Belajar Dari Gerhan Bulan

 

Malam ini Allah SWT menunjukkan KemahakuasaanNya dengan adanya gerhana bulan yang saat ini sedang melintasi bumi di nusantara. Tanda-tanda kebesaran Allah ketika terjadinya gerhan bulan/marahari. Tak ada segala sesuatu yang memang Allah sudah berkehendak dalam menciptakan dan menjaga Alam Semesta Jagad Raya seisinya.

Hari ini kita bersyukur ketika terjadinya gerhana di sunnahkan untuk melaksanakan ibadah sholat sunnah gerhana. Di sini kita belajar untuk menimgkatkan kualItas iman dan taqwa kepada Allah SWT.  Belajar kembali bahwa sejatinya segala yang maha hidup akan kembali kepada Sang Pencipta Allah SWT.  Kita menyadari bahwa kita manusia makhluk yang lemah dihadapan Allah SWT. 

Segala kesombongan dan keangkuhan yang kita lakukan di kehidupan dunia kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Kita akan kembali ke Allah SWT dengan amalan pahala yang kita miliki selama hidup di dunia. Gerhana merupakam salah satu tuntunan kita bagi kita manusia yang beriman untuk memberikan sesuatu yang tetbaik di hadapan Allah. Ibadah yang terbaik mulai dari sholat, puasa shodaqoh dan lainnya. Terbaik untuk melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.

Dari Aisyah bahwasanya dia berkata, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan berdiri yang lama, kemudian rukuk dengan memanjangkan rukuknya, kemudian berdiri dengan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama. Kemudian beliau rukuk dan memanjangkan rukuknya, namun tidak selama rukuknya yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah di hadapan orang banyak, beliau memulai khutbahnya dengan memuji Allah dan mengangungkan-Nya. Lalu bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidaklah gerhana itu disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.” (HR al-Bukhari, hadirs nomor 986).

Dari ‘Aisyah, isteri Nabi saw, (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari pada masa hidup Nabi saw. Lalu beliau keluar ke mesjid, kemudian berdiri dan bertakbir dan orang banyak berdiri bershaf-shaf di belakang beliau. Rasulullah saw membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, kemudian bertakbir, lalu rukuk yang lama, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan “sami‘allahu li man hamidah, rabbana wa lakal-hamd”, lalu berdiri lurus dan membaca (al-Fatihah dan surat)yang panjang, tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian bertakbir lalu rukuk yang lama, namun lebih pendek dari rukuk pertama, kemudian mengucapkan “sami‘allahu li man hamidah, rabbana wa lakal-hamd”,kemudian beliau sujud. Sesudah itu pada rakaat terakhir (kedua) beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama, sehingga selesai mengerjakan empat rukuk dan empat sujud. Lalu matahari terang (lepas dari gerhana) sebelum beliau selesai shalat. Kemudian sesudah itu beliau berdiri dan berkhutbah kepada para jamaah di mana beliau mengucapkan pujian kepada Allah sebagaimana layaknya, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah shalat”. [HR Muslim]  https://muhammadiyahwanareja.web.id/2018/01/30/tuntunan-shalat-gerhana/

(Khusyufil Qamar) adalah peristiwa dimana bulan akan mengalami kegelapan dalam keadaan tertutup total berwarna merah. Untuk itu, kaum muslimin dan muslimat diimbau:

1. Memperbanyak Takbir dan membesarkan Asma Allah.
2. Menyeru Salat Khusuf Berjama'ah dengan 2 rakaat.
3. Mendengarkan Khutbah Khotib setelah sholat
4. Mengumpulkan Sedekah dan  memperbanyak istoghfar hingga berakhir gerhana https://kalam.sindonews.com/read/436698/69/khutbah-sholat-gerhana-bulan-26-mei-2021-1621908308/20

Gerhana ketika zaman dahulu kala dikaitkan dengan hal yang mistis sehingga membuat semua orang takut dalam menghadapi gerhana.Peristiwa alam ini melahirkan macam-macam mitologi di berbagai belahan bumi. Di negeri Cina kuno, orang percaya bahwa gerhana terjadi karena seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina menyebut gerhana sebagai “chih” yang artinya “memakan”. 

Di Indonesia, khususnya Jawa, dahulu orang-orang menganggap bahwa gerhana bulan terjadi karena ada Batarakala alias raksasa jahat memakan rembulan. Mereka kemudian beramai-ramai memukul kentongan pada saat gerhana untuk menakut-nakuti dan mengusir Batarakala.

Mitos yang paling populer melekat di benak masyarakat Arab jahiliyah kala itu menurut informasi hadis di atas adalah gerhana terjadi akibat adanya orang penting (tokoh/penguasa) yang meninggal dunia. Oleh karena itu, persis ketika Ibrahim, anak Nabi saw meninggal dunia fenomena gerhana matahari juga terjadi sehingga begitu Nabi mendengar ada orang yang mengkait-kaitkan peristiwa gerhana tersebut dengan kematian putranya, Nabi saw tampil berkhutbah di hadapan Sahabat untuk menghapus mitos tersebut dan membatalkannya. Beliau berkata ‚sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidaklah mengalami fenomena gerhana akibat kematian atau kelahiran seseorang, sebab matahari dan bulan hanyalah merupakan dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah swt.‛ atau alam riwayat lain beliau berkata:Akan tetapi, matahari dan bulan hanyalah merupakan dua dari makhluk Allah. Bila Allah berkehendak hadir pada suatu benda dari makhluk-Nya, maka makhluk itu pasti akan tunduk pada-Nya.https://media.neliti.com

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yâsîn ayat 40: Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit).

Dalam ayat tersebut segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah sudah sesuai ketentuan dari Allah SWT. Semua yang diciptakan langit dan dan bumi beserta isinya sudah sesuai dengan garis edarnya. Ayat ini menjelaskan bahwa terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari. Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan. Itulah fenomena alam yang kadang terjadi.

Gerhana bulan dan matahari bagian kita merefleksikan diri terhadap perintah Allah. Sampai sejauh mana kita bertakbir, sampai sejauh mana kita shodaqoh, sampai sejauh mana kita memperhatikan tanda-tanda alam untuk taat kepada Allah SWT. Sampai sejauh mana kita mampu menyadari bahwa dalam kehidupan kita di dunia hanya titipan dan sementara serta tak ada abadi hidup di dunia

Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Salat Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam Salat Kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh Allah, surga dan neraka. Bahkan, beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai salat gerhana, beliau bersabda, "Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." https://kemenag.go.id/read/khutbah-salat-gerhana-gerhana-bulan-tanda-kebesaran-allah

Gerhana merupakan fenomena alam yang tak perlu ditakuti saat ini apalagi ditengan pandemi corona yang belum berakhir. Kedua fenomena ini bagian dari rencana atau skenario Allah yang diluar jangkauan nalar manusia tentang maksud kejadian gerhana dan penyakit yang disebabkan virus. Semuanya merupakan sains yang kebenarannya disandarkan kepada sisi pengetahuan dan keilmuan kemudian disandarkan oleh Firman Allah yang terdapat dalam Al Quran. Kita hanya mampu menafsirkan sesaat tapi tak tau maksudnya sebenarnya yang dikehandaki Allah SWT atas kejadian fenomena saat ini. Segala yang dipikirkan oleh Manusia pasti punya kelemahan walaupun dia seorang praktisi atau ahli. 

Ada beberapa hal setidaknya kita bisa belajar dari terjadinya gerhana dan kita dianjurkan untuk melaksanakam sholat gerhana. Pertama. Menjauhi mitos, syirik, dan berbau tahayul meniadakan keesaan Allah. Kita percaya kepada ketentuan Allah dan takdir yang dikehendaki oleh Allah melalui kitab suciNya yaitu Al Quran. Dan melalui yang dianjurkan nabi Muhammad SAW melalui Sunnah kebiasaan yang dilakukannya. Menjauhi syirik dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara melaksanakan Sholat gerhana itu bagian yang sudah sesuai tuntunan Allah SWT dan Sunnah Rosul Muhammad SAW. Ketika kita sudah syirik kepada Allah percaya kepada mitos, dukun atau paranormal maka kita sudah jatuh iman kepada Allah.  

Kedua Lalu apa hikmah dibalik shalat gerhana? gravitasi newton pada saat dua massa atau lebih dengan memiliki massa dan memiliki jarak tertentu, maka antar benda tersebut akan mengalami gaya gravitasi yang besarnya berbanding terbalik dengan jarak kuadratnya (F = Gmm/r kuadrat). Massa yang besar cenderung akan menarik massa yang lebih kecil ukurannya. Bagaimana jika gerhana? ya, akan memiliki gaya gravitasi yang besar dan besar pula gaya tarik antar bumi, bulan dan matahari. Dan kemungkinan besar akan terjadi gaya saling tarik-menarik dan tumbukan antara bumi, bulan dan matahari.https://nurulhuda.uns.ac.id/?p=500

Lantas apa resiko dari gaya tarik menarik antara matahari, bumi, dan bulan? Pertama, memungkinkan terjadinya gempa bumi. Sebab gaya tarik menarik yang terjadi bisa mengakibatkan pergeseran tanah. Pergeseran tanah inilah sebab terjadinya gempa bumi. Kedua, memungkin terjadinya gunung berapi meletus. Karena gaya tarik menarik dapat memicu aktifitas magma yang berada di perut bumi. https://nurulhuda.uns.ac.id/?p=500

Ketiga Ajang bersosial dan berdoa bersama Pada peristiwa gerhana matahari terjadi, dianjurkan oleh Nabi SAW untuk melakukan banyak kebaikan, salah satunya dengan shalat sunah berjamaah. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bi ‘Amr, dia berkata: “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, diserukan ‘Innasshalaati Jaami’atun’(shalat ini dikerjakan dengan berjamaah)” https://www.republika.co.id/berita/q33bv5320/hikmah-mengapa-allah-swt-menciptakan-gerhana-matahari

Keempat Tanda hari Kiamat Fenomena alam gerhana matahari, merupakan salah satu tanda datangnya kiamat kelak. Abu Musa al-Asy’ari RA menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat.” (HR Muslim)

Mari kita kembali ke Jalam Allah, kembali untuk mengingat ibadah kita dan mengingatkan hari kita akan kembali. Gerhana bulan saat ini menuntun dan belajar kita kembalu untuk bertafakur, berzikir kepada Allah. Belajar untuk selalu senantiasa memperbaiki kehidupan kita agar selalu bermanfaat untuk orang lain. Belajar untuk selaras, Serasi dan Seimbang dengan mendekat ke alam bagian dari Ciptaan Allah SWT. Belajar untuk diri kita tidak mengatakan praktisi atau ahli tapi belajar untuk bermanfaat untuk orang banyak. 

Belajar dari Gerhana Bulan dan fenomena alam untuk tambah dekat kepada Allah bukan untuk menjauhi Allah. Belajar saling memperbaiki saling melengkapi untuk menanti kehidupan yang lebih baik. 


 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA