Catatan Jumat
Catatan Jumat
Alhamdulillah hari ini kita bertemu dengan sayyidul ayyam hari dimana sangat istimewa untuk kita umat Islam. Hari ini segala doa dan munajat kepada allah akan dikabulkan jika dia bersungguh memintaNya. Hari ini dimana umat Islam yg laki-laki menunaikan ibadah sholat jumat.
Kita bersyukur masih diberikan kesehatan dan kehidupan saat ini. Sehingga kita bisa beraktifitas seperti biasanya. Rasa syukur kita jadikan spirit untuk bisa berbuat kebaikan setiap waktu. Rasa syukur kita jadikan sebagai bahan mawas diri untuk selalu taat kepada allah. Sebab kalo kita bersyukur allah akan memberikan tambahan nikmat hidup, sedangkan kalau kita allah akan mengurangi nikmatNya.
Begitu indahnya nikmat kehidupan yang allah berikan kepada umat Nya yang terkadang kita terlela atas nikmat itu. Bahkan kita lupa dan lalai terhadap segala nikmat yang diberikan allah kepada kita. Itulah manusia yang punya banyak keterbatasan dan banyak khilaf.
Dalam beberapa hari ini ada dua momentum yg bisa kita jadikan peringatan pertama sumpah pemuda 1928 dan kedua maulid nabi muhammad SAW. Yang satu momentum pernyataan satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air yaitu Indonesia sedangkan yang kedua momentum pernyataan kita tentang kelahiran nabi muhammad saw dan perjuangannya dalam menegakkan kebenaran agama Islam. Untuk kita bagi umat Islam momentum ikrar pembacaan 2 kalimat syahadat. Yang didalamnya menyatakan keesaan allah dan muhammad utusan allah.
Dua momentum peringaran yang harus diambil hikmahnya. Bahwa permyataan rasa kebangsaan itu dilandasi dengan pernyataan keimanan kepada allah swt.
Pernyataan itu termaktub dalam ikrar kebangsaan melalui pembukaan UUD 1945 pada yaitu "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya." Dan dilukiskan dalam pernyataan dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua pernyataan kebangsaan selaras dengan semangat keberagamaan dan pengamalan sila dalam pancasila.
Pernyaataan itu sudah final dan tak bisa dibantah oleh siapa pun. Tak ada yang perlu diluruskan mengenai perjalanan sejarah terbentuknya UUD 1945 dan Pancasila.
Momentum sumpah pemuda dan maulid nabi muhammad saw. Menjadikan rasa persatuan diatas pribadi dan golongan. Rasa cinta tanah air adalah bagian dari pengabdian sebagai hamba yang memiliki rasa keimanan kepada allah swt. Bahasa menjadi dalil pengikat ikrar kebangsaan. Bahasa adalah simbol perekat persatuan didalamnya tersimpan energi untuk membuka cakrawala dunia melalui literasi.
Dua unsur yang saling melengkapi peringatan sumpah pemuda dgn maulid nabi dengan mau membaca atau literasi. Membaca bagian mengasah kecerdasan kita untuk sejauh mana memperbaiki kecerdasan kualitas diri. Membaca adalah unsur penghubung antara peradaban dahulu dengan peradaban saat ini. Membaca merupakan kajian dalil keilmuan yang sah dan telah diuji melalui metodologi keilmuan dan pengetahuan. Artinya study yang memberangkatkan adanya dalil atau teori suatu keilmuan. Misalnya tentang dalil labeling atau pemberian label kepada seseorang itu ada kajiannya dalam ilmu sosiologi. Walaupun dalil itu atau teori akan terbantahkan dengan adanya teori baru. Semua ini di dapat dengan literasi atau membaca.
Dalam Islam pun membaca teks ayat-ayat allah melalui al quran adalah landasan untuk memperkuat keimanan. Kita dapat memahami persoalan keimanan dan tauhid yaitu allah itu esa serta persoalan kehidupan atau muammalah. Al quran adalah pedoman hidup bagi umat muslim yang wajib kita yakini kebenarannya.
Pengembangan literasi teks ayat alquran dan teks ilmu pengetahuan perlu dijadikan acuan dan semangat menuntut ilmu. Dan semangat membuka cakwala jendela dunia melalui kajian keilmuan yang lebih mendalam. Perlu sinergi dan dijadikan acuan dalam keberagaman kehidupan.
Pengembangan literasi bagian yang sangat penting dalam membangun paradigma dan peradaban. Bangsa yang beradab terbangun dari semangat untuk berliterasi atau membaca dan mengkaji. Dengan membaca dan mengkaji kita jadi tau darimana kita berasal. Kita jadi mawas diri sejatinya banyak ilmu pengetahuan yang belum banyak kita pahami. Di situ kita harus bertafakur memperbaiki diri
Indar cahyanto
Ciracas 30 oktober 2020
Komentar
Posting Komentar