Peristiwa Kontemporer Dunia (Runtuhnya Vietnam Selatan)
A.
PENDAHULUAN
Sejarah
kontemporer , dalam historiografi berbahasa Inggris, merupakan himpunan bagian
dari sejarah modern yang menggambarkan periode sejarah dari kira-kira tahun
1945 sampai sekarang.] Sejarah kontemporer adalah bagian dari periode modern
akhir , atau merupakan salah satu dari tiga bagian utama dari sejarah modern,
di samping periode modern awal dan periode modern akhir. Istilah sejarah
kontemporer telah digunakan setidaknya sejak awal abad ke-19.
Sejarah kontemporer secara politik didominasi oleh Perang Dingin (1945-91) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang pengaruhnya terasa di seluruh dunia. Konfrontasi, yang terutama terjadi melalui perang proksi dan melalui intervensi dalam politik internal negara-negara kecil, akhirnya berakhir dengan pembubaran Uni Soviet dan Pakta Warsawa pada tahun 1991, menyusul Revolusi 1989 . Tahapan terakhir dan akibat dari Perang Dingin memungkinkan demokratisasi di sebagian besar Eropa, Afrika, dan Amerika Latin. Di Timur Tengah, periode setelah 1945 didominasi olehkonflik yang melibatkan negara baru Israel dan kebangkitan politik perminyakan , serta pertumbuhan Islamisme setelah 1980-an. Organisasi pemerintahan supranasional pertama, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa , muncul selama periode setelah 1945, sementara kerajaan kolonial Eropa di Afrika dan Asia runtuh, hilang pada tahun 1975. Budaya tandingan bangkit dan revolusi mengubah hubungan sosial di negara-negara barat antara tahun 1960-an dan 1980-an, dilambangkan oleh Protes tahun 1968 . Standar hidup meningkat tajam di seluruh dunia maju karenaledakan ekonomi pasca perang , di mana ekonomi besar seperti Jepang dan Jerman Barat muncul. The budaya Amerika Serikat , terutama konsumerisme , menyebar luas. Pada 1960-an, banyak negara barat mulai deindustrialisasi ; Sebagai gantinya, globalisasi menyebabkan munculnya pusat-pusat industri baru, seperti Jepang , Taiwan , Korea Selatan , dan kemudian China , yang mengekspor barang konsumsi ke negara-negara maju
B. B. RUNTUHNYA
VIETNAM SELATAN
1. Latar
Belakang
Kemerdekaan
Vietnam berakhir pada pertengahan abad 19 AD (Setelah Masehi), ketika Vietnam
dikolonialisasikan oleh Kerajaan Perancis. Pemerintahan Perancis menanamkan
perubahan signifikan dalam bidang politik dan kebudayaan pada masyarakat
Vietnam. Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan dan agama Kristen
diperkenalkan kepada masyarakat Vietnam. Pengembangan ekonomi perkebunan untuk
mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi, Perancis
mengabaikan permintaan akan pemerintahan sendiri (self-government) dan hak-hak
sipil yang terus meningkat. Sebuah pergerakan politik nasionalis dengan cepat
muncul, dan pemimpin muda Ho Chi Minh memimpin permintaan akan kemerdekaan
kepada League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa) Perancis menguasai Vietnam
setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari tahun
1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi
kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti
rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi
penguasaan industri Britania Raya. Semasa pemerintahan Perancis, golongan
rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari
Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok
nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian
Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat
perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaan tersebut ditolak dan Vietnam
beserta seluruh Indochina terus menjadi jajahan Perancis.
Pasca
kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, China, Perancis dan Inggris datang ke
Vietnam untuk melucuti tentara Jepang. China melakukan pelucutan dari arah
Utara, sedangkan Inggris dan Perancis dari arah Selatan. Dalam buku Sejarah
Asia Tenggara (1988) karya D.G.E Hall, pasca pelucutan tentara Jepang di
Vietnam, terjadi konflik dalam pihak sekutu tentang nasib bangsa Vietnam. China
dan golongan revolusioner Viet Minh menghendaki Vietnam menjadi negara merdeka,
sedangkan Perancis dan Inggris ingin mengembalikan wilayah Vietnam kepada
Perancis. Perselisihan antara China dan Perancis-Inggris menyebabkan
pertempuran besar di Vietnam. Ho Chi Minh dan pasukan revolusioner Viet Minh
berusaha mengusir Inggris-Perancis dari kawasan Vietnam. Jalannya Perang
Berdirinya
Vietnam Selatan itu ketika Perancis berusahan mendirikan negara-negara boneka
di kawasan Indocina di akhir Perang Dunia ke II. Dengan hadirnya Vietnam
Selatan, otomatis membuat Vietnam terpecah. Hal itu membuat Ho Chi Minh sangat
marah, karena ia menginginkan Vietnam menjadi negara yang merdeka dan utuh.
Kemudian terjadilah perang Indocina I pada tahun 1946-1954, yaitu antara
Vietnam Utara yang didukung oleh Tiongkok dan Vietnam Selatan didukung oleh
Perancis.
Vietnam
Utara yang dipimpin oleh Ho Chi Minh mendapat pengakuan dari Rusia dan Tiongkok
pada tanggal 31 Januari 1950. Kemudian Vietnam Selatan yang dipimpin oleh Bao
Dai juga mendapat pengakuan dari Amerika Serikat dan Inggris pada 7 Februari
1950, namun di satu sisi sebagian besar rakyat tidak mau mengakuinya.
Perang
antara Viet Minh dengan pasukan Prancis itu berlangsung dari tahun 1946 hingga
1954, yang berakhir dengan kalahnya Prancis pada sebuah pertempuran hebat di
Dien Bien Phu. Akhirnya, melalui sebuah konferensi internasional yang berlangsung
di Jenewa tahun 1954, gencatan senjata pun diberlakukan.Ditetapkanlah garis
demarkasi antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan di titik garis 17° sebagai
zona demiliterisasi. Vietnam Utara diperuntukkan bagi Viet Minh, sedangkan
Vietnam Selatan diperuntukkan bagi pasukan Prancis. Vietnam Selatan dipimpin
oleh perdana menteri Ngo Dinh Diem, sedangkan Vietnam Utara dipimpin oleh tokoh
pergerakan Vietnam, Nguyen Tat Thanh, atau dikenal dengan Ho Chi Minh.
Perang
Vietnam yang berlangsung selama 20 tahun (1955-1975) merupakan bentuk nyata
dari perbenturan ideologi demokrasi liberal dan komunis di masa Perang Dingin.
Perang Vietnam, serupa dengan Perang Korea, mengakibatkan pecahnya negara ini
menjadi dua bagian, yaitu Vietnam Utarayang berhaluan komunis, dan Vietnam
Selatan yang berhaluan demokrasi Liberal.Perpecahan negara ini berawal dari
perseteruan antara The Vietnam Independence League (Viet Minh) dan pasukan
Prancis yang ingin kembali berkuasa di kawasan Indochina, khususnya Vietnam.
Persetujuan
Jenewa tanggal 21 Juli 1954, yang membagi Vietnam menjadi dua negara yaitu,
Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dengan dengan batas garis demarkasi 17°
Lintang Utara. Pihak Vietnam Utara menamakan negaranya Republik Demokrasi
Vietnam (RDV) yang beraliran komunis dan Vietnam Selatan bernama Republik
Vietnam (RV) yang beraliran nasionalis. Menurut persetujuan tersebut, pembagian
Vietnam hanya bersifat sementara, karena akan disusul dengan pemilihan umum
guna penyatuan kembali wilayah Negara yang direncanakan pada bulan Juli 1956.
Namun Pemilihan Umum tersebut tidak pernah bisa dilaksanakan.
Kesepakatan
Jenewa tahun 1954 yang memproklamasikan gencatan senjata di antara dua Vietnam
ini mengha$ilkan sebuah badan yang bernama International Control Committee.
Badan tersebut dibentuk untuk melaksanakan proses pemilihan umur.yang
demokratis untuk menyatukan dua Vietnam. Vietnam Selatar. menolak proses itu
dan Amerika Serikat mendukungnya.Vietnam Utara lebih memilih untuk menyatukan
dua Vietnam melalu:kekuatan militer ketimbang melalui proses politik. Itulah,
awal dari Perang Vietnam yang berlangsung selama 20 tahun.
Pihak
Vietnam Selatan berkeberatan dengan alasan bahwa pemilihan umum secara bebas
tidak mungkin dilaksanakan selama Vietnam Utara di bawah kekuasaan komunis.
Ajakan Vietnam Utara untuk mengadakan konferensi, konsultasi guna membicarakan
pemilihan umum hanyalah propaganda komunis untuk meyakinkan rakyat agar mereka
diakui sebagai pemrakarsa penyatuan wilayah nasional. Vietnam Selatan juga
menyatakan tidak akan mematuhi persetujuan itu, karena merasa tidak ikut
menandatangani.
Dengan
demikian terdapat dua Vietnam yang saling bertentangan. Akhirnya pertentangan
kedua pihak Vietnam memuncak yang mengakibatkan pecahnya perang saudara.
Masing-masing pihak dibantu oleh negara adidaya. Pemerintah Amerika Serikat
melakukan intervensi dengan mengirimkan pasukan dan peralatan militernya ke
Vietnam Selatan untuk mempertahankan negara ini dari pasukan RDV yang mendapat
bantuan personel dan peralatan militer dari Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina
(RRC).
Dengan
banyaknya korban yang berjatuhan, akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk
berunding dan melakukan gencatan senjata pada tahun 1970. Perundingan itu
diikuti oleh Vietnam Utara, Vietnam Selatan, dan Amerika Serikat di Paris.
Kemudian pada tahu 1972, diumumkan oleh AS bahwa Indonesia, Kanada, Hongaria,
dan Polandia menjadi pengawas gencatan senjata di Vietnam.
Perundingan
yang hampir mencapai kesepakatan itu ternyata dilanggar. Tiba-tiba saja Vietnam
Utara menyerang Vietnam Selatan secara tiba-tiba. Amerika Serikat pun marah,
kemudian Presiden Richard Nixon memerintahkan pasukannya untuk meranjau semua
lalu lintas laut dan juga menghancurkan seluruh jalur komunikasi dan
transportasi Vietnam Utara. Karena mendapat serangan tersebut, akhirnya Vietnam
Utara menyepakati gencatan senjatanya. Perjanjian itu disebut sebagai
Persetujuan Paris, dan ditandatangani pada 27 Januari 1973.
Dalam
masa pemerintahannya, Ngo Dinh Diem mendapatkan dukungan, baik militer maupun
ekonomi, dari Amerika Serikat. Hal itu didasari oleh kekhawatiran Amerika
Serikat terhadap menyebarnya kekuatan komunisme yang gencar dari Vietnam Utara.
Sementara itu, kekuatan gerilyawan Vietnam Utara, yang dikenal dengan nama Viet
Cong, mulai merambah masuk ke daerah Vietnam Selatan. Pemerintahan Ngo Dinh
Diem meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk mengembangkan kekuatan
tentara Republik Vietnam (Army of the Republic of Vietnam) dan kepolisian
Vietnam.
Seiring
dengan proses pemberian bantuan Amerika Serikat terhadap Vietnam Selatan,
kekuatan Viet Cong semakin bertambah besar. Organisasi komunis yang
beranggotakan kader dari Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pun didirikan pada
Desember 1960 dengan nama National Front for the Liberation of Vietnam. Organisasi
tersebut merupakan penerus kelompok pergerakan revolusioner Viet Cong (Vietnam
Communist) yang sebelumnya bernama Viet Minh, organisasi pergerakan
revolusioner yang menjadi pionir kemerdekaan Vietnam pada 2 September 1945.
Sebagian dari anggota Viet Cong merupakan penduduk Vietnam Selatan yang
beroposisi dengan Ngo Dinh Diem. Gay:kepemimpinan Diem yang otoriter serta
keyakinan Katolik yang ia anut dinilai masyarakat Vietnam Selatan tidak sesuai
dengar mayoritas masyarakat yang memeluk Buddha.
Dalam
usahanya mengalahkan Ho Chi Minh, CIA menempatkan Ngo Dhin Diem yang fasistik
untuk menguasai bagian selatan. CIA pun menyebarkan propaganda buruk tentang Ho
Chi Minh. Menakut-nakuti orang selatan bahwa Ho sedang mengerahkan orang-orang
utara untuk menyerbu ke selatan. Informasi seperti ini diharapkan dapat turut
memunculkan dorongan dari warga Amerika agar Amerika secepatnya melakukan
tindakan terhadap Ho.
Pihak
Komunis memang bersiap sedia untuk menyerang Vietnam Selatan, sejak sebelum
Perjanjian Geneva ditandatangani. Persiapan ini dibuat sekiranya penyatuan
tidak dapat dicapai melalui kemenangan dalam pilihanraya. Ho Chi Minh
memerintahkan beribu-ribu orang agen Komunis untuk menyusup masuk ke Vietnam
Selatan, dan menyediakan tempat tersembunyi untuk simpanan senjata.
Taktik
CIA selanjutnya, yakni pada tahun 1954, CIA memanaskan situasi dengan
menjalankan Operasi Phoenix sehingga pemilu nasional yang direncanakan
berlangsung pada tahun 1956, sesuai dengan persetujuan Jenewa, gagal
dilaksanakan. Terdapat 2 pelanggaran terhadap persetujuan Jenewa yang dilakukan
oleh pihak selatan. Yang pertama, Ngo Dhin Diem, dibawah perlindungan AS
melakukan pelanggaran terhadap persetujuan jenewa dengan menolak berpartisipasi
pada pemilu nasional itu. Uni Soviet mengusulkan pemisahan permanen antara
Vietnam utara dan Vietnam selatan, menjadi dua Negara yang diakui oleh PBB.
Usul ini ditolak oleh AS yang tidak mau mengakui Vietnam yang Komunis. Pada
akhirnya diadakan pemilu, namun hanya diadakan di Selatan dan peristiwa ini
menandai terbentuknya Republik Vietnam (dikenal luas dengan nama Vietnam
Selatan) dengan Ngo Dhin Diem sebagai presiden pertamanya. Pelanggaran yang ke
dua terhadap persetujuan Jenewa dilakukan secara langsung oleh AS dengan
mengirimkan penasehat-penasehat militernya untuk melatih tentara Republik
Vietnam.
Sebenarnya
Perang Vietnam ini sudah hampir berakhir lho pada bulan April 1975. Namun, pada
18 April 1975 Vietnam Utara kembali mengancam wilayah Vietnam Selatan, dan
wilayah yang dituju adalah Saigon, ibu kota Vietnam Selatan. Masyarakat Vietnam
Selatan pun panik dan mulai mengungsi ke wilayah AS menggunakan lima kapal induk
Armada yang dikirimkan AS. Presiden Vietnam sempat berganti 2 kali, pertama
yaitu bergantinya Nguyen Van Thieu ke Tran Van Huong. Nguyen Van Thieu adalah
presiden yang menandatangani Persetujuan Paris karena AS berjanji mengirim
pesawat B-52 yang akan mengebom Vietnam Utara jika melakukan pelanggaran. Namun
hal itu tidak dilakukan oleh AS, dan Vietnam Selatan kekurangan kekuatan
militernya.
Saat
bantuan dari AS tidak datang, Vietnam Utara semakin di atas angin. Kemudian
pada 28 April 1975, Tran Van Houng digantikan oleh Duong Van Minh sebagai
Presiden Vietnam Selatan. Namun, baru sehari memimpin, wilayahnya langsung
diserang oleh pasukan gerilya Vietnam Utara yaitu Vietcong. Wilayah yang
menjadi tujuan serangan Vietcong adalah Saigon.
Pada
akhirnya pasukan Vietnam Selatan kalah akibat hujan tembakan artileri yang
dilakukan oleh Vietcong. Akhirnya pasukan Vietnam Utara mulai menduduki
posisi-posisi penting di Saigon dan mengibarkan bendera mereka di istana
kepresidenan Vietnam Selatan pada 30 April 1975. Hal itu menandakan menyerahnya
pemerintahan Vietnam Sealtan tanpa syarat kepada Vietcong, dan kejatuhan Saigon
pun menandakan berakhirnya Perang Vietnam dengan kemenangan Vietnam UPada
27Januari 1973, proses menuju kesepakatan perdamaian akhirnya digagas kembali.
Dalam perundingan perdamaian antara pemerintahan komunis Vietnam Utara, Vietnam
Selatan, dan Amerika Serikat, disepakati adanya gencatan senjata di seluruh
daerah konflik di Vietnam. Kesepakatan perdamaian itu ditandatangani pada
31Januari 1973 dan dikenal dengan nama The Paris Accords. Implementasi dari
kesepakatan ini adalah ditariknya kekuatan pasukan Amerika Serikat dari Vietnam
secara besarbesaran. Selanjutnya, tawanan perang dari kedua pihak dibebaskan
dan pasukan perdamaian internasional berhak menjaga stabilitas perdamaian dan
keamanan. Tentara Vietnam Utara diperbolehkan untuk tetap berada di Vietnam
Selatan, dengan syarat tidak boleh melakukan praktik-praktik koersif terhadap
Vietnam Selatan. Nguyen Van Thieu, pemimpin Vietnam Selatan pada waktu itu,
dihadapkan pada tantangan besar untuk menentukan nasib Vietnam Selatan. Kondisi
damai di Vietnam tidak berjalan panjang.
Pada
1974, Vietnam Utara, dengan ibu kota Hanoi, mulai melanggar
kesepakatan-kesepakatan damai yang dihasilkan dalam Paris Accords. Tentara Viet
Cong mulai menganeksasi beberapa daerah di Vietnam Selatan, seperti Provinsi
Phuoc Long, yang diserbu Viet Cong pada Januari 1973. Invasi Vietnam Utara
atasVietnam Selatan pun tidak dapat dibendung. Pada 21 April 1975, Presiden
Nguyen Van Thieu mengundurkan diri dan terbang ke Taiwan. Pada 30 April 1975,
Saigon, ibu kota Vietnam Selatan, dikuasai seluruhnya oleh Vietnam Utara.
Tank-tank Vietnam Utara memasuki kota tersebut sebagai tanda kemenangannya.Pada
2 Juli 1976, pemerintahan militer pun dibentuk. Vietnam diproklamasikan sebagai
Republik Sosialis Vietnam, dengan ibu kota di Hanoi. Nama Kota Saigon diubah
menjadi Ho Chi Minh.tara. Hal ini menjadi periode awal transisi Vietnam menjadi
satu negara yang utuh.
3. Dampak Runtuhnya Vietnam Selatan
- Dampak positif
1. Meningkatnya
jumlah imigran
Sebelum
tahun 1975, hanya ada beberapa ribu warga Vietnam yang tinggal di Amerika. Kebanyakan
dari warga tersebut adalah pasangan legal dari warga negara Amerika sendiri,
personel militer yang bertugas di Vietnam Selatan dan pelajar atau anggota dari
lembaga diplomatik Vietnam.
Setelah
30 April 1975, jumlah imigran Vietnam di Amerika meningkat secara signifikan
hingga 150% pada sekitar tahun 80 dan 90an. Berdasarkan dari jumlah perhitungan
statistik lokal milik negara Amerika, warga Vietnam yang berada di Amerika
berjumlah 1,5 juta orang, masih di bawah Cina yaitu 2,4 juta orang, Filipina sebanyak
1,8 juta orang, dan India 1,6 juta orang. Namun berada di atas Korea, yaitu 1
juta orang.
Hal
ini secara tidak langsung membuat warga Vietnam Amerika menjadi grup minoritas
terbesar no 4 yang ada di Amerika Serikat. Kebanyakan dari warga tersebut menduduki
wilayah California, Texas, Louisiana dan Maryland.
2. Keberanian
untuk mendapatkan kebebasan
Warga
Vietnam Amerika awalnya pergi dari tanah kelahiran mereka setelah pihak komunis
Vietnam utama menyerang Vietnam Selatan di tahun 1975. Artinya, eksodus besar-besaran
terjadi dengan cara mengarungi lautan di kapal-kapal kecil atau berjalan
melewati tempat peperangan di Cambodia dan Laos pada tahun 1978 sampai 1995.
Mereka juga berdatangan di Amerika melalui program pemerintah Amerika sebagai
solusi dari banyaknya warga Vietnam yang mati di lautan atau hutan-hutan
Kambodia, Laos atau Thailand. Banyak warga vietnam yang bertekad untuk mencari
kebebasan dari semua agenda politik.
Banyaknya
data mengenai perjuangan dan pengorbanan warga Vietnam untuk terus melanjutkan
hidup dengan kebebasan dari agenda politik menjadi salah satu karakter mereka.
Bagaimana tidak, mereka harus keluar dari kampung halaman mereka sendiri untuk
menyelamatkan diri. Sebanyak 150.000 warga Vietnam diterbangkan menuju Amerika
dengan ijin dari Kedutaan Amerika. Selain itu, 150.000 warga Vietnam lain
melarikan diri menggunakan kapal diantara tahun 1975 hingga 1978.
3. Kontribusi
Kontribusi
warga Vietnam-Amerika pada negara Amerika tidak hanya ada satu atau dua orang.
Sama seperti imigran lain, warga Vietnam Amerika telah melalui masa-masa
penderitaan dan memulai melanjutkan hidup dengan budaya dan etika kerja untuk
beradaptasi dan mencapai “American Dream”. Hingga saat ini, cerita mengenai
bagaimana warga negara Vietnam bertahan di Amerika dengan hambatan perbedaan
bahasa dan budaya sudah tidak dapat dihitung banyaknya.
Meskipun
sampai saat ini, warga Vietnam-Amerika masih terus berjuang untuk berintegrasi
dengan masyarakat lokal Amerika, cerita mengenai warga Vietnam yang
berkontribusi untuk Amerika sudah bisa tercium harum namanya
- Dampak Negatif
1. Komunis
Semakin Berkembang
Salah
satu dampak yang paling terasa adalah
berkembangnya Komunisme di berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Laos,
Kamboja, dan juga mewabah sampai ke Indonesia. Bisa dibilang, salah satu penyeb
terbentuknya pembentukan PKI dari sejarah terbentuknya PKI adalah kemenangan
Vietnam Utara atas Vietnam Selatan yang kala itu juga dibantu oleh Amerika
Serikat, mereka semakin git untuk menyebarkan ideologi komunis mereka ke
negara-negara tetangganya. Sampai-sampai pemerintah saat oitu mendirikan
mendirikan sebuah negara boneka yang diberi nama Republik Rakyat Kampuchea,
yang memiliki fungsi khusus sebagai wadah untuk memfasilitasi para penebar
agama komunis.
Tentu
saja, dengan berdirinya sistem pemerintahan ini, datanglah pihak-pihak yang
bertentanga dengan hal tersebut, dan akhirnya menjadi suatu penyebab
pelanggaran HAM Vertikal dan juga penyebab konflik horizontal bagi masyarakat
Vietnam sendiri. Vietkong melawan masyarakat yang merasa tidak setuju dengan
kebijakan tersebut. Namun sebelum hal itu terjadi , Laos sudah memasuki era
komunisme. Hal itu sudah ditebak terlebih dahulu dengn efek domino yang pasti
terjadi. Efek domino menjelaskan kepada kita bahwa apabila suatu wilayah
berhasil dikuasai oleh suatu ideologi, maka wilayah-wilayah lainnya juga akan
merasakan hal yang sama satu persatu dan dalam waktu yang berurutan
2. Dibentuknya Gerakan Penghambat Komunisme
Walaupun ini bukanlah salah satu dampak
seperti yang telah terjadi pada dampak negatif Perang Dingin, namun
perkembangan komunism di wilayah Asia Tenggara bisa dibilang mengkhawatirkan,
terlebih lagi mayoritas masyakarat kala itu masih berada pada kondisi ekonomi
yang tergolong bawah, yang sangat mudah menjadi sasaran komunis selanjutnya. Oleh karena itu,
sebagian masyarakat Vietnam khawatir akan itu, dan meyakinkan diri mereka untuk
tidak setuju dengan pemerintahan yang tiba-tiba dibentuk. Hal itu merupakan
kesempatan emas bagi negara-negara anti komunis seperti Indonesia untuk
memberikan dukungan kepada mereka
3. Terjadinya
Pertempuran di Kamboja
Lalu,
dari perbedaan ideologi tersebut, timbullah salah satu penyebab konflik antar
agama yang memberikan dampak konflik agama yaitu adanya peperangan antar
saudara di Vietnam yang terjadi pada negara Kamboja. Pada peperangan ini, yang
paling disorot sebagai salah satu pemicu terjadinya perang ini adalah Pasukan
Khmer Merah, yang melanjutkan perjuangan perluasan komunis pada area Kamboja.
Perjuangan mereka dihambat oleh Pemerintahan Kamboja sendiri yang saat itu diback up oleh negara China, dan pihak Vietnam yang dibantu oleh negara komunis terbesar di dunia kala itu, Uni Soviet. Perang tersebut pun tidak bisa dihindarkan, dan terjadi kira-kira pada sekitar tahun 1977 sampai dengan 1979.
A. DAFTAR
PUSTAKA
http://e-journal.uajy.ac.id/7285/2/HK110638.pdf
https://www.duniasejarah25.com/2019/01/kelas-xii-sejarah-peminatan-runtuhnya-Vietnam-Selatan.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/30/153352569/runtuhnya-vietnam-selatan-1975?page=all.
https://en.wikipedia.org/wiki/Contemporary_history
https://runtuhnyavietnamselatan.blogspot.com/2019/01/makalah-runtuhnya-vietnam-selatan.html
Komentar
Posting Komentar