catatan perjalanan spritual takziyah, ziarah kubur dan tafakur alam di Purworejo


                                            https://travel.kompas.com/read/2020/01/18/091000027/7-tempat-wisata-                                                   unggulan-di-purworejo-tak-ada-keraton?page=all

Jumat lalu tanggal 12 Maret 2021 pukul 11.15 ketika saya mau pergi melaksanakan ibadah sholat Jumat. Berdering suara hp di meja yang biasa aku buat kerja dirumah. Suara hp dari nomor mbak ku sepupu dari ciangsana mengabarkan kepergian bude ku siti di kampung halaman desa bugel Purworejo Jawa Tengah. Kabar duka dari sebuah desa tempat kelahiran bapak ku alm Sunaryo bugel Purworejo Jawa Tengah.

Lantas setelah itu kami mengabarkan ibu ku dan adik keponakan berita itu melalui group Whattapp. Kabar duka ditengah kehidupan pandemi covid 19 sedang berlangsung. Setelah itu saya pergi melaksanakan sholat Jumat di masjid nurul iman kampung ciracas. Kabar duka dihari jumat yang merupakan istemewa bagi kaum muslimin membawa keberkahan tersendiri bagi alm bude siti. Diakhir sujud ku dan ditengah khutbah aku memanjatkan doa agar alm bude siti ditempatkan di surgaNya.

Khutbah Jumat yang memberikan nasehat kehidupan tentang makna isra mi'raj perjalanan seorang Nabi Muhammad SAW dalam menerima perintah sholat.  Nasehat kehidupan yang terkadang kita alpa dan lupa dengan perintah sholat itu bahkan kita lalai asik dengan gawai dan pekerjaan kita. Nasehat khatib jumat merupakan teguran dan tuntunan kita agar mau meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Setelah selesai melaksanakan ibadah sholat jumat aku pulang ke rumah. Sesampai dirumah aku bermusyawarah dengan ibu,istri dan keponakan untuk memutuskan pergi melayat sekaligus nyekar, ziarah kubur ke makam kluarga di purworejo Jawa Tengah. Hasilnya kami memutuskan untuk pergi ke desa bugel pada malam hari pukul 23.00.

Pada hari itu ada peristiwa penting juga ada peringatan isra mi'raj nabi Muhammad SAW. Peringatan merupakan tanda perbaikan diri ke arah perbaikan dan kualitas ibadah kepada Allah. Peringatan isra mi'raj ada hikmah yang harus diambil dalam mengarungi samudra kehidupan. Pesan yang disampaikan penceramah tentang hikmah sholat yang menjadikan benteng kehidupan dan perisai kehidupan seorang muslim yang beriman kepada Allah.

Hari semakin sore dan larut kami mempersiapkan perbekalan dan kebutuhan selama perjalanan ke purworejo Jawa Tengah. Dan mempersiapkan baju yang akan kami pakai selama berada di purworejo. Perjalanan malam kali ini kami menggunakan mobil pribadi milik keponakan. Perjalanam tengah malam menyusuri Jalan tolt transjawa yang baru pertama kali bersama keluarga merupakan sesuatu yang terasa istimewa. Istimewa karena perjalanan saat ini memiliki esensi ibadah karena allah taala.

Perjalanan ke desa bugel Bagelen Purworejo Jawa Tengah. Purworejo sebuah kabupaten merupakan perbatasan secara langsung dengan provinsi Yogyakarta. Menurut Wikepedia Purworejo. Kabupatèn Purwareja adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di sebelah barat.

Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari dataran aluvium Jawa Tengah Selatan, yang dibatasi oleh Pegunungan Serayu Selatan dan Gunung Sumbing di sebelah utara, Pegunungan Menoreh di timur, Samudra Hindia di selatan dan dataran Kebumen-Banyumas di sebelah barat. Dataran Kabupaten Purworejo ini tersusun oleh endapan aluvium yang terutama berasal dari rombakan batuan gunung api Tersier penyusun Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Menoreh, serta Gunung Api Kuarter Gunung Sumbing. Di bagian utara sebelah timur endapan rombakan tua membentuk kipas aluvium Purworejo, sedangkan di sebelah barat membentuk kipas aluvium Kutoarjo.

Pada sisi sejarahnya menurut wikipedia Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan.

Masih menurut wikipedia Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini. Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektare, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.

Perjalanan dari Jakarta menuju Bugel Purworejo menurut google map itu 8 Jam 45 menit dari pukul 12.00 malam. Namun perjalanan itu merupakan waktu normal tapi pada kenyataan kami mampir dahulu untuk sholat shubuh sambil mengisi bensin di kota batang terlebih dahulu kemudian mencari sarapan di kota semarang sambil menikmati perjalanan pagi menyusuri kota di Jawa Tengah. Pagi yang indah dengan pemandangan yang menawan dihiasi dengan indahnya deretan pegunungan dan hamparan sawah yang luas padi menguning siap akan dipanen.

Sampai di Bugel tepat pukul 12.00 pas azan zuhur berkumandang. Desa yang sunyi didekat keramaian jalan raya yogyakarta. Jalan yang sudah diaspal dengan menggunakan dana desa memberikan koneksi pembangunan terus mewarnai di desa Bugel. Tak banyak yang berubah dari suasana desa yang terakhir aku datangi sekitar tahun 2014 ketika itu pakde Sartono masih hidup. Saat ini istri beliau yang wafat setelah beberapa tahun sebelumnya lakde sartono dan sepupu ku mas yani yang wafat.

Sesampai disana seakan rumah itu sepi ditinggal penghuninya. Ya memang rumah itu hanya ditempati mbak ku Sepupu seorang diri. Ya di rumah ini aku punya harapan ketika singgah ke purworejo kami bermalam di dalam rumah ini. Suasana takziyah di rumah ini dengan lantunan tradisi membaca Tahlil pada malam hari masih menjadi bagian adat yang dipertahankan oleh penduduk setempat.

Tahlilan merupakan ritual pembacaan lafal tahlil yang lazim di masyarakat Nusantara sejak ratusan tahun. Pembacaan tahlil biasa dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mendoakan jenazah baru di makamnya, ahli kubur yang telah lama dimakamkan, dan mendoakan ahli kubur dalam peringatan 1-7 hari, 15 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari di rumah ahli musibah.   Pembacaan lafal tahlil juga dilakukan oleh masyarakat pada peringatan haul, arwahan (ruwahan) di bulan ruwah, akhir Sya’ban, akhir Ramadhan, saat kumpul keluarga untuk arisan misalnya, selamatan perkawinan (walimahan), selamatan aqiqahan, walimatus safar, muludan, Isra dan Mi‘raj, selamatan Syura’an (malam 10 Muharram), selamatan tujuh bulan, khitanan, ziarah kubur setelah lebaran Idul Fitri, ratiban, manaqiban, barzanjian, dan lain sebagainya. https://islam.nu.or.id/post/read/107344/susunan-bacaan-tahlil-doa-arwah-lengkap-dan-terjemahannya.

Tradisi yang dibangun dalam rangka syiar Islam masih tetap dipertahankan. Dan bagian dari merangkai tali silaturahim sesama warga setempat. Sama dirumah ku ciracas tradisi semacam ini masih tetap berlangsung ketika ada keluarga yang wafat atau selamatan lainnya. Walaupun tradisi ini ada sebagian pendapat tidak ada hubungannya dengan dalil sunnah Nabi Muhammad SAW.

Saya dengan sekeluarga bersyukur bisa bertemu keluarga besar di purworejo. Tali silaturahim dapat terbangun dan terbina kembali yang sekian tahun tidak terbangun secara fisik hanya melalui Whataspp. Memdekatkan anak-anak dengan kehidupan di kampung Bugel Purworejo walaupun hanya 1 malam. Hubungan keluarga tetap terjalin dan anak-anak kenal dengan saudaranya. Perjalanan takziyah dan silaturahim bagian dari tuntunan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Takziyah dengan maksud menghibur keluarga yang tengah berduka karena kehilangan keluarga yang ditinggalkan. Dengan takziyah dapat bersilaturahim dengan keluarga.

Takziyah berasal dari kata 'azza-yu'azzi yang artinya berduka cita atau berbela sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan. Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. https://republika.co.id/berita/qbt69s320/permata-kemuliaan-untuk-mereka-yang-gemar-takziyah

Berkaitan dengan tuntunan cara takziyah dalam konteks kematian, saudara bisa melihat di dalam buku Himpunan Putusan Tarjih, bab Melawat (sic: melayat), terbitan Suara Muhammadiyah, tahun 2011, hal. 234. Ada beberapa hal yang hendaknya dilakukan, ketika melakukan takziyah kepada keluarga yang ditinggalkan, di antaranya; Mengucapkan: “Innalilla-hi wa inna-ilaihi ra-ji’u-n (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali)” ”, seraya berdoa: “Alla-humma ajurni- fimushi-bati-wa akhlif li-khairan minhaa (Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).” Dasarnya adalah firman Allah SwT, (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: «Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun» (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali) (Qs Al-Baqarah [2]: 156).

Dan hadits Nabi saw, Dari Ummu Salamah (diriwayatkan) bahwa ia berkata; Saya mendengar Rasulullah sawbersabda: Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, allahumma ajurnii fii mushiibatii wa akhlif lii khairan minhaa (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya), melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik [HR. Ahmad nomor 25498, Muslim nomor 918 dengan lafal Muslim].

Dalam contoh yang lain Nabi mencontohkan Menghibur keluarga yang ditinggalkan dan meringankan kesedihannya, menganjurkannya untuk bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah SwT, juga diperbolehkan untuk mengucapkan hal-hal yang baik lainnya. Sebagaimana hadits yang artinya, Dari Usamah (diriwayatkan), ia berkata, “Anak laki-laki dari anak perempuan Nabi saw sakit, lantas putri Nabi mengutus seorang utusan yang inti pesannya agar beliau mendatanginya. Hanya Nabi berhalangan dan menyampaikan pesan: ‹innaa lillaahi maa akhdza wa lahu maa a’thaa wa kullun ilaa ajalin musammaa faltashbir waltahtashib’ (Milik Allah sajalah segala yang diambil dan yang diberikan, dan segala sesuatu mempunyai batasan waktu tertentu, hendaklah engkau bersabar dan mengharap-harap ganjaran)›. Lantas putri Nabi untuk kali kedua mengutus utusannya seraya menyatakan sumpah agar beliau mendatangi. Maka Rasulullah saw pun berangkat dan aku bersamanya, juga Mu’adz Ibn Jabal, Ubbay Ibn Ka’b, dan Ubadah Ibn Shamit. Ketika kami masuk, Rasulullah sawmembopong cucunya sedang napasnya sudah tersengal-sengal di dadanya -seingatku Usamah mengatakan seperti geriba (wadah air dari kulit) kecil yang lusuh- maka Rasulullah saw pun menangis sehingga Sa’d Ibn ’Ubadah berkata, ‘Mengapa baginda menangis? ‘Nabi menjawab: ‘Hanyasanya Allah menyayangi hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Al-Bukhari nomor 6894)

Masa berduka atau berkabung keluarganya dan orang-orang yang ditinggalkannya adalah tiga hari. Sebagaimana Rasulullah saw pernah menyampaikan kepada keluarga Ja’far ketika ayahnya gugur dalam perang Mu’tah. Telah menceritakan kepada kami Uqbah Ibn Mukram dan Ibn Al Mutsanna keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Wahb Ibn Jarir, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku ia berkata, Aku mendengar Muhammad Ibn Abu Ya’qub ia menceritakan dari Al Hasan Ibn Sa’d dari Abdullah Ibn Ja’far berkata, Nabi saw memberi tenggang waktu untuk keluarga Ja’far selama tiga hari, setelah itu beliau datang kepada mereka dan bersabda: Setelah ini, janganlah kalian menangisi saudaraku. Setelah itu beliau bersabda: Undanglah kemari bani saudaraku. Kami lalu dihadapkan kepada beliaun layaknya anak-anak ayam, beliau lantas bersabda: Panggilkan tukang cukur kepadaku. Beliau lalu memerintah tukang cukur itu (untuk mencukur), hingga kami semua dicukur olehnya. [HR. Abu Dawud nomor 3660 dan Ahmad nomor 1659]. https://suaramuhammadiyah.id/2019/03/06/tata-cara-takziya

Kemudian pada keesokan harinya kami melakukan ziarah kubur ke makam bude yang baru meninggal dan ke makam mbah buyut serta pakde dan bu de yang telah mendahului sebelumnya. Ziarah kubur mengingatkan akan datangnya kematian kepada kami yang masih hidup. Serta mengenang kebaikan para almarhum dam almarhumah selama masih hidup. Suasana makam yang merupakan makam wakaf warga desa bugel.

Ziarah adalah salah satu praktik sebagian besar umat beragama yang memiliki makna moral yang penting. Kadang-kadang ziarah dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri. Orang yang melakukan perjalanan ini disebut peziarah.

Ziarah kubur hukumnya sunah. Terutama menziarahi makam kedua orangtua. Pahala ziarah kubur tidak hanya berupa kebaikan di akhirat tapi juga di dunia. Secara psikologis, ziarah kubur bahkan berpengaruh positif bagi kehidupan individual dan komunal. Namun dalam sejarah perkembagan hukum Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh Nabi SAW.   Nabi SAW bersabda, “Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun kalian jangan mengatakan perkataan yang tidak layak saat berziarah.” (HR. Hakim).

Berdasar hadits ini, perbaikan karakter dari ziarah kubur adalah mengubah diri dari pemberang menjadi penyayang, dari keras hati menjadi mudah menangis, dari tabiat cinta dunia menjadi ingat akhirat. Ziarah kubur juga dapat dijadikan ajang silaturahim orang yang masih hidup kepada orang yang telah meninggal, terutama kedua orangtua. Nabi SAW bersabda, “Aku meminta izin kepada Tuhan-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan kamu akan kematian.” (HR. Muslim).https://republika.co.id/berita/qchd28374/pahala-ziarah-kubur

Sedangkan pahala bagi yang berziarah kubur adalah, “Barangsiapa yang ziarah ke kuburan kedua orangtuanya atau salah satunya pada hari Jumat, pahalanya seperti haji.” (HR. Abu Nuaim). Begitu juga, “Barangsiapa yang ziarah ke kubur kedua orangtuanya atau salah satunya pada hari Jumat, dia diampuni dan dicatat sebagai anak berbakti.” (HR. Thabrani).

Itulah yang kami lakukan proses ziarah kubur atau dalam istilah sehari dikenal dengan tradisi nyekar. Didalam ziarah kubur atau nyekar kami mendoakan mbah, pak de, bu de serta saudara kami yang meninggal agar kuburnya diberikan cahaya surga. Serta segala amalnya di dunia diterima oleh Allah SWT. Bagi kami agar kematian ini menjadi pelajaran untuk meningkatkan amal sholih dan berbuat kebajikan. Ziarah kubur sesuai tuntunan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Setelah dari ziarah kubur kami pergi silaturahmi ke tempat saudara dan pergi ke pantai yang kebetulan letaknya tak jauh dari rumahnya. Suasana pantai Jati Malang yang kini telah dikelola baik oleh pemda kabupaten purworejo sudah sangat baik. Baik dari segi infrastruktur maupun dari segi layanan. Suasana pantai yang panas tak menyurutkan kami mendekat ke bibir pantai. Di dekat bibir pantai ada saung yang disewakan kepada pengunjung sehingga suasana panas menjadi lebih adem. Apalagi dengan seburan ombak laut selatan yang sangat tinggi ketika laut pasang. Maka para pengunjung untuk tidak diperkenanankan mandi hingga ke tengah pantai.

Di pantai kami merasakan suasana yang penuh kehangatan ombak sambil minum kelapa muda. Menyaksikan suasana laut biru dan hitam dari kejauhan terlihat tanpa batas dan tanpa skat yang dibatasi. Kita bisa menyaksikan laut lepas dari bibir pantai. Kita pun juga bisa menyaksikan para nelayan yang baru pulang dari melaut menangkap Ikan. Anak-anak pun tampak senang bermain di pinggir pantai bahkan ada yang berenang di kolam dikelola oleh warga. Suasana refresing ditengah kehidupan pandemi covid 19. Anak-anak bisa lebih rileks sementara dari aktifitas Belajar dari rumah dan memegang hp.

Ungkapan rasa syukur ku panjatkan ketika berda di bibir pantai bahwa Allah taala telah banyak memberikan kenikmatan yang begitu banyak kepada kami sekeluarga. Terkadang rasa nikmat itu kami abaikan dan kami tak peduli dengan saudara kami. Melihat anak-anak senang menikmati suasana pantai merupakan hal yang tak dapar kami lupakan. Perjalanan selama di Purworejo bagian dari perjalanan spritual seorang Hamba untuk selalu mawas diri dan memperbaiki diri. Perjalanan spritual karena niat kami adalah untuk takziyah serta ziarah kubur dan juga berafakur atas kebesaran Allah di pantai Jati Malang.

Kami bisa menikmati setiap monem perjalanan spritual kemarin singkat dan padat. Karena situasai dan suasana seperti ini entah kapan kami bisa menikmati kembali. 7 tahun kalau saya hitung sejak 2013 saya kembali datang ke desa bugel. Tujuh tahun saya merendam kerinduan dengan suasana desa Bugel Purworejo yang kini sudah luar biasa pembangunannya. Akses kendaraannya pun semakin mudah jalan sudah mulus tinggal menata sedikit menurut saya agar orang mau singgah 1 hari ke Purworejo sebelum ke Yogyakarta yaiutu dengan dibangunnya Tempat wiasata yang bagus. Jadi orang akan mengenal lebih dekat dengan Purworejo.

Minggu Sore Pukul 5.00 kami berpamitan untuk kembali ke Jakarta bersama rombongan keluarga. Meninggalkan suasana kampung yang adem, sunyi untuk kembali ke Jakarta. Perjalanan singkat padat dan berkesan akan menambah nikmat panjang umur serta menambah pahala kehidupan bekal di akherat kelak. Perjalanan hidup penuh warna dan warni bagian dari catatan sejarah kisah keluarga kami.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

PERISTIWA KONTEMPORER DUNIA (PERPECAHAN CEKOSLOWAKIA)

PENGALAMAN DAN HARAPAN DALAM PJJ