Risalah Lebaran Idul Fitri




Ada pertemuan pasti ada perpisahan, ada awal pasti ada akhir. Setiap pertemuan yang dilakukan pasti ada perpisahan dalam setiap aktifitas kehidupan. Begitulah Allah SWT mengatur sebuah skenario dalam drama kehidupan di dunia. Skenario yang dibuat sangat takjub apabila kita mau mengikuti alur skenario yang di buat sesuai dengan teks ayat suci Al Quran. Di dalamnya ada perintah aturan yang harus di ikuti oleh Umat Nya.

Ramadhan baru saja kita lalui dengan datangnya bulan Syawal. Tanda dengan ungkapan syukur dilantunkan dengan kalimat takbir, tahlil dan tahmid. Mengakui kebesaran Allah SWT sebagai pengatur kehidupan dan alam semesta. Takbir merupakan rangkai kalimat zikir kepada Allah yang dibaca untuk mengagungkan kebesaran Allah.

Keutamaan takbir sangat besar. Kalimat takbir yaitu “allahu akbar” memiliki arti Allah Maha Besar. Kalimat ini mengandung makna keagungan Allah dan salah satu sifat Allah yang tidak bisa disamai oleh makhluknya, yaitu: Maha Besar, dan tidak ada satu mahluk pun yang menyamainya. Takbir juga adalah salah satu kalimat dzikir yang paling banyak dibaca. Terutama saat shalat, setiap ganti posisi akan dimulai dengan menyebut Allahu Akbar. https: // www.google.com /amp /s/ islamkita.co/keutamaan-takbir-allahu-akbar/amp.

Di surat Al Isra ayat 111, Allah memerintah kita untuk mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. Allah berfirman, “Dan katakanlah: ‘Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong’ dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.”

Takbir merupakan rangkaian penutup dari pelaksanaan ibadah Ramadhan. Ungkapan Allahu Akbar menunjukkan manisfestasi keagungangan dan kebesaran Allah. Tak ada yang lebih pantas untuk dipanjatkan selain kehadirat Allah SWT.  Hal ini sesuai dengan petunjuk Al Quran surat Al Baqoroh ayat 185. Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Baqarah: 185)

Lebaran Tahun ini merupakan lebaran kedua di era pandemi corona. Banyak hal yang diterapkan dalam memberlakukan pelaksanaan ibadah di bulan suci Ramadhan terutama menyangkut ibadah di masjid atau di musholla yang mentaati protokol kesehatan. Hal ini merupakan seruan dari pemerintah untuk memutus mata rantai penularan covid 19. Di tengah keterbatasan kita masih tetap mengagungkan asma Allah sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah SWT.

Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, lalu berkata: “Ajari aku dzikir untuk aku baca!” Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Katakanlah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah yang banyak. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana .” Orang Badui itu berkata: “Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku ?” Rasul bersabda: “Katakanlah: Ya Allah! Ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.” (HR. Muslim, No. 2072)

Lebaran merupakan sarana peningkatan ibadah dan peningkatan iman taqwa kepada Allah. Setelah dididik dalam pendidikan ruhani shaum Ramadhan. Ketika kita berusia 40 tahun berarti kita melaksanakan ibadah Ramadhan antara 30 sampai 35 tahun. Pada masa itu pula kita bisa mempelajari, merasakan dan memahami selama kurun waktu tersebut pendidikan ruhani Ramadhan yang paling memiliki kesan terhadap perubahan pola perilaku kita.

TAQWA

Pola perubahan tingkah laku kita setelah melaksanakan Ramadhan yaitu dengan perubahan dan peningkatan Taqwa kepada Allah SWT. pemahaman taqwa dengan menjelaskan bahwa taqwa adalah ’imtitsalul awamiri waj tinabun nawahi’ mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. kalimat sederhana yang terkesan sangat global. Sayyidina Ali Karromallahu wajhah menerangkan bahwa sejatinya taqwa tidaklah sekedar istitsalul awamir waj tinabun nawahi, tetapi taqwa itu adalah takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari petlihan(hari akhir). https://pcnukabbandung.org/khutbah-jumaahakikat-taqwa-menurut-sayyidina-ali.

Mengutip nasihat salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yakni Ali bin Abi Thalib. Sahabat berjulukan karramallahu wajhah itu mengungkapkan empat sifat manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. “Puasa harus berbekas pada perubahan mentalitas ke arah yang lebih baik. Mengutip ungkapan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, bahwa orang yang bertakwa mempunyai empat sifat utama,”  Ciri pertama, Al-Khaufu minal-Jalil, yakni manusia yang merasa takut kepada Allah swt yang mempunyai sifat Maha Agung. Kedua, Al-‘Amalu bi At-Tanzil, manusia yang beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah swt. Ciri ketiga, Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah swt, meskipun hanya sedikit. “Orang yang berpuasa harus bersyukur atas nikmat pemberian Allah, walaupun hanya sedikit,” ciri manusia bertakwa yang keempat, Al-Isti`dadu li Yaumir-Rahil, yaitu sentiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan menghadap kepada Allah. https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/prudgp458.

Manusia bertaqwa itu ada rasa khauf atau takut kepada Allah yaitu takut untuk berbohong, takut melakukan korupsi, takut berkata kasar, takut untuk berbuat tidak adil, takut memutus tali silaturahmi. Rasa takut itulah yang dijadikan untuk selalu mawas diri terhadap yang akan kita lakukan dalam kehidupan dunia. Hal ini dikatakan sebagai sifat Tawadhu' yaitu perilaku manusia yang mempunyai watak rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, atau merendahkan diri agar tidak kelihatan sombong, angkuh, congkak, besar kepala,.atau kata-kata lain yang sepadan dengan tawadhu'.

Selanjutnya manusia bertaqwa itu beramal dengan apa yang sudah diwahyukan Allah. Ketika kita beramal sholeh sudah ada dasar hukum yang melandasinya yaitu Al Quran dan As sunnah.  Hal ini bisa dikatakan sebagai sifat Arti qanaah sendiri dalam Islam adalah sifat yang menandakan rasa syukur seseorang. Qanaah merupakan sikap yang merasa cukup atas segala nikmat yang telah diberikan dan selalu ridho atas hasil yang telah didapatkan. Ketika dia beramal sholeh tidak terlihat kepada orang lain. Dia beramal sholeh dalam keadaan lapang dan sempit. Kapan dan dimana pun ketika Agama meminta maka dia bersiap sedia mengorbankan harta bendanya. Dia selalu bersyukur terhadap sesuatu yang diterima dari Allah SWT.  Cukup dengan yang sudah diberikan kepada Allah.

Pemahaman selanjutnya merasa cukup dan ridho terhadap pemberian Allah. Tidak berlebih dalam memandang rasa syukur yang diberikan kepada Allah. Kemudian tidak merasa kecewa ketika nikmat yang diberikan oleh sedikit. Tidak menimbulkan rasa keraguan dalam memandang nikmat yang diberikan oleh Allah. Hal ini dapat dikatakan sebagai waro ‘meninggalkan apa yang bukan urusannya’ yaitu meninggalkan segala sesuatu yang tidak menjadi urusannya baik dalam hal pembicaraan, pandangan, pendengaran dan tindakan serta seluruh aktivitas lahir maupun batin.

Terakhir adalah mempersiapkan bekal kematian untuk menghadap kepada Allah SWT. Yakin bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kehidupan di dunia. Mempersiapkan kematian adalah yang paling penting dalam setial kehidupan. Kematian akan menjadikan kita bertemu kepada allah sang pencipta. Mati merupakan kembali kepada yang menciptakan dan maha pemberi kehidupan. Esensi persoalan paling penting dalam kehidupan dunia adalah kematian.

Dalam surat annisa ayat 78 dijelaskan Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?".

mengingat kematian akan membawa manusia pada kehidupan yang berkualitas dan meninggalkan hal-hal yang sia-sia, sebagaimana dinyatakan Rasulullah, “Seandainya kalian banyak mengingat pemutus kenikmatan, niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan” (HR. Turmudzi, 2648).

Risalah ldul Fitri

Ketika memasuki bulan syawal berarti ada peningkatan ibadah kepada Allah. Apalagi pandemi corona belum lah berakhir yang perlu kita renungkan dalam menata kehidupan. Corona belumlah pergi dari muka bumi mungkin ada dari sikap hidup kita yang akrab dengan kemaksiatan. Mungkin masih ada dalam hati kita sifat dendam, sombong, angkuh, menang sendiri, merasa paling benar sehingga corona masih bersemayam dalam kehidupan kita. Ada kepatuhan yang tidak kita lakukan dalam menjalani perintah agama dan perintah mentaati protokol kesehatan. 

Persoalan-persoalan yang ada dalam diri kita perlu untuk pembelajaran yang harus dibenahi. Pembelajaran untuk menjadi insan kamil yang selalu bersabar dan berprasangka baik kepada Allah. Urusan pandemi corona lebih baik kita berprasangka baik dengan tidak berbicara yang melanggar perintah Allah. 

Mentaati protokol kesehatan dalam hal ini memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sebenarnya ini hal yang standar  dalam menjaga terjangkitnya masuknya virus covid 19 masuk dalam hidup kita. Aturan standar upaya kita untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga. Ada beberapa dasar pemahaman 3 M setelah ramadhan. 

Pertama memakai masker atau memskai penutup mulut dan hidung kita. Memakai masker yang baik sesuai ketentuan secara umum akan meminalisir masuknya virus.  Masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan sebagai metode untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi digunakan untuk melindungi secara memadai.

Memakai masker dalam Islam diperbolehkan untuk sholat sepanjang pemakaian dalam kondisi khusus seperti saat ini terjadi pandemi corona. Hal ini untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19. Penggunaan masker ketika sedang beribadah di dalam masjjd secara berjamaah. Ketika beribadah sendiri di rumah masker bisa tidak dipakai. Memakai masker merupakan kebutuhan pada saat ini sebagai bagian ikhtiar untuk memutus rantai corona. 

Secara simbol memakai masker dimaknai agar dalam kehidupan kita untuk selalu berhati-hatj dalam bertutur kata kepada sesama. Hal ini merupakan menjaga hubungan baik yang telah terbangun dan terbina dengan baik. Menjaga lisan untuk tidak bertutur kata baik memberikan pengaruh kepada diri sendiri dan orang banyak

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS. An-Nisaa'[4]: 114).

Dalam ayat yang lain dijelaskan Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]. https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."(HR. Bukhari dan Muslim

Dalam hadist yang lain dijelaskan Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”. https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html.

Memakai masker yang  baik dan benar dapat menjaga tertularnya virua covid 19. Begitu juga jika lisan kita diberikan masker untuk tidak berkata yang dapat menyakiti atau melukai perasaan orang lain. Apabila orang lsin yang sudah hatinya tergores oleh ucapan kita maka sudah jatuh menzalaminya. Hatinya terluka dan menjadi jatuhnya psikis seseorang itu maka kita harus instropeksi diri dan menyesali perbuatan itu serta segera memohon maaf kepadanya serta memohon ampun kepada Allah.

Kedua mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Hal ini menjaga agar kuman tidak masuk dalam mulut. Menjaga tangan selalu bersih dan tidak kotor. Hal ini sesuai hadis nabi muhamamd saw. Dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i).

Mencuci tangan merupakan bagian ikhtiar menjaga kebersihan yang sangat di anjurkan dalan Islam. Dengan adanya bersih diri kita dapat melaksanakan tanpa adanya rasa takut atau was-was. Bersih dari segala macam najis yang bisa menghambat pelaksanaan ibadah.

Ketiga. Menjaga jarak hal ini dimaksudkan dengan tujuan menghindari dan memutus rantai corona 19. Hal ini dapat mengurangi resiko penularan corona. Seperti kisah pada saat nabi muhammad ada musibah hal ini dijelaskan Saat itu Rasulullah mengatasi wabah kusta dengan menghindari penyebabnya, atau menjaga jarak fisik dengan penderita. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

PERISTIWA KONTEMPORER DUNIA (PERPECAHAN CEKOSLOWAKIA)

PENGALAMAN DAN HARAPAN DALAM PJJ