-masing individu. Hal ini sangat penting penguatan pancasila dalam akar rumput sebenarnya yang berada di desa, di rt, atau dikampung-kampung. Kemudian peran dari pemimpin lingkungan yang turut andil mempengaruhi keadaan di dalamnya. Peran itu menjadi dasar berperilaku semua komponen dalam menerima perbedaan tanpa adanya pembatas.

Ketika Pancasila merupakan dari hasil konsensus bersama para pendiri bangsa dan menamakan nusantara ini bernama Indonesia secara resmi dalam teks kenegaraan pada proklamasi kemerdekaan. Dalam sejarahnya perumusan teks dasar negara baik dalam BUPKI hingga dalam rapat PPKI bagian tak terpisahkan dari rangkaian fundamental terbentuknya NKRI. Yang secara historis memiliki pesan sangat penting dalam membangun negara Republik Indonesia. Konsensus bersama yang sudah dikunci dan tak perlu diberdebatkan tentang Dasar negara.

Konsensus itu sudah menjadi bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah itu membangun dan merefleksikan kesadaran kebangsaan sebagai bangsa yang besar bernama Indonesia. Sejarah merupakan catatan-catatan yang tersimpan dari rekamam peristiwa masa lalu dari manusia. Dari catatan itu kita yang hidup masa kita perlu merawat identitas kebangsaan yang sudah diputuskan. Merawat itu yang sangat sulit daripada membuat dari awal. Berfikir sejarah merupakan berfikir secara holistik dan komprehensif dalam mensikapi perbedaan. 

Pancasila secara rule of the game selesai dalam tahap pembuatan konsensus tapi belum selesai dalam tahap pelaksanaan dan implementasi dalam setiap sisi kehidupan kebangsaan. Banyak ruang yang menjadi perdebatan ketika bertemu dalam media sosial yang saling serang. Semua itu biasanya konsepsi yang sangat lemah dan banyak subyektifitas karena faktor pikiran Bung Karno semata. Padahal disitu ada muhammad yamin dan soepomo dalam menggali gagasan dalam sidang BPUPK.

Di similah peran sejarah dalam.berfikir holistik dan menyeluruh tidak parsial. Sejarah berperan dalam membangun imajinasi kebangsaan yang tak sempit dalam rapatnya media digitilisasi era milineal saar ini. Sejarah dapat memperkokoh ide generasi kebangsaan yang dalam membangun karakter manusia Indonesia. Persoalan era saat ini terjadi diserupsi karakter pada kalangan generasi muda mileneal.

Pembelajaran sejarah perlu ditanamkan dalam membangun karakter sasaran Sasaran umum pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008:27-37) adalah: 1 Mengembangkan tentang diri sendiri, 2. Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat, 3. Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya. 4. Mengajarkan toleransi. 5. Menanamkan sikap intelektual. 6. Memperluas cakrawala intelektualitas..7. Mengajarkan prinsip-prinsip intelektualitas. 8. Mengajarkan prinsip-prinsip moral. 9. Menanamkan orientasi kemasa depan. 10. Memberikan pelatihan mental. 11. Melatih siswa menangani isu-isu kontroversial. 12. Membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perorangan. 13. Memperkokoh rasa nasionalisme.14. Mengembangkan pemahaman internasioanal. 15. Mengembangkan keterempilan-keterampilan yang berguna.

Kita perlu kembali belajar untuk bisa merefleksikan pancasila dalam kehidupan masyarakat bukannya hanya sekedar teoritis tapi harus dalam praktis. Secara praktis sering dibenturkan oleh berbagai kepentingan oleh sekelompok masyarakat dengan ungkapan "Pancasilais" dan "antipancasila". Hal iti terdengar jelas di dalam media sosial yang begitu masif istilah atau ungkapan itu terdengar.  Pembiaran adanya ungkapan ini pada akhirnya menimbulkan stigma yang tidak baik bagi perkembangan kehidupan kebangsaan terutama dalam bermedia sosial.

Pembelajaran sejarah dan PKN berperan menumbuhkan karakter dan jiwa nasionalisme yang saat ini sudah terkikis dengan perkembangan teknologi. Sejarah berperan untuk mengingatkan tentang kehidupan kebangsaan yang telah terbangun sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sedangkan PKN membangun jiwa kebangsaan dengan kesadaran dan terbangunnya jiwa kenegaraan. Dalam konteks kehidupan masyarakat masih banyak penyimpangan yang kita sering jumpai dalam interaksi sehari-hari. Contoh sederhana perilaku disiplin berkendara di jalan raya.

Pembelajaran Pancasila perlu contoh dalam eteladanan bagi pengambil kebijakan secara holistik. Persoalan yang ada saat ini contoh keteladanan secara fakta baik dari sikap dan perbuatan serta ucapan. Bukan kita mengambil contoh teladan dari para pendahulu hanya untuk kepentingan pragmatis. Di sinilah salah satu hal nilai-nilai Pancasila menjadi terpinggirkan. Padahal ketika kita mencontoh para pendahulu negri ini atau orang terdahulu maka akan terjadi transfer pengetahuan yang memperdalam nilai-nilai Pancasila

Ketika kocher mengungkapkam pembelajaran sejarah sangat penting untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan. Dan menumbuhkan karakter kebangsaan yang tertanam kuat dalam pembiasaan ajaran yang baik kepasa peserta didik. Pancasila bukan perlu untuk dihapal sila 1 sampai 5 tapi butuh implimentasi. Disinilah sejarah mengkaji ruang dan waktu kehidupan masyarakat yang melibatkan nilai-nilai Pancasila secara utuh tanpa paksaan.

Belajar Pancasila butuh teori dengan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan dan praktek nyata agar tidak terjadi benturan kepentingan yang semu.  Budaya pancasila butuh sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat yang berbhineka tunggal ika. Pancasila perlu sinergi dengan komponen masyarakat untuk membudayakan nilai-nilai pancasila itu. Kolaborasi dengan satuan komponen masyarakat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

PERISTIWA KONTEMPORER DUNIA (PERPECAHAN CEKOSLOWAKIA)

PENGALAMAN DAN HARAPAN DALAM PJJ