Lorong waktu



Di dalam kehidupan manusia kita dibatasi oleh dua hal ruang dan waktu. Dua unsur itulah dimana manusia itu melakukan giat dan aktifitasnya pasti menyangkut ruang dan waktu. Begitulah aktifitas manusia sejak dia dilahirkan dalam rahim seorang ibu hingga dia wafat pasti unsur itu melekat dalam kehidupan kita.

Unsur itu menyangkut bagaimana kita mampu menjalankan peran sebagai insan yang beriman kepada Allah SWT. Peran itu telah digariskan dalam ketentuan terdapat dalam Kitab Suci. Sebagai pedoman manusia yang beriman sebagai petunjuk kehidupan.

Ketika Allah berbicara dalam kitab suci sebagai umat yang beriman agar selalu meningkatkan iman dan taqwa serta menjalankan amal kebaikan kemudian menjauhi keburukan. Di situlah proses unsur ruang dan waktu terlihat agar manusia mampu memainkan peran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Tujuan yang sudah digariskan untuk meningkatkan iman dan Taqwa kita kepada Allah. Dengan suatu konsekwensi kita melakukan suatu perbuatan yang tak boleh melanggar ketetapan Allah SWT. Berbicara perbuatan maka ada ruang dan waktu yang dimana kita melakukannya. Artinya kita telah diikat secara harfiah dalam kontektualisasi perbuatan. Tak bisa berbuat sesuka hati kita, sekehendak kita, atau sebebas bebasnya. 

gerak kehidupan kita punya akal dan budi yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama makhluk. Itu yang kadang kita lupa dan alpha ketika kita mengalami suatu ujian dan cobaan. Kita lebih banyak lalai dan ingkar terhadap kodrat kita sebagai seorang hamba. 

Dalam teks Ayat Suci Al Qur'an dijelaskan di surat al ashr ayat 1-3 yang artinya,1."Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3 kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Gambaran teks ayat dijelaskan bagaimana persoalan kehidupan di dunia erat dengan waktu. Maka pada hakikatnya kita kembali untuk mentaati dan bersikap disiplin dalam setiap kegiatan. Kalau dia tidak bersikap disiplin tidak mau menghargai maka dikatakan sebagai orang yang kurang beruntung atau merugi. 

Ada pengecualian yaitu bagi orang yang beriman mau mengerjakan berbuat baik seperti shodaqoh, infaa, dan amal sholeh. Serta mau menerima dan memberikan nasihat tentang kebenaran bukan pembenaran pribadi atau kelompoknya. Supaya kita mau bersabar dijalan Allah dan pasrah serta tawaqal. 

Paling sederhana adalah kita mau memperbaiki wudhu dan sholat kita. Di situlah filosofi tertinggi kehadiran Manusia sebagai Hamba yang beriman kepada Allah. Wudhu adalah cerminan dimana kita membersihkan ruang hati kita mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. 

Dimulai dari membersihkan telepak tangan, mulut dengan berkumur, menfhirup air ke dalam hidung,  membasuh muka, rambut telinga  hingga tapak kiki. Secara tak sadar kita sedang membersihkan najis dan menghapus doa yang menempel dalam anggota tubuh kita. 

Setelah itu kita tunduk pasrah kepada Allah diatas sajadah panjang dihamparkan di atas bumi dalam batas suci. Mengucapkan kebesaran Allah, maha suci allah seraya memohon ampunan taufik dan hidayah kepada Allah. Baik dilakukan dengan sendiri dengan maupun dilakukan secara berjamah. Dengan sandaran keilmuan dan keyakinan kita melaksanakan perintah sholat.

Itulah hakikat kehidupan ketika mampu dan mau menghargai waktu. Dan mau memberikan kebermanfaatan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Mari kita perbaiki wudhu dan sholat kita sebagai dasar kita tunduk dan taat kepada Allah semesta alam. Aturan yang bersifat hakiki dan maknawi agar kita merespon dengan akal kita dengan penuh keimanan dan taqwa









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA