Teman seorang pejuang


Hari ini aku membaca status ibuku, tenan dan kakak yang dulu bersama berjuang mengurus peserta didik dan giat pramuka. Aku terasa ditampar sangat keras melihat status itu ketika seorang teman, adik dalam giat selalu bersama harus pindah tugas karena suatu keadaan. 

Tiga tahun menghidupkan dan mewarnai giat pramuka dan 12 tahun mengajar di AM Sangaji 22-24.  Berpisah oleh waktu karena suatu keadaan yang memang cukup berat untuk perjalanan rumah sangaji ke depan. Cukup berat karena warnanya telah berubah oleh keadaan. 

Nggak tau apa yang saya harus perbuat dan kulakukan. Untuk mengubah suatu keadaan yang sudah terjadi dalam ruang dan waktu dibaluti oleh bengisnya hati dan pongahnya lisan. Smua yang ada serba masalah yang keluar dan saking curiga satu sama lain. Kata berkah menjadi Fotomorgana dikala hati ini masih bengis dan curiga.

Sekian puluh tahun berjuang bersama membersamai setiap giat yang ada di sangaji. Menghidupkan warna giat untuk kemajuan dan kebersamaan dalam susah mau suka. Terkadang dia berjuang sendiri mewarnai giatnya bersama anak-anak hebat di sangaji. Tanpa ada teman yang ikut serta di dalamnya.

Dia pergi dan berjalan mengikuti sunnahtullah yang sudah digariskan kepadanya. Suara alam dan suara hati dia turuti untuk melanjutkan giat ditempat selanjutnya. Berjalan menghampiri garis waktu untuk belajar hidup dan bekal masa depan. Walaupun butuh waktu untuk menata kembali hati untuk kembali ke awal.

Merasa ditabok keras dan kencang status itu terutama untuk ku. Yang terdiam tak bisa berkata dan berbuat ketika suasana telah terbelah oleh rasa curiga. Bukan takut untuk bicara tapi malas karena tertutup keadaan. 

Kehebatan dan egois kita telah menjatuhkan harga diri dari sekedar pertemanan dan persahabatan yang terjalin dan tumbuh sekian puluh tahun. Ego yang menjadi super ego menjerumuskan sikap kita menjadi arogan kepada sesama. Kita hebat ternyata malah menjerumuskan kepada permusuhan dan curiga. 

Perjalanan memang butuh shelter dimana kita harus rehat dan dimana kita kembali atau bertemu. Perjalanan memang tak mulus dengan apa yang kita pikirkan. Dia seorang pejuang yang paham dengan kondisinya. Seorang pejuang tak mudah takluk dengan keadaan tapi dia akan belajar dari keadaan. Perjalanan yang pahit akan menjadi manis begitu juga dengan sebaliknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA