Merefleksikan Teologi Al Ma'un di Tahun Baru 2021

Malam pergantian tahun 2020 sudah lewat,kini kita menapaki tahun 2021 dengan penuh suka cita dan gembira. Kehidupan tahun 2020 yang penuh warna warni, penuh suka cita, penuh dengan ujian dilalui dengan sempurna. Banyak drama kehidupan dalam 2020 yang semua orang pasti mengalaminya. Dan semua skenario drama kehidupan tak terlepas dari campur tangan Allah SWT. 

Allah Ta'ala Sang Sutradara tangguh pemilik semesta alam yang mengatur bumi beserta isinnya. Manusia hanya merencanakan tapi Allah yang berkehendak menentukan segalaNya. Sebagai umat yang beriman apa yang telah digariskan oleh Allah pasti ada maksud tersembunyi yang akan diberikan kepada umatNya yang beriman dan beramal sholeh. Sebagai umatNya kita harus banyak bersyukur atas nikmat yang diberikanNya. Sebab barangsiapa yang mensyukuri nikmatKu pasti Allah taala akan memberikan nikmat yang berlipat kemudian apabila dia tidak bersyukur pasti dia akan kufur atas nikmat yang diberikanNya.

Pergantian malam tahun baru tak ada pesta yang berlebihan dan tak ada uang yang dihamburkan sekian milyar dalam perayaan tahun baru. Tak ada kerumunan yang biasanya. Selalu mewarnai beberapa  tempat rekrasi dan hiburan. Semuanya berdiam diri di lingkungan masing-masing dalam merayakan pergantian tahun baru. Walaupun ada sebagian masyarakat menikmati pergantian tahun pergi ke luar kota.

Suasana pergantian tahun baru diliputi oleh kehadiran pandemi covid 19. Memberikan hakikat baru dalam nuansa keagamaan yang lebih menghayati dan masuk dalam semdi ruang-ruang kemanusian. Covid 19 memberikan kesadaran baru dalam memahami keberagaman masyarakat majemuk. Ada suatu warna teologi Al Ma'un dalam merefleksikan sikap baru keberagamaan dan keberagaman dalam teks dan konteks ke Indonesian.

Teologi Al Ma'un

Bagi masyarakat Muhammadiyah teologi Al Ma'un sudah tak asing lagi. Karena berdirinya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan merupakan refleksi dari ajaran spirit pembaharuan dalam memahami kehidupan masyarakatnya. Dalam praktiknya teologi Al Ma'un adalah penerapan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat melalui penerapan Surat Al Maun yang merupakan salah surat dalam kitab Suci Al Quran.

Teologi al Ma’un ingin menegaskan bahwa komunikasi sosial ummat Islam haruslah terbangun atas rasa kepedulian, perhatian yang tinggi serta rasa tanggungjawab yang besar terhadap masyarakat yang ada disekitar dengan cara menyantuni para yatim dan membantu memberdayakan kaum fakir miskin (kalangan dhuafa) sehingga mampu hidup mandiri dan sejahtera baik melalui suatu tindakan yang bersifat konsumtif maupun produktif kreatif, misal dengan pemberdayaan sosial kewirausahaan dan program kemandirian lainnya. Hal ini merupakan strategi yang sangat bagus dalam membuat masyarat lebih mandiri dan mencari rezeki dengan halal dan mampu menjadi agen-agen Muhammadiyah dalam membumikan teologi almaun. https://kilasberita.id/2020/11/23/implementasi-surah-al-maun-dalam-kehidupan-bermasyarakat/

Refleksi penerapan teologi Al Ma'un dalam konteks ke Indonesiaan bukan hanya milik muhammadiyah tapi harus didorong ke wilayah yang lebih luas dan skup secara nasional harus di dorong secara masif dan konsisten seluruh elemen bangsa. Muhammadiyah yang selama menjadi contoh merefleksikan teologi almaun ke dalam warganya dengan pendirian amal usaha muhammadiyah mulai dari sekolah,rumah sakit,panti asuhan dll menjadi simbol pembebasan atas sikap praksis leberagamaan yang sempit dan penuh dengan simbol belaka

Al-Ma'un bukanlah hanya sekedar surat yang hanya dibaca dan dihafal saja, dalam hal ini Kyai Dahlan menekankan pentingnya pengejawantahan pemahaman dalam aksi yang nyata. Yakni, dipraktikkan langsung dalam kehidupan, atau dalam tradisi Muhammadiyah belakangan ini berkembang istilah ilmu-amaliyah dan amal-ilmiah, yang dalam rujukan sekarang sering disebut dengan praksis. 

Surat al-Maun merupakan surat ke 17 yang terdiri atas 7 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Surat al-Maun diturunkan sesudah surat al-Taakatsur yakni surat ke 16 dan sebelum surat al-Kafirun yakni surat ke 18. Nama al-Maun diambil dari kata al Maun yang terdapat pada akhir ayat. Secara etimologi, al-Maun berarti banyak harta, berguna dan bermanfaat, kebaikan dan ketaatan, dan zakat.

Surat ini berdasarkan Asbabun Nuzulnya sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mudzir berkenaan dengan orang-orang munafik yang memamerkan shalat kepada orang yang beriman. Mereka melakukan shalat dengan riya’ dan meninggalkan apabila tidak ada yang melihatnya, serta menolak memberikan bantuan kepada orang miskin dan anak yatim.
Surat al-Maun berisi empat hal pokok, yakni :
  • Perintah berbuat kebaikan kepada sesama manusia. Terutama kepada anak-anak yatim dan fakir miskin yang merupakan kelompok orang-orang yang tertindas (mustadh’afin).
  • Jangan lupa atau lalai mendirikan shalat.
  • Jangan riya’ (pamer) dalam beribadah.
  • Jangan kikir (pelit) untuk beramal dan berbagi dengan sesama.http://juniliza.blogspot.com/2015/06/teologi-surat-al-maun.html?m=

Hal inilah yang wajib kita pahami sebuah proses realisasi pengenjawantahan ajaran islam yang rahmatan lilalamin melalui suatu kegiatan nyata dalam konteks kemanusian. Pembebasan kaum miskin dari keterbelakangan perlu kerja keras dari smua unsur masyarakat dalam bersinergi dan berkolobarasi.

Bukan hanya muhammadiyah saja yang manpu merefleksikan teologi almaun tapi seluruh unat Islam membuka cakrawala literasi kembali untuk membumikan ajaran Islam secara Kaffah. Akan tetapi kesadaran bersama secara massif menerapKan ajaran itu ke dalam sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Di awal masa pandemi masyarakat bergerak secara cepat merespon kegelisahan dengan bergotong royong untuk menyiapkan keperluan untuk tenaga kesehatan dan masyarakat yang membutuhkan berupa sembako, masker dll. Kemudian ada bansos dari pemerintah pusat dan daerah. Kegiatan parsial butuh di sentuh kembali dengan ajaran Surat Almaun.

teologi adalah pembicaraan tentang Tuhan. Menurut Schoof (1970) teologi adalah refleksi sistematis dan metodis tentang realitas iman, yaitu “integrasi ilmiah dari sabda Tuhan sebagaimana itu ditujukan kepada kita”. Sementara, “pembebasan” adalah refleksi kritis tentang Tuhan baik dalam iman, tindakan dan realitas kesejarahan. Dalam buku materi induk perkaderan Muhammadiyah, teologi pembebasan (Theology of Liberation) dimaknai sebagai “teologi yang berorientasi kerakyatan yakni berorientasi pada pembebasan rakyat miskin dan tertindas. Teologi pembebasan merupakan orientasi keseluruhan refleksi teologis untuk pembebasan rakyat miskin dan tertindas. Teologi ini bergerak pada level ilmiah, praksis dan populer.” Secara historis, teologi pembebasan ini berkembang di Amerika Latin dalam melawan penjajahan, dan kini meluas ke negara-negara sedang berkembang yang bersentuhan dengan ge­rakan pembangunan yang mencoba melepas ketergantungan dari struktur yang merugikan rakyat miskin dan tertindas. Teologi Pembebasan yang saya tulis di sini sering dikaitkan pula dengan istilah “teologi Pengharapan” (Theology of The Hope) dan “Teologi Pembangunan” (Theology of Development).https://terataknugroho.wordpress.com/2016/03/25/dimensi-pembebasan-teologi-al-maun/amp/

Tauhid adalah expresi keberimanan manusia kepada sang pencipta bahwa Allah swt adalah esa, ahad. Kalimat tauhid diwakili dengan kalimat La ilahailallah, Muhammadarrasulullah. kalimat tauhid tersebut disebut dengan kalimat tahlil, dan kalimat tahrir. Kalimat tahrir ditandai dengan La ilaha, yang bermakna tidak ada tuhan. Dan kalimat tahlil yang ditandai dengan illallaah, kecuali Allah swt. Sehingga manifestasi tauhid di sini tidak hanya membebaskan manusia dari kesyirikan, tetapi juga membebaskan manusia dari kedzaliman manusia, the liberation of man from the bounded of man. Kerja dua hal pokok tersebut kemudian disebut Amin Rais sebagai Tauhid Sosial. Tujuan tauhid sosial adalah persaudaraan yang universal (Universal brotherhood), kesetaraan (equality), dan keadilan sosial (social justice)Dari sini Islam menekankan kesatuan manusia (Unity of mankind) yang dijelaskan dalam Al qur’an, “ Hai manusia,Kami ciptakan kamu dari laki–laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal sungguh yang paling mulia di sisi kamu adalah orang-orang yang paling bertaqwa, sungguh Allah maha mengetahui (QS Al hujurat ayat 13). https://terataknugroho.wordpress.com/2016/03/25/dimensi-pembebasan-teologi-al-maun/amp/

Dimensi sosial menegaskan kembali seperti yang dijelaskan di atas untuk memgubah skat dan jarak kemanusian yang begitu mendalam. Kehadiran manusia yang memiliki rasa tauhidnya secara mendalam membuka ruang kepedulian kemanusian yang adil dan beradab bagi terciptanua persatuan nasional seluruh anak bangsa dan anak negri.Kemudian teks dan konteks keadilan sosial dapat terwujud secara nyata dalam kehidupan masyarakat.

Penerapan teologi almaun dalam konteks nilai-nilai Pancasila.

Untuk mengatasi ketidakadilan sosial yang terjadi saat ini, maka Muhammadiyah sebagai persyarikatan perlu untuk menghidupkan lagi spirit al-Ma’un, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kyai Dahlan di awal-awal pendirian Muhammadiyah. Setidaknya ada beberapa pesan yang dapat di tangkap dari surat al-Ma’un, diantaranya adalah; pertama, orang yang menelantarkan kaum dhu’afa (mustadh’afiin) tergolong kedalam orang yang mendustakan agama. Kedua, ibadah shalat memiliki dimensi sosial, dalam arti tidak ada faedah shalat seseorang jika tidak dikerjakan dimensi sosialnya. Ketiga, mengerjakan amal saleh tidak boleh dibarengi dengan sikap riya. Keempat, orang yang tidak mau memberikan pertolongan kepada orang lain, bersikap egois dan egosentris termasuk kedalam orang yang mendustakan agama.http://menolak-tunduk.blogspot.com/2012/10/teologi-al-mauun-refleksi-pembebasan_31.html?m=1

Konteks ke Indonesian teologi almaun justru memiliki sinergi dengan penerapan ajaran pancasila. Terutama pada sila kedua yaitu kemanusian yang adil dan beradab. Wujud nyata perlu diaplikasikan kembali oleh seluruh elemen masyarakat berupa penyadaran secara utuh ke dalam kehidupan masyarakat. Di bukanya ruang diskursus baru dalam ruang publik dalam pemahamam nilai-nilai kemanusian dan teologi almaun butuh energi keumatan yang luwes. 

Ada beberapa wujud penerapan dan gambaran teks ke umatan yang berkemanusian bermunculan di tengah kehidupan masyarakat seperti kitabisa.com, ACT,  Dhompet Dhua'afa Republika dll. Itu telah mejadi spirit baru dalam kehidupan masyarakat. Dan itu bagian kecil dari kerja masyarakat dalam penerapan kemanusian yang adil dan beradab

Ketika muhammadiyah telah mereflesikan gagasan itu maka perlu sinegi dan kooidinasi dengan lembaga selain muhammadiyah. Hal ini untuk mendorong bangkitnya ekonomi ummat di masa pandemi. Perlu dicarikan langkah-langkah strategi agar pembinaan ekonomi umat bisa lebih efektif. Spirit atau gagasan teologi al maun dalam mengembangkan sila kemanusian yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Ada beberapa poin mengembangkan ekonomi ummat. Yang Pertama internalisasi pencerahan dan pendidikan ummmat melalui MUI sebagai lembaga sentral kegiatan pijakan ummat ditingkat nasional menjadii lembaga yang memberikan pembekalan ekonomi ummat melalui lembaga takmir masjid. Atau bisa juga melalui Dewan masjid Indonesia. 

Ketika zaman rosul masjid memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi dan pendidikan ummat islam. Barometer kegiatan dimulai dari masjid yang menjadi tempat berkumpulnya ummatNya dalam rangka ibadah kepada Allah. Masjid di fungsikan secara luas perannya dalam pengembangan ekonomi ummat maka perlu kerjasama dengan lembaga lain untuk mendirikan koperasi, mini market atau membuat pelatihan umkm. Memberdayakan masyarakat lewat masjid bisa lebih efektif berjalan. Adanya kas masjid bisa dimanfaatkan untuk membangun fungsi ekonomi kreatif ummat. Seperti contoh masjid yang ada dibeberapa wilayah di Indonesia dimana kas masjid berperan membangun ekonomi ummat dan fungsi sosial. 

Kedua. Memberdayakan dan menggembirakan amal sholeh. Hal ini juga sudah dimiliki oleh modal nya sendiri oleh ummat Islam. Fungsi amal sholeh yang dimiliki oleh ummat dengan menjalankan fungsi keimanan. Iman merupakan pondasi yang harus dibangun ditata secara baik oleh setiap individu. Iman merupakan refleksi ucapan gagasan dan pikiran keyakinan akan adanya Allah ta'ala. 

Keimanan perlu digerakkan dengan amal sholeh ummat. Dengan kepedulian terhadap sesamanya maka menjadi ummat yang bermanfaat untuk ummat yang lainnya. Ummat telah sering berbagi dengam ummat yang lainnya melalui gerakan sosial pemberian sembako,nasi bungkus dll. Kalau sebelumnya secara parsial mKa butuh gerakan yg lebih lua dengan lenbaga lain. Gerakan ini butuh didukung oleh masjid untuk menggerakan secara masif ke tengah masyarakat. 

Gerakan amal sholeh di syiarkan secara massif ditengah masyarakat kembali pada masa pandemi dengan bentuk kepedulian secara lebih luas. Pemberdayaan zakat infaq shodaqoh yang sudah terbangum diefektikan dan diseleraskan dengan potensi masjid dan lembaga lainnya. Membangun warung kejujuran misalnya masyarakat bisa membeli barang kebutuhan pokok yang diperlukannya dengan cara membayar tanpa dilayani oleh kasir.Ummat difasilitasi untuk menghitung dan membayar sesuai yang dia beli. Cara ini sudah pernah ada yang mencontohkan tapi perlu didorong lebih luas lagi. Sehingga ummat secara tak langsung diajari nilai-nilai kejujuran dan kepedulian. Kalo gerakan amal sholeh srcara masif maka akan tercerahkan kehidupan ummat. Prinsip bermualamah diterapkan secara langsung kepada ummat. Prinsip belajar fiqh diterapkan secara langsunh melalui gerakan amal sholeh.

Gagasan teologi almaun kalo digerakan maka akan menjadi potensi gerakan bangkitmya ekonomi ummat secara lebih luas. Persatuan umnat akan terjaga lebih baik kalo potensi ini dikembangkan secara massif. Selain masjid punya pondok pesantren, lembaga atau organisasi sosial lainnya. Butuh sinergi dan koordinasi, dan kolaborasi untuk menggerakan gerakan amal sholeh sebagai implementask teologi al maun.

Muhammadiyah bisa menjadi epicentrum gerakan ini karena ajaran refleksi Kyai Ahmad Dahlan dalam menggerakan potensi sosial kepada muridnya. Sehingga bisa berdiri kokoh amal usahanya dari sekolah, rumah sakit, universitas dll. Dan masyarakat melalui masjid bisa belajar banyak dari muhammadiyah. Dari hal ini ukhuwah islamiah bisa dirajut kembali diawal tahun 2021. Kebangkitan Islam dalam bisang sosial ekonomi bisa secara real direfleksikan. Berbuat baik sebesar biji sawi akan akan dibalas oleh allah berlipat ganda.

Penutup

Awal tahun baru 2021 dijadikan pijakan menggerakan ekonomi ummat secara massif. Pandemi covid 19 menjadi pembelajaran baru untuk membuka peradaban baru. Berusaha melejitkn potensi umat melalui masjid yang disandingkan dengan lembaga lainmya akan menjadi kuat. Secara tak langsung ukhuwah islamiah akan terbangun dan terawat dengan sendirinya.

Bangkitnya islam bukanlah suatu keniscayaan tapi perlu digerakkam secara langsung. Pembelajaran muamalah melalui kajian fiqh dapat diterapkan melalui gerakan amal sholeh dengan membuka gerai sembako kejujuran. Atau dengan gerakan amal sholeh yang sudah ada perlu diimbaskan kepada ummat yang laiinya. 

Smoga di awal tahun ini gerakan amal sholeh bisa lebih massif lagi. Baldatun toyyibatun warobun ghofur insya allah. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA