AKAR-AKAR NASIONALISME DI INDONESIA


AKAR-AKAR NASIONALISME DI INDONESIA

A. Pengertian
.
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970). Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati bersama.
Secara etimologis kata Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris Nation, atau Natie dalam bahasa Belanda, menurut KBBI nasionalisme berarti paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri. Sikap mencintai bangsa atau Negara muncul karena adanya kesadaran setiap orang bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa.
Secara tidak langsung seorang yang memegang teguh paham nasionalisme pasti membenci penjajahan dan perbudakan, dan pasti akan menempatkan kesetiaannya terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Karna hal tersebut merendahkan harkat dan martabat sebuah bangsa. Nasionalisme sendiri adalah bentuk patriotisme, yakni suatu sikap cinta terhadap tanah air dan bangsa, prinsip yang dipegang teguh dala nasionalisme adalah kebebasan, kesearaan, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda) yang berarti “bangsa”. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Pengertian nasionalisme yang dihubungkan dengan perasaan kebangsaan telah dijelaskan oleh pemikir-pemikir seperti Joseph Ernest Renan (1823-1892) dan Otto Bouwer (1882-1939). J. Ernest Renan menganut aliran nasionalisme yang didasarkan factor kemanusiaan mengemukakan bahwa munculnya suatu bangsa karena adanya kehendak untuk bersatu (suatu cara persatuan), sedangkan Otto Bouwer mengungkapkan bahwa perasaan kebangsaan timbul karena persamaan perangai dan tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan nasib bersama. Kedua ahli tersebut berpendapat bahwa nasionalisme timbul karena factor kemanusiaan, tetapi keduanya memberikan tekanan yang berbeda.
1.      J. Ernest Renan menekankan factor persamaan keinginan, sedangkan Otto Bouwer menggariskan factor persamaan keinginan.
2.      Dengan perbedaan tekanan maka kesimpulan tentang nasionalisme juga berbeda. J. Ernest Renan, suatu bangsa timbul karena dorongan kemauan (contohnya bangsa Amerika Serikat), sedangkan Otto Bouwer, suatu bangsa timbul karena pengalaman penderitaan, kesengsaraan, dan kepahitan hidup yang sama. Contohnya seperti nasionalisme di Negara-negara Asia dan Afrika yang timbul akibat persamaan nasib sebagai bangsa yang terjajah.
3.      Kohn (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.
4.      Slamet Muljana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara.
5.      Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politik, ekonomi dan social tertentu. Nasionalisme dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsure-unsur subjektif. Unsure-unsur itu dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah group counsciousness, we-sentiment, corporate will, dan bermacam-macam fakta mental lainnya. Pada taraf nasionalisme belum memasukkan unsure-unsur subjektif seperti territorial (wilayah), Negara, bahasa, dan tradisi bersama.
6.      L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
7.      Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
8.      Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
Hasrat untuk mencapai kesatuan
Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
Hasrat untuk mencapai keaslian
Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

Beberapa definisi diatas memberi simpulan bahwa nasionalisme adalah kecintaan alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.
Dari definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang:
a)      memiliki cta-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan;
b)      memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan;
c)      memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama;
d)     menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah;
e)      teroganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
Nasionalisme dalam arti modern untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke-18. Lahirnya paham nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya Negara-negara nasional atau Negara kebangsaan. Pada mulanya terbentuknya Negara kebangsaan dilator belakangi oleh factor-faktor objektif seperti persamaan keturunan, bahasa, adat istiadat, tradisi dan agama. Akan tetapi, kebangsaan yang dibentuk atas dasar paham nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam Negara kebangsaan. Sejalan dengan ini, maka rakyat Amerika Serikat tidak menyatakan bahwa mereka harus seketurunan untuk membentuk suatu Negara sebab  disadari bahwa penduduk Amerika Serikat teridri atas berbagai suku bangsa, asal usul, adat istiadat, dan agama yang berbeda. 

Terdapat dua konsep penting yang terkandung dalam pengertian dari nasionalisme yakni terbentuknya Negara dan persatuan bangsa. Pengertian Negara dan bangsa dalam hal ini secara umum mengacu kepada sekelompok individu.
1.      Memiliki cita-cita bersama
2.      Memiliki sejarah hidup yang sama sehingga terciptanya rasa senasib sepenanggungan
3.      Memiliki adat budaya dan kebiasaan yang sama sebagai akibat dari adanya pengalaman hidup yang sama
4.      Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah,
5.      Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga setiap individu terkait dalam sebuah masyarakat yang berlandasan hukum.

Perasaan akan timbulnya nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.

1.Faktor Intern
a. Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.

b. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.

 c. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada zaman kolonial Belanda

d . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.

e . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).

f . Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina.

g . Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.

h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan diuraikan perkembangan penggunaan istilah Indonesia.

2. Faktor Ekstern

Timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada faktor yang berasal dari luar (ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi dorongan dan energi terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.

a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.

b . Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.

c . Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.

d . Gerakan Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e . Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.

A.    Timbulnya kesadaran Nasional

Meskipun persatuan Indonesia telah bertunas lama dalam sejarah Indonesia, semangat kebangsaan atau nasionalisme dalam arti yang sebenarnya seperti kita pahami sekarang ini, secara resminya baru lahir pada permulaan abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi atau perlawanan terhadap kolonialisme dan karenanya merupakan perla`wanan terhadap  colonial VOC dan Belanda yang terutama digerakkan oleh raja-raja dan pemimpinpemimpin agama.
Kolonialisme modern, sebagaimana diterapkan VOC dan Belanda di Indonesia mengandung setidaknya 3 unsur penting.
1.      Politik dominasi oleh pemerintahan asing dan hegemoni pemerintahan asing tersebut terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu nasionalisme Indonesia di bidang politik bertujuan menghilangkan dominasi politik Negara asing dengan membentuk pemerintahan berkedaulatan rakyat yang dipimpin badan permusyawaratan dan permufakatan dalam perwakilan.
2.      Eksploitasi ekonomi. Sikap pemerintah colonial berusaha mengeksploitasi sumber alam negeri yang dijajah untuk kemakmuran dirinya, bukan untuk kemakmuran negeri jajahan. Rakyat juga diperas dan dipaksa bekerja untuk kepentingan ekonomi colonial, misalnya system Tanam Paksa (Culturstelsel) yang diterapakn pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada awal abad ke-19 dan menimbulkan perlawanan seperti Perlawanan Diponegoro. Karena itu, nasionalisme Indonesia hadir untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dengan berdikari.
3.      Penetrasi budaya. Kolonailisme juga secara sistematis menhapuskan jati diri suatu bansga dengan mengahncurkan kebudayaan dan budaya bangsa yang dijajahnya, termasuk agama yang dianutnya. Caranya dnegan melakukan penetrasi budaya, terutama melalui system pendidikan. Karena itu, dibidang kebudayaan, nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman. Ia tidak menolak pengaruh kebudayaan luar, tetapi  menyesuaikan dengan pandangan hidup, system nilai dan gambaran dunia (worldview, weltanschauung) bangsa Indonesia.
Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dari semangat yang mendasar dari Pancasila. Merujuk kepada pidato Bung Karnon (7 Mei 1953) di Universitas Indonesia, yang intinya ialah:
1)      Nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme sempit (chauvinism) tetapi nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan (humanism, internasionalisme)
2)      Kemerdekaan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk menjadikan Negara yang berdaulat secara politik dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan kepribadian sendiri atau kebudayaan yang berpijak pada system nilai dan pandangan hidup bansga Indonesia sendiri yang `bhineka tunggal`
Ahli sejarah terkemuka Sartono Kartodirdjo mengemukakan bahwa disebut “nation” dalam konteks nasionalisme Indonesia ialah suatu konsep yang dialamatkan pada suatu komunitas sebagai kesatuan kehidupan bersama yang mencakup berbagai unsure yang berbeda dalam etnis, kelas atau golongan social, system kepercayaan, kebudayaan, bahasa, dan lain sebagainya. Kesenuanya terintegrasikan dlaam perkembangan sejarah sebagai kesatuan system politik berdasarkan solidaritas yang ditopang oleh kemauan politik bersama (dalam “Nasionalisme”, Lampau dan Kini Seminar tentang Nasionalisme 1983 di Yogyakarta)
Pengertian yang diberikan Sartono Kartodirdjo didasarkan pada perkembangan sejarah bangsa Indonesia dan realitas social budayanya, serta berdasarkan berbagai pernyataan politik Perhimpunan Indonesia sebelum kemerdekaan seperti manifesto Perhimpunan Indonesia dan Sumpah Pemuda 1928. Unsure-unsur nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:
a.       Kesatuan yang mentransformasikan hal-hal yang bhinneka menjadi seragam sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Akan tetapi persatuan dan kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.
b.      Kebebasan merupakan keniscayaan bagi negeri-negeri yang terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
c.       Kesamaan merupakan bagian implicit dari masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik colonial yang diskriminatif dan otoriter.
d.      Kepribadian yang lenyap disebabkan ditiadakan, dimarginalkan secara sistematis oleh pemerintah colonial Belanda.
e.       Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa.
Notonagoro, seorang ahli filsafat dan hokum terkemuka dari Universitas Gajah Mada mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks Pancasila bersifat “najemuk tunggal” (bhinneka tunggal ika). Unsure-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
a.       Kesatuan sejarah, ayitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan sejarahnya yang panjang sejak jaman Sriwijaya, Majapahit, dan munculnya penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka, nasionalisme pertama dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
b.      Kesatuan nasib, bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib yaitu penderitaan selama masa penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan bersama-sama sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat memproklamasikan masa pendudukan tentara Jepang.
c.       Kesatuan kebudayaan, walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayan dan menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar yang dianut bangsa Indonesia, Hindu-Buddha, Katolik, Kristen, dan Islam.
d.      Kesatuan wilayah, bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama, yaitu tumpahdarah Indonesia.
e.       Kesatuan asas kerohanian, bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup, masyarakat Indonesia sendiri di masa lalu maupun pada masa kini.
Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau Negara, Soepomo dan Mohamad yamin mengemukakan agar bangsa Indonesia menganut paham integralistik, dalam arti bahwa Negara yang didiami bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan integral dari unsure-unsur yang menyusunnya. Paham integralistik mengandaikan bahwa Negara harus mengatasi semua golongan lain pihak, Notonagoro mengusulkan agar NKRI menjadi Negara yang berasaskan kekeluargaan.
Dengan demikian, secara umum bahwa nasionalisme sebagai gejala historis mempunyai peranan dominan dalam abad ke-20 dalam proses formatif Negara-negara nasional di Asia Afrika. Ideology politik mempunyai fungsi teleogis serta memberi orientasi politik bagi suatu masyarakat sehingga terbentuk solidaritas yang menjadi landasan bagi proses pengintegrasian sebagai komunitas politik atau nation. Pembentukan komunitas politik dalam kerangka nasion menciptakan unitarisme dan pluralism, seuatu revolusi integrative sehingga secara structural-fungsional unit politik baru meningkatkan potensi kolektif untuk melakukan adaptasi konstelasi mondial ekonomis, social, dan politik. Kehidupan nasionalisme Indonesia yang dilahirkan dalam kancah perjuangan perintis kemerdekaan pada masa colonial dan diteruskan oleh perjuangan fisik selama revolusi menuntut suatu kontinuitas di masa depan, tidak lain karena prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya masih memerlukan pemantapan selama proses nation-building di Indonesia masih berjalan terus.
a.       Kepribadian Nasional
Pengalaman kolektif bangsa atau sejarahnya mengkristalisasi pula pada kepribadian nasionalnya. Ciri-ciri kepribadian ini bersama-smaa membentuk identitasnya sehingga identitas nasional sebagai totalitas karakteristik bangsa dapat dipandang pula sebagai symbol kepribadian nasional. Disamping itu, kepribadian bangsa juga sangat dipengaruhi oleh etos kerja bangsa, yaitu totalitas nilai-nilai hidup yang membentuk pola kelakuam serta gaya hidup bangsa. Kita mengenal etos Protestan yang mneurut Max Weber mendasari perkembangan kapitalisme, etos Virtu Zaman Renaissance yang selalu hendak mencapai excellence, etos Samurai di Jepang, dan sebagainya (Kartodirdjo, 1994)
Apabila nilai-nilai Pancasila sepenuhnya dapat dihayati serta melembaga dalam kehidupan bangsa, maka terbentuklah etos Pancasila. Dalam kerangka pemikiran tentang nasionalisme sudah barang tentu nilai-nilai atau prinsip-prinsip nasionalisme akan mengambil tempat yang penting dalam proses pelembagaan kepribadian bangsa. Selain itu, Nasution membedakan diri dari yang lain berdasarkan indivualitas atau personalitasnya yang memuat suatu totalitas ciri-ciri yang mewujudkan kepribdaiannya dan identitasnya. Hal ini merupakan salah satu prinsip nasionalisme.
Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan identitas nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut negara kita ini. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah lagi. Istilah Indonesia mulai digunakan sejak :
1)      J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan nusantara dalam tulisannya pada tahun 1850.
2)      Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk nusantara dengan Indonesia.
3)      Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
4)      Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang awalnya bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
5)      Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
6)      Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang di luar wilayah Indonesia.
7)      Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
b.      Kesadaran Nasional
Dalam proses sosialisasi atau inkulturasi warga Negara untuk nation-building sangatlah penting fungsi kesadaran nasional, suatu kesadaran yang menempatkan pengalaman, dll. Kesemuanya ditempatkan dalam konteks nasional, baik secara sinkronis maupun diakronis. Konteks sinkrons membuat wawasan nasional sebagai waawasan sistemik yang mencakup berbagai aspek kehidupan, diantaranya interdependensi. Konteks diakronis menempatkan eksistensi kini dalam prespektif sejarah. Dalam hal ini, kesadaran sejarahnyalah yang mampu memperkuat kesadaran nasional karena eksistensi nasional dewasa ini hanya dapat diterangkan dengan pengungkapan perkembangan historisnya. Dengan sejarah akan terungkap pengalaman kolektif bangsa, nasib bersama, dan suka dukanya. Sejarah dapat memupuk solidaritas dan integrasi bangsa. Pengalama kolektif itu akan menjadi sumber inspirasi serta aspirasi bagi hal-hal yang terdapat dalam eksistensi dan kekinian. Sejarah nasional sebagai landasan kesadaran nasional berfungsi untul memaparkan lahirnya Negara nasional, lagi pula memberi legitimasi akan eksistensi bangsa.
Suatu yang tdiak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejarah nasional menempatkan symbol identitas nasional sehingga mempunyai fungsi kunci dalam pendidikan nasional. Nasionalisme menimbulkan national pride dan national obligation. Yang kedua bertumpu pada yang pertama, sedangkan yang pertama hanya dapat diciptakan berdasarkan inspirasi dan aspirasi nasional. Seperti telah dinyatakan diatas bahwa kedua hal ini bersumber pada kesadaran nasional beserta kesadaran sejarahnya. Dengan demikian, jelaskan bahwa sejarah memegang peranan penting atau kunci dalam nation-building.

B.     Golongan Terpelajar 

Abad ke-19 merupakan keuntungan bagi pemerintah kolonial Belanda. Politik Eksploitasi melalui Tanam Paksa menghasilkan keuntungan tak terkira. Keuntungan yang diperoleh oleh Belanda tersebut antara lain : 
 1. Dapat melunasi utang negara 
 2. membuat jalan-jalan kereta api, gedung-gedung, serta 
 3. membangun pusat perindustrian. 

Tetapi akibat yang ditimbulkan bagi rakyat Indonesia berbanding terbalik dengan keadaan Belanda, yaitu penderitaan rakyat yang tak terkira hebatnya. Itu sebabnya kritik pedas terhadap sistem tanam paksa gencar terlontar sehingga secara berangsur-angsur tanam paksa dihapuskan. Pada masa itu tuntutan di Eropa mengharuskan sistem tanam paksa diubah ke sistem yang lebih liberal (bebas), yaitu Politik Pintu Terbuka, tetapi prakteknya di Hindia Belanda tetap sama yaitu berlangsungnya eksploitasi tanah jajahan. 
Perkembangan perusahaan perkebunan menuntut perluasan tanah. Bukan saja tanah kosong tetapi tanah pesawahan rakyat pun diubah menjadi tanah perkebunan, sehingga tanah-tanah petani di Pulau Jawa semakin sempit. Politik Liberal menekankan harus adanya perlindungan pada rakyat tetapi keuntungan perusahaan banyak mengandalkan pada upah buruh yang rendah. Hal ini tentu saja menyebabkan rakyat tetap menderita. Karena semua inilah, Partai Liberal yang menguasai Parlemen Belanda menuntut adanya suatu perubahan dalam sistem pemerintahan di Hindia-Belanda, yaitu perubahan yang dapat membawa peningkatan peradaban rakyat pribumi. 
Berhasilnya tuntutan mereka mengakibatkan dijalankannya Politik Etis (Politik Hutang Budi). Mereka beranggapan bahwa bertahun-tahun pemerintah kolonial Belanda mengeruk keuntungan dari kekayaan, waktu dan tenaga pribumi. Semua itu anggaplah sebagai hutang Belanda kepada bangsa Indonesia. Perubahan ini tidak terlepas dari tulisan Conrad Theodor Van Deventer dalam majalah De Gids yang berjudul Eean Eereschuld atau Debt Of Honour (Hutang Kehormatan) tahun 1899 yang telah merintis diterapkannya Politik etis di Indonesia. Hutang kehormatan itu dapat dibayar Belanda melalui perubahan-perubahan hidup serta budaya yang dapat meningkatkan kemakmuran rakyat pribumi, yang dilakukan dengan 3 cara yaitu : 
1. Irigasi , membangun saluran-saluran air untuk meningkatkan pertanian 
2. Transmigrasi, memindahkan penduduk dari tempat padat ke tempat yang jarang penduduknya 
3. Edukasi, mendirikan sekolah-sekolah untuk memajukan rakyat Indonesia. Politik Etis kemudian didukung “Politik Asosiasi” yang menghendaki kesatuan kerja sama yang erat antara golongan Eropa dengan rakyat pribumi, kesatuan tentunya dalam kerangka kolonial, sehingga kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli mendorong pemerintah untuk mendirikan Sekolah dasar, menengah dan sekolah pamongpraja. 

C. Pelaksanaan Politik Etis 
Ratu Wihelmina kemudian menerapkan Politik Etis ini di Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tetap saja rakyat Indonesia yang mengalami kerugian, hal ini disebabkan :
1. Irigasi, digunakan untuk mengairi perkebunan tebu dan tembakau milik pengusaha Belanda. 
2. Transmigrasi, ke luar Jawa khususnya Sumatra dimaksudkan unutk mempermudah pengusaha-pengusaha luar Jawa memperoleh tenaga kerja yang murah. 
3. Edukasi, kepada rakyat dibatasi untuk mengenyam pendidikan dengan adanya aturan : 
   a. Pendidikan Barat diberikan kepada orang-orang Eropa, keturunan dan orang-orang pribumi dari kaum bangsawan dengan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. 
 b. Pemberian pendidikan untuk golongan terendah disesuaikan dengan kebutuhan untuk menghasilkan tenaga kerja murah. Tetapi bagaimanapun juga perkembangan dari hasil Politik Etis telah menumbuhkan suatu golongan cerdik-pandai di kalangan rakyat Indonesia, golongan inilah yang pertama kali sadar akan dirinya dan keadaan yang serba terbelakang dari masyarakat bangsanya. Mereka bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru dan berjuang untuk perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak hanya menuntut kesejahteraan ekonomi rakyat, tetapi juga menuntut kemerdekaan nasional. 

 D. PENDIDIKAN MASA KOLONIAL 
 Pendidikan kolonial adalah pendidikan yang diorganisir oleh pemerintah Kolonial. Penyelenggaraan pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintahan itu sendiri, berupa kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor atau perkebunan. Karena kepentingan itu pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang. Terdapat perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumi putera. Pelaksanaan pendidikan bagi bangsa Indonesia diselenggarakan pemerintah Belanda dengan ciri-ciri khusus sebagai berikut: 
a. Gradualisme (berangsur-angsur, lambat dan bertahap) dalam penyediaan pendidikan 
b. Sistem Dualisme dalam pendidikan yang mendiskriminasikan pendidikan bagi anak Belanda dan pendidikan untuk bumi putera. 
c. Pendidikan dilaksanakan dengan keterbatasan tujuan, yakni menghasilkan pegawai administrasi 
d. Perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan anak bumiputera sama sekali tidak ada. 
Masing-masing sekolah berdiri sendiri tanpa hubungan organis antara satu dan yang lain serta tanpa jalan untuk melanjutkannya. Peraturan pendidikan : 
1. pendidikan Barat diberikan kepada penduduk pribumi dengan bahasa belanda sebagai bahasa pengantar 
2. pemberian pendidikan untuk penduduk golongan rendah disesuaikan dengan kebutuhan. 
- Pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bermutu cukup tinggi untuk industri, ekonomi dan pemerintahan 
- pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli tingkat rendahan yang berupah murah.

D. Peranan golongan Terpelajar/Cendekiawan

Timbulnya golongan terpelajar merupakan salah satu faktor pendorong dalam Pergerakan Nasional. Golongan inilah yang pertama kali menyadari akan keterbelakangan bangsanya. Mereka dapat melihat kepincangan-kepincangan sistem pemerintahan Kolonial Belanda. Sebab merekalah yang mulai mempelajari sejarah budaya bangsa dan menemukan kesalahan bangsanya dalam menghadapi Belanda., yaitu :
a.       Tak adanya semangat persatuan. Perjuangan dimasa lalu bersifat lokal, masing-masing daerah.
b.       Tujuan mereka berjuang tidak jelas, untuk apa mereka berjuang tidak terarah.
c.        Terlalu terpusat pada seorang pemimpin yang kharismatis dan dianggap oleh pengikutnya mempunyai kesaktian.
d.       Perjuangan tidak terorganisir, tanpa organisasi
e.       Kebanyak menggunakan senjata tradisional seperti pedang, tombak dan panah.

Itulah beberapa sifat perjuangan kita dimasa lalu dalam menghadapi kekuatan penjajah, selalu diselesaikan dengan cara militer, tanpa arah, tanpa organsai sehingga bagi Belanda amat mudah untuk mengatasinya. Dengan adanya Politik Etis yang telah melahirkan golongan terpelajar, dan melalui kepeloporan golongan cendekiawan inilah, kesadaran bangsa Indonesia kemudian tumbuh, sehingga dimulailah era baru dalam perkembangan Sejarah Indonesia, yaitu “Era Kebangkitan Nasional” .
Peranan golongan ini antara lain:
1.     pelopor gerakan nasional Indonesia melalui organisasi kebangsaan modern
2.     Menumbuhkan semangat nasionalisme
3.     mendidik dan menyadarkan bangsa melalui organisasi pendidikan.
Di bawah kepemimpinan kaum terpelajar, sebagai elite baru di Indonesia, bangkitlah keinginan untuk berorganisasi, maka lahirlah Budi Utomo sebagai organisasi perjuangan yang modern yang disusul oleh organisasi lainnya, seperti di bawah ini :

ORGANISASI-ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL 

1.       Awal pergerakan National (1908-1912)
a.       Budi Utomo

Didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta oleh beberapa mahasiswa STOVIA di bawah pimpinan Sutomo. Pada dasarnya tujuan dari BU ini adalah untuk Memajukan pendidikan dan kebudayaan Jawa. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama yang menjadi pelopor Pergerakan Nasional Indonesia karena memiliki pemimpin, dasar, tujuan organisasi yang jelas dan keanggotaannya diatur secara modern.
Kongres I di Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908 dihadiri oleh anggota BU dari cabang Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. menghasilkan keputusan :
1.     BU tidak akan mengadakan kegiatan politik.
2.     kegiatan organisasi terutama bergerak
3.     Ruang gerak BU terbatas di daerah Jawa dan Madura. Pada
Kongres I ini, berhasil pula menyusun struktur organissi dengan Ketua R.T Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dan pusat kegiatan ditetapkan di Yogyakarta.

b.       Sarekat Islam 
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan yang memiliki corak keagamaan, bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan (10 September 1911) oleh H. Samanhudi di Solo. Faktor yang melatarbelakangi didirikannya SDI adalah :
1.    Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berrdagang
2.    membantu menyelesaikan masalah anggotanya
3.    memajukan pendidikan dan kesejahteraan rakyat
4.    memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai ajaran agama islam
5.    membina anggotanya untuk menurut perintah agama Islam
Dalam Kongres di Surabaya atas usul H.O.S Tjokroaminoto, SDI berubah menjadi SI. Perubahan ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan saat itu, sehingga organisasi ini menjadi lebih terbuka, sebelumnya keanggotaan terdiri dari para pedagang Islam, maka kini lebih luas lagi yaitu bagi semua masyarakat dari berbagai profesi yang beragama Islam.
Periode 1917-1920 kecepatan tumbuhnya SI sangat pesat sehingga SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia yang sangat terasa pengaruhya di dalam politiik Indonesia.
c.        Indische partij

Indische partij Tokohnya adalah “Tiga serangkai”, E.F.E Douwers Dekker, Dr. Suwardi Suryaningrat, Dr. Tjipto Mangunkusumo di bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
      Tujuan IP antara lain : mempertebal kecintaan terhadap Indonesia, memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah, mewujudkan kemerdekaan Indonesia
      Tujuan dan program IP disebarluaskan melalui propaganda dalam kampanye dan surat kabar, karena dengan tegas memperjuangkan Indonesia merdeka, pemerintah colonial membatasi gerak-gerik IP. Pada tahun 1913, IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Larangan tersebut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi Suryaningrat berjudul Als Ik een nederlandica was (jika Saya seorang Belanda) sebagai reaksi terhadap peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Secara tajam tulisan itu menyindir tindakan pemerintah colonial yang mewajibkan bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajahnya. Sebagai tindak lanjut larangan IP, tiga serangkai ditangkap dan diasingkan ke Belanda.

  1. Masa radikal /non Kooperatif (1918-1930)
a. Perhimpunan Indonesia
Tujuan didirikannya untuk Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dasar perjuangannya self Help (berdikari) dan Non Mendicancy (tidak meinta-minta)
Perhimpunan Indonesia berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama Indische Vereeniging. Organisasi ini didrikan pada tahun 1908 sebagai forum komunikasi diantara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri atas prakarsa Sutan Kasayangan dan Noto Subroto
Pada tahun 1925 namanya diganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Tokohnya adalah Muhamad Hatta, Ahmad Subarjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Abdul Majid, R. Sosrokartono
Dalam menyebarluaskan cita-citanya disampaikan melalui Majalah Indonesia Merdeka. Kegiatan PI dilakukan sebagai berikut :
1.     mempropaganda cita-cita dan tujuannya kepada para pemuda dan tanah air Indonesia
2.     bekerja sama dengan bangsa-bangsa terjajah di Negara-negara lain dengan cara melakukan hal sebagai berikut ;
  1. 1926 mengirim utusan yang dipimpin Drs. Moh Hatta untuk menghadiri Liga Demokrasi untuk Perdamaian di Paris.
  2. Menjadi anggota Liga Penentang Imperialisme dan penindasan Kolonial tahun 1927.

b.       Partai Nasional Indonesi
Tokohnya adalah Ir. Sokarno berdiri di Bandung 4 Juli 1927. tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka yang dilakukan atas usaha sendiri. Anggota PNI sekitar 10.000 orang. PNI dapat menggabungkan partai-partai yang ada pada saat itu ke dalam Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang terbentuk pada bulan Desember 1927.
Adanya gabungan partai ini mempermudah jalan para pemuda Indonesia untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Belanda khawatir akan perkembangan PNI sehingga pada tanggal 29 Desember 1929 Belanda menangkap Ir. Soekarno dan kawa-kawan.

c.        Partai Komunis Indonesia

Benih PKI adalah Indische Social democratische Vereeniging (ISDV) didirikan tahun 1914 oleh Sneivleit dan semaun. Dasarnya adalah komunis. Tahun 1920 ISDV diganti menjadi PKI. Usaha mencari massa dengan menyusup ke organisasi lain seperti sarekat islam. Tahun 1926 PKI memberontak dan para pemimpinnya dibuang ke Tanah Merah dan Digul (Irian Barat).

3.       Masa Moderat
a.       Partai Indonesia Raya
Tokoh pendirinya adalah dr. Soetomo. Berdiri di solo tanggal 26 desember 1935. tujuannya mencapai Indonesia raya dengan cara memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, menjalankan aksi politik untuk mencapai pemerintahan demokrastis, memajukan ekonomi dan social masyarakat Indonesia. Merupakan gabungan Budi Utomo dengan persatuan bangsa Indonesia.

b.       Gerakan Rakyat Indonesia
Tokohnya adalah Drs. A. K. Gani, Mr sartono, Mr Muhammad Yamin, Mr. Amir Syarifudin, R Wilopo. Berdiri di Jakarta tanggal 24 Mei 1937. Tujuannya sdalah mencapai Indonesia merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum buruh dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

c.        Gabungan Politik Indonesia
Tokohnya adalah Moh. Husni Thamrin, Amir Syarifudin. Berdiri di Jakarta tanggal 21 Mei 1933. Tujuannya adalah menuntut kepada pemerintah Belanda agar Indonesia berparlemen. Pada tanggal 15 Juli 1936 partai-partai politik melakukan aksi bersama yang menyuarakan tuntutan kepada Belanda melalui Petisi Sutarjo. Isi petisi adalah menuntut agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri. Permintaan ini ditolak oleh pemerintah Belanda.

Sumpah Pemuda
Organisasi-pemuda yang betul-betul dipimpin dan diurus oleh Pemuda adalah Tri Koro Dharmo, didirikan tanggal 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pelajar sekolah menengah yang berasal dari Jawa, Madura, Sunda, Bali dan Lombok. Pada tahun 1918 diganti namanya menjadi Jong Java.
Pesatnya perkembangan Organisasi pemuda menyebabkan munculnya ide persatuan dan peningkatan kesadaran untuk mendirikan hanya satu organisasi pemuda Indonesia. Kongres Pemuda II pada tanggal 27028 oktober 1928 diadakan di Jakarta, menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda. Dalam konres ini lagu Indonesia raya karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kali dinyanyikan di muka umum dan bendera Merah Putih dikibarkan. 
Peranan Wanita
Masa Pergerakan Nasional sudah ada tokoh wanita yang berjuang khusus untuk meningkatkan derajat wanita Indonesia agar sejajar dengan kaum pria dan turut mendukung perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Pergerakan wanita Indonesi diawali oleh Raden ajeng kartini.
Pergerakannya bersifat social, yaitu berusaha memperjuangkan derajat kaum wanita agara sejajar dengan kaum pria. Ide-ide kartini tertuang dalam surat-suratnya kepada teman-temannya yang terhimpun dalm buku “habis gelap terbitlah terang”.
Tokoh lain yang melanjutkan cita-cita Kartini adalah Dewi Sartika yang mendirikan sekolah wanita Keutamaan Istri tahun 1904 di Bandung.
Peranan Pers
Pers merupakan salah satu alat perjuangan organisai pergerakan nasional. Selama penjajahan Belanda, peranan pers tidak bisa dilepaskan dalam pergerakan nasional. Bagi organisasi pergerakan media massa cetak berperan bagi penyebaran gagasan dan asas perjuangan organisasi kepada masyarakat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

PERISTIWA KONTEMPORER DUNIA (PERPECAHAN CEKOSLOWAKIA)

PENGALAMAN DAN HARAPAN DALAM PJJ