AKAR-AKAR NASIONALISME DI INDONESIA
AKAR-AKAR
NASIONALISME DI INDONESIA
A. Pengertian
.
Nasionalisme
berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang
yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta
berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan
(3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di
muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa
adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan
tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang
sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan
bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970). Beberapa suku
atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada kehendak untuk
bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati bersama.
Secara
etimologis kata Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris Nation, atau Natie
dalam bahasa Belanda, menurut KBBI nasionalisme berarti paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan Negara sendiri. Sikap mencintai bangsa atau Negara muncul
karena adanya kesadaran setiap orang bersama-sama untuk mencapai,
mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan
bangsa.
Secara tidak
langsung seorang yang memegang teguh paham nasionalisme pasti membenci
penjajahan dan perbudakan, dan pasti akan menempatkan kesetiaannya terhadap
bangsa dan negaranya sendiri. Karna hal tersebut merendahkan harkat dan
martabat sebuah bangsa. Nasionalisme sendiri adalah bentuk patriotisme, yakni
suatu sikap cinta terhadap tanah air dan bangsa, prinsip yang dipegang teguh
dala nasionalisme adalah kebebasan, kesearaan, penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia
Nasionalisme
berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda) yang berarti “bangsa”.
Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki
hasrat serta kemauan untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita,
dan tujuan. Pengertian nasionalisme yang dihubungkan dengan perasaan kebangsaan
telah dijelaskan oleh pemikir-pemikir seperti Joseph Ernest Renan (1823-1892)
dan Otto Bouwer (1882-1939). J. Ernest Renan menganut aliran nasionalisme yang
didasarkan factor kemanusiaan mengemukakan bahwa munculnya suatu bangsa karena
adanya kehendak untuk bersatu (suatu cara persatuan), sedangkan Otto Bouwer
mengungkapkan bahwa perasaan kebangsaan timbul karena persamaan perangai dan
tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan nasib bersama. Kedua ahli
tersebut berpendapat bahwa nasionalisme timbul karena factor kemanusiaan,
tetapi keduanya memberikan tekanan yang berbeda.
1.
J. Ernest
Renan menekankan factor persamaan keinginan, sedangkan Otto Bouwer menggariskan
factor persamaan keinginan.
2.
Dengan
perbedaan tekanan maka kesimpulan tentang nasionalisme juga berbeda. J. Ernest
Renan, suatu bangsa timbul karena dorongan kemauan (contohnya bangsa Amerika
Serikat), sedangkan Otto Bouwer, suatu bangsa timbul karena pengalaman
penderitaan, kesengsaraan, dan kepahitan hidup yang sama. Contohnya seperti
nasionalisme di Negara-negara Asia dan Afrika yang timbul akibat persamaan
nasib sebagai bangsa yang terjajah.
3.
Kohn (1986)
menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.
4.
Slamet
Muljana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran
berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara.
5.
Sejarawan
Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena
historis timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politik,
ekonomi dan social tertentu. Nasionalisme dalam taraf pembentukannya seperti
masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsure-unsur subjektif.
Unsure-unsur itu dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah group
counsciousness, we-sentiment, corporate will, dan bermacam-macam fakta mental
lainnya. Pada taraf nasionalisme belum memasukkan unsure-unsur subjektif
seperti territorial (wilayah), Negara, bahasa, dan tradisi bersama.
6.
L. Stoddard:
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar
individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki
secara bersama di dalam suatu bangsa.
7.
Louis
Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual.
8.
Dr. Hertz
dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan
empat unsur nasionalisme, yaitu:
Hasrat untuk mencapai kesatuan
Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
Hasrat untuk mencapai keaslian
Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
Beberapa
definisi diatas memberi simpulan bahwa nasionalisme adalah kecintaan alamiah
terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan
kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan
dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan
kebudayaan dan ekonomi.
Dari
definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang:
a) memiliki cta-cita bersama yang mengikat
warga negara menjadi satu kesatuan;
b) memiliki sejarah hidup bersama sehingga
tercipta rasa senasib sepenanggungan;
c) memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang
sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama;
d) menempati suatu wilayah tertentu yang
merupakan kesatuan wilayah;
e) teroganisir dalam suatu pemerintahan yang
berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
Nasionalisme
dalam arti modern untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke-18.
Lahirnya paham nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya Negara-negara
nasional atau Negara kebangsaan. Pada mulanya terbentuknya Negara kebangsaan
dilator belakangi oleh factor-faktor objektif seperti persamaan keturunan,
bahasa, adat istiadat, tradisi dan agama. Akan tetapi, kebangsaan yang dibentuk
atas dasar paham nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama
dalam Negara kebangsaan. Sejalan dengan ini, maka rakyat Amerika Serikat tidak
menyatakan bahwa mereka harus seketurunan untuk membentuk suatu Negara sebab disadari bahwa penduduk Amerika Serikat
teridri atas berbagai suku bangsa, asal usul, adat istiadat, dan agama yang
berbeda.
Terdapat dua
konsep penting yang terkandung dalam pengertian dari nasionalisme yakni
terbentuknya Negara dan persatuan bangsa. Pengertian Negara dan bangsa dalam
hal ini secara umum mengacu kepada sekelompok individu.
1.
Memiliki
cita-cita bersama
2.
Memiliki
sejarah hidup yang sama sehingga terciptanya rasa senasib sepenanggungan
3.
Memiliki
adat budaya dan kebiasaan yang sama sebagai akibat dari adanya pengalaman hidup
yang sama
4.
Menempati
suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah,
5.
Terorganisir
dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga setiap individu terkait dalam
sebuah masyarakat yang berlandasan hukum.
Perasaan akan timbulnya nasionalisme
bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme
tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang
bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar
awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor,
baik faktor intern maupun faktor ekstern.
1.Faktor Intern
a. Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman
nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut,
terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya
meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan
angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu.
Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade
awal abad XX.
b. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang
panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli
perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat
Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya
dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum
intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang
bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi
dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c. Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia
Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya
perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang
terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial Demokrat yang di
dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer
melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan Belanda.
Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een
eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan
tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat diisi
kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena itu, Belanda
telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan
peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van
Deventer. Apakah kalian masih ingat dengan isi Trilogi van Deventer? Politik
yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan
nama politik etis. Untuk mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda
mencanangkan Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi
berkaitan dengan sikap damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat
(Belanda) dan Timur (rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda
semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan
mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan
tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan
demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari
kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua
jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya
diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh
sekolah yang didirikan pada zaman kolonial Belanda
d . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak
diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis
pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar,
pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya
berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga
mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan
Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh
pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini.
Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan
kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata
merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme
Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk
memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di
Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan
golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak
adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong
kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga
dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa
nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar
dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua
masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh
pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara
mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh.
Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS
Kayu Tanam).
f . Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum
pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan
kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan
sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan
oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan
Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan
menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi
lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara
sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang
Cina.
g . Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia
juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam
perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional
Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana
penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh
pelosok Indonesia.
h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa
Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga
kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan
Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh
kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck
Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan diuraikan perkembangan
penggunaan istilah Indonesia.
2. Faktor Ekstern
Timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping
disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada faktor yang berasal dari luar
(ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi dorongan dan energi
terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika
keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas
bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu
kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun
1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar
sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan
semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
b . Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan
nasional di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India),
atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan
yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi
ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi
terhadap perjuangan di Indonesia.
c . Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung
sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang
bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga
Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap
penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan
nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya
Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam
pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan
Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para
cendekiawan di Indonesia.
d . Gerakan Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina
sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa
Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat
menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah
lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan
rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan
Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme
Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan
kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas
semangatnya di tanah air Indonesia.
e . Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin
oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut
adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya.
Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia
sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
A. Timbulnya kesadaran Nasional
Meskipun persatuan Indonesia telah bertunas lama dalam
sejarah Indonesia, semangat kebangsaan atau nasionalisme dalam arti yang
sebenarnya seperti kita pahami sekarang ini, secara resminya baru lahir pada
permulaan abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi atau perlawanan terhadap
kolonialisme dan karenanya merupakan perla`wanan terhadap colonial VOC dan Belanda yang terutama
digerakkan oleh raja-raja dan pemimpinpemimpin agama.
Kolonialisme modern, sebagaimana diterapkan VOC dan
Belanda di Indonesia mengandung setidaknya 3 unsur penting.
1. Politik
dominasi oleh pemerintahan asing dan hegemoni pemerintahan asing tersebut
terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu nasionalisme
Indonesia di bidang politik bertujuan menghilangkan dominasi politik Negara
asing dengan membentuk pemerintahan berkedaulatan rakyat yang dipimpin badan
permusyawaratan dan permufakatan dalam perwakilan.
2.
Eksploitasi ekonomi. Sikap pemerintah colonial berusaha mengeksploitasi
sumber alam negeri yang dijajah untuk kemakmuran dirinya, bukan untuk
kemakmuran negeri jajahan. Rakyat juga diperas dan dipaksa bekerja untuk
kepentingan ekonomi colonial, misalnya system Tanam Paksa (Culturstelsel) yang
diterapakn pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada awal abad ke-19 dan
menimbulkan perlawanan seperti Perlawanan Diponegoro. Karena itu, nasionalisme
Indonesia hadir untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dengan berdikari.
3. Penetrasi
budaya. Kolonailisme juga secara sistematis menhapuskan jati diri suatu bansga
dengan mengahncurkan kebudayaan dan budaya bangsa yang dijajahnya, termasuk
agama yang dianutnya. Caranya dnegan melakukan penetrasi budaya, terutama
melalui system pendidikan. Karena itu, dibidang kebudayaan, nasionalisme
Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang harus
diselaraskan dengan perubahan zaman. Ia tidak menolak pengaruh kebudayaan luar,
tetapi menyesuaikan dengan pandangan
hidup, system nilai dan gambaran dunia (worldview, weltanschauung) bangsa
Indonesia.
Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dari
semangat yang mendasar dari Pancasila. Merujuk kepada pidato Bung Karnon (7 Mei
1953) di Universitas Indonesia, yang intinya ialah:
1)
Nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme sempit (chauvinism) tetapi
nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan (humanism, internasionalisme)
2)
Kemerdekaan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk menjadikan Negara yang
berdaulat secara politik dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan kepribadian
sendiri atau kebudayaan yang berpijak pada system nilai dan pandangan hidup
bansga Indonesia sendiri yang `bhineka tunggal`
Ahli sejarah terkemuka Sartono Kartodirdjo
mengemukakan bahwa disebut “nation” dalam konteks nasionalisme Indonesia ialah
suatu konsep yang dialamatkan pada suatu komunitas sebagai kesatuan kehidupan
bersama yang mencakup berbagai unsure yang berbeda dalam etnis, kelas atau
golongan social, system kepercayaan, kebudayaan, bahasa, dan lain sebagainya.
Kesenuanya terintegrasikan dlaam perkembangan sejarah sebagai kesatuan system
politik berdasarkan solidaritas yang ditopang oleh kemauan politik bersama
(dalam “Nasionalisme”, Lampau dan Kini Seminar tentang Nasionalisme 1983 di
Yogyakarta)
Pengertian yang diberikan Sartono Kartodirdjo
didasarkan pada perkembangan sejarah bangsa Indonesia dan realitas social
budayanya, serta berdasarkan berbagai pernyataan politik Perhimpunan Indonesia
sebelum kemerdekaan seperti manifesto Perhimpunan Indonesia dan Sumpah Pemuda
1928. Unsure-unsur nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:
a.
Kesatuan yang mentransformasikan hal-hal yang bhinneka menjadi seragam
sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Akan tetapi persatuan dan kesatuan
tidak boleh disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.
b.
Kebebasan merupakan keniscayaan bagi negeri-negeri yang terjajah agar
bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas
pula dari kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
c.
Kesamaan merupakan bagian implicit dari masyarakat demokratis dan
merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik colonial yang diskriminatif
dan otoriter.
d.
Kepribadian yang lenyap disebabkan ditiadakan, dimarginalkan secara
sistematis oleh pemerintah colonial Belanda.
e.
Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan
kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk berjuang
menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa.
Notonagoro, seorang ahli filsafat dan hokum terkemuka
dari Universitas Gajah Mada mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks
Pancasila bersifat “najemuk tunggal” (bhinneka tunggal ika). Unsure-unsur yang
membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
a.
Kesatuan sejarah, ayitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan
sejarahnya yang panjang sejak jaman Sriwijaya, Majapahit, dan munculnya
penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka, nasionalisme pertama dicetuskan
dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi
Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
b. Kesatuan
nasib, bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib yaitu
penderitaan selama masa penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara
terpisah dan bersama-sama sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat
memproklamasikan masa pendudukan tentara Jepang.
c.
Kesatuan kebudayaan, walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman
kebudayan dan menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu merupakan
satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar
yang dianut bangsa Indonesia, Hindu-Buddha, Katolik, Kristen, dan Islam.
d. Kesatuan
wilayah, bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama, yaitu
tumpahdarah Indonesia.
e.
Kesatuan asas kerohanian, bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita,
pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup,
masyarakat Indonesia sendiri di masa lalu maupun pada masa kini.
Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau
Negara, Soepomo dan Mohamad yamin mengemukakan agar bangsa Indonesia menganut
paham integralistik, dalam arti bahwa Negara yang didiami bangsa Indonesia
merupakan suatu kesatuan integral dari unsure-unsur yang menyusunnya. Paham
integralistik mengandaikan bahwa Negara harus mengatasi semua golongan lain
pihak, Notonagoro mengusulkan agar NKRI menjadi Negara yang berasaskan
kekeluargaan.
Dengan demikian, secara umum bahwa nasionalisme
sebagai gejala historis mempunyai peranan dominan dalam abad ke-20 dalam proses
formatif Negara-negara nasional di Asia Afrika. Ideology politik mempunyai
fungsi teleogis serta memberi orientasi politik bagi suatu masyarakat sehingga
terbentuk solidaritas yang menjadi landasan bagi proses pengintegrasian sebagai
komunitas politik atau nation. Pembentukan komunitas politik dalam kerangka
nasion menciptakan unitarisme dan pluralism, seuatu revolusi integrative
sehingga secara structural-fungsional unit politik baru meningkatkan potensi
kolektif untuk melakukan adaptasi konstelasi mondial ekonomis, social, dan
politik. Kehidupan nasionalisme Indonesia yang dilahirkan dalam kancah
perjuangan perintis kemerdekaan pada masa colonial dan diteruskan oleh
perjuangan fisik selama revolusi menuntut suatu kontinuitas di masa depan,
tidak lain karena prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya masih memerlukan
pemantapan selama proses nation-building di Indonesia masih berjalan terus.
a.
Kepribadian Nasional
Pengalaman kolektif bangsa atau sejarahnya
mengkristalisasi pula pada kepribadian nasionalnya. Ciri-ciri kepribadian ini
bersama-smaa membentuk identitasnya sehingga identitas nasional sebagai
totalitas karakteristik bangsa dapat dipandang pula sebagai symbol kepribadian
nasional. Disamping itu, kepribadian bangsa juga sangat dipengaruhi oleh etos
kerja bangsa, yaitu totalitas nilai-nilai hidup yang membentuk pola kelakuam
serta gaya hidup bangsa. Kita mengenal etos Protestan yang mneurut Max Weber
mendasari perkembangan kapitalisme, etos Virtu Zaman Renaissance yang selalu
hendak mencapai excellence, etos Samurai di Jepang, dan sebagainya
(Kartodirdjo, 1994)
Apabila nilai-nilai Pancasila sepenuhnya dapat
dihayati serta melembaga dalam kehidupan bangsa, maka terbentuklah etos
Pancasila. Dalam kerangka pemikiran tentang nasionalisme sudah barang tentu
nilai-nilai atau prinsip-prinsip nasionalisme akan mengambil tempat yang
penting dalam proses pelembagaan kepribadian bangsa. Selain itu, Nasution
membedakan diri dari yang lain berdasarkan indivualitas atau personalitasnya
yang memuat suatu totalitas ciri-ciri yang mewujudkan kepribdaiannya dan
identitasnya. Hal ini merupakan salah satu prinsip nasionalisme.
Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di
Indonesia diawali dengan pembentukan identitas nasional yaitu dengan adanya
penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut negara kita ini. Dimana
selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang
perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu
mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan
penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan
Indonesia bukan atas nama daerah lagi. Istilah Indonesia mulai digunakan sejak
:
1) J.R. Logan
menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan nusantara
dalam tulisannya pada tahun 1850.
2) Earl G.
Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk
nusantara dengan Indonesia.
3) Serta
tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
4) Istilah
Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang
awalnya bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
5) Nama
majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
6) Istilah
Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah
Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh
setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia
maupun yang di luar wilayah Indonesia.
7) Kata
Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945.
b.
Kesadaran Nasional
Dalam proses sosialisasi atau inkulturasi warga Negara
untuk nation-building sangatlah penting fungsi kesadaran nasional, suatu
kesadaran yang menempatkan pengalaman, dll. Kesemuanya ditempatkan dalam
konteks nasional, baik secara sinkronis maupun diakronis. Konteks sinkrons
membuat wawasan nasional sebagai waawasan sistemik yang mencakup berbagai aspek
kehidupan, diantaranya interdependensi. Konteks diakronis menempatkan
eksistensi kini dalam prespektif sejarah. Dalam hal ini, kesadaran
sejarahnyalah yang mampu memperkuat kesadaran nasional karena eksistensi
nasional dewasa ini hanya dapat diterangkan dengan pengungkapan perkembangan
historisnya. Dengan sejarah akan terungkap pengalaman kolektif bangsa, nasib
bersama, dan suka dukanya. Sejarah dapat memupuk solidaritas dan integrasi
bangsa. Pengalama kolektif itu akan menjadi sumber inspirasi serta aspirasi
bagi hal-hal yang terdapat dalam eksistensi dan kekinian. Sejarah nasional
sebagai landasan kesadaran nasional berfungsi untul memaparkan lahirnya Negara
nasional, lagi pula memberi legitimasi akan eksistensi bangsa.
Suatu yang tdiak berlebihan apabila dikatakan bahwa
sejarah nasional menempatkan symbol identitas nasional sehingga mempunyai
fungsi kunci dalam pendidikan nasional. Nasionalisme menimbulkan national pride
dan national obligation. Yang kedua bertumpu pada yang pertama, sedangkan yang
pertama hanya dapat diciptakan berdasarkan inspirasi dan aspirasi nasional.
Seperti telah dinyatakan diatas bahwa kedua hal ini bersumber pada kesadaran
nasional beserta kesadaran sejarahnya. Dengan demikian, jelaskan bahwa sejarah
memegang peranan penting atau kunci dalam nation-building.
B. Golongan Terpelajar
Abad ke-19 merupakan keuntungan bagi pemerintah
kolonial Belanda. Politik Eksploitasi melalui Tanam Paksa menghasilkan
keuntungan tak terkira. Keuntungan yang diperoleh oleh Belanda tersebut antara
lain :
1. Dapat melunasi utang negara
2. membuat jalan-jalan kereta api,
gedung-gedung, serta
3. membangun pusat perindustrian.
Tetapi akibat yang ditimbulkan bagi
rakyat Indonesia berbanding terbalik dengan keadaan Belanda, yaitu penderitaan
rakyat yang tak terkira hebatnya. Itu sebabnya kritik pedas terhadap sistem
tanam paksa gencar terlontar sehingga secara berangsur-angsur tanam paksa
dihapuskan. Pada masa itu tuntutan di Eropa mengharuskan sistem tanam paksa diubah
ke sistem yang lebih liberal (bebas), yaitu Politik Pintu Terbuka, tetapi
prakteknya di Hindia Belanda tetap sama yaitu berlangsungnya eksploitasi tanah
jajahan.
Perkembangan perusahaan perkebunan
menuntut perluasan tanah. Bukan saja tanah kosong tetapi tanah pesawahan rakyat
pun diubah menjadi tanah perkebunan, sehingga tanah-tanah petani di Pulau Jawa
semakin sempit. Politik Liberal menekankan harus adanya perlindungan pada
rakyat tetapi keuntungan perusahaan banyak mengandalkan pada upah buruh yang rendah.
Hal ini tentu saja menyebabkan rakyat tetap menderita. Karena semua inilah,
Partai Liberal yang menguasai Parlemen Belanda menuntut adanya suatu perubahan
dalam sistem pemerintahan di Hindia-Belanda, yaitu perubahan yang dapat membawa
peningkatan peradaban rakyat pribumi.
Berhasilnya tuntutan mereka
mengakibatkan dijalankannya Politik Etis (Politik Hutang Budi). Mereka
beranggapan bahwa bertahun-tahun pemerintah kolonial Belanda mengeruk
keuntungan dari kekayaan, waktu dan tenaga pribumi. Semua itu anggaplah sebagai
hutang Belanda kepada bangsa Indonesia. Perubahan ini tidak terlepas dari
tulisan Conrad Theodor Van Deventer dalam majalah De Gids yang berjudul Eean
Eereschuld atau Debt Of Honour (Hutang Kehormatan) tahun 1899 yang telah
merintis diterapkannya Politik etis di Indonesia. Hutang kehormatan itu dapat
dibayar Belanda melalui perubahan-perubahan hidup serta budaya yang dapat
meningkatkan kemakmuran rakyat pribumi, yang dilakukan dengan 3 cara yaitu
:
1. Irigasi , membangun saluran-saluran air untuk
meningkatkan pertanian
2. Transmigrasi, memindahkan penduduk dari tempat
padat ke tempat yang jarang penduduknya
3. Edukasi, mendirikan sekolah-sekolah untuk memajukan
rakyat Indonesia. Politik Etis kemudian didukung “Politik Asosiasi” yang menghendaki
kesatuan kerja sama yang erat antara golongan Eropa dengan rakyat pribumi,
kesatuan tentunya dalam kerangka kolonial, sehingga kebutuhan akan
tenaga-tenaga terdidik dan ahli mendorong pemerintah untuk mendirikan Sekolah
dasar, menengah dan sekolah pamongpraja.
C. Pelaksanaan Politik Etis
Ratu Wihelmina kemudian menerapkan Politik Etis ini di
Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tetap saja rakyat Indonesia yang
mengalami kerugian, hal ini disebabkan :
1. Irigasi, digunakan untuk mengairi perkebunan tebu
dan tembakau milik pengusaha Belanda.
2. Transmigrasi, ke luar Jawa khususnya Sumatra
dimaksudkan unutk mempermudah pengusaha-pengusaha luar Jawa memperoleh tenaga
kerja yang murah.
3. Edukasi, kepada rakyat dibatasi untuk mengenyam
pendidikan dengan adanya aturan :
a. Pendidikan Barat diberikan kepada
orang-orang Eropa, keturunan dan orang-orang pribumi dari kaum bangsawan dengan
Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
b. Pemberian pendidikan untuk golongan terendah
disesuaikan dengan kebutuhan untuk menghasilkan tenaga kerja murah. Tetapi
bagaimanapun juga perkembangan dari hasil Politik Etis telah menumbuhkan suatu
golongan cerdik-pandai di kalangan rakyat Indonesia, golongan inilah yang
pertama kali sadar akan dirinya dan keadaan yang serba terbelakang dari
masyarakat bangsanya. Mereka bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru dan
berjuang untuk perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak hanya menuntut
kesejahteraan ekonomi rakyat, tetapi juga menuntut kemerdekaan nasional.
D. PENDIDIKAN MASA KOLONIAL
Pendidikan kolonial adalah
pendidikan yang diorganisir oleh pemerintah Kolonial. Penyelenggaraan
pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintahan itu sendiri, berupa
kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor atau perkebunan.
Karena kepentingan itu pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang.
Terdapat perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumi putera.
Pelaksanaan pendidikan bagi bangsa Indonesia diselenggarakan pemerintah Belanda
dengan ciri-ciri khusus sebagai berikut:
a. Gradualisme (berangsur-angsur, lambat dan bertahap)
dalam penyediaan pendidikan
b. Sistem Dualisme dalam pendidikan yang
mendiskriminasikan pendidikan bagi anak Belanda dan pendidikan untuk bumi
putera.
c. Pendidikan dilaksanakan dengan keterbatasan tujuan,
yakni menghasilkan pegawai administrasi
d. Perencanaan pendidikan yang sistematis untuk
pendidikan anak bumiputera sama sekali tidak ada.
Masing-masing sekolah berdiri
sendiri tanpa hubungan organis antara satu dan yang lain serta tanpa jalan
untuk melanjutkannya. Peraturan pendidikan :
1. pendidikan Barat diberikan kepada penduduk pribumi
dengan bahasa belanda sebagai bahasa pengantar
2. pemberian pendidikan untuk penduduk golongan rendah
disesuaikan dengan kebutuhan.
- Pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja yang bermutu cukup tinggi untuk industri, ekonomi dan pemerintahan
- pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli
tingkat rendahan yang berupah murah.
D. Peranan golongan Terpelajar/Cendekiawan
Timbulnya golongan
terpelajar merupakan salah satu faktor pendorong dalam Pergerakan Nasional.
Golongan inilah yang pertama kali menyadari akan keterbelakangan bangsanya.
Mereka dapat melihat kepincangan-kepincangan sistem pemerintahan Kolonial
Belanda. Sebab merekalah yang mulai mempelajari sejarah budaya bangsa dan
menemukan kesalahan bangsanya dalam menghadapi Belanda., yaitu :
a. Tak adanya semangat persatuan.
Perjuangan dimasa lalu bersifat lokal, masing-masing daerah.
b. Tujuan mereka berjuang tidak
jelas, untuk apa mereka berjuang tidak terarah.
c. Terlalu terpusat pada
seorang pemimpin yang kharismatis dan dianggap oleh pengikutnya mempunyai
kesaktian.
d. Perjuangan
tidak terorganisir, tanpa organisasi
e. Kebanyak menggunakan senjata
tradisional seperti pedang, tombak dan panah.
Itulah beberapa sifat perjuangan kita dimasa lalu dalam menghadapi kekuatan
penjajah, selalu diselesaikan dengan cara militer, tanpa arah, tanpa organsai
sehingga bagi Belanda amat mudah untuk mengatasinya. Dengan adanya Politik Etis
yang telah melahirkan golongan terpelajar, dan melalui kepeloporan golongan
cendekiawan inilah, kesadaran bangsa Indonesia kemudian tumbuh, sehingga
dimulailah era baru dalam perkembangan Sejarah Indonesia, yaitu “Era
Kebangkitan Nasional” .
Peranan golongan ini
antara lain:
1. pelopor gerakan nasional Indonesia melalui
organisasi kebangsaan modern
2. Menumbuhkan
semangat nasionalisme
3. mendidik dan menyadarkan bangsa melalui
organisasi pendidikan.
Di bawah kepemimpinan kaum terpelajar, sebagai elite baru di Indonesia,
bangkitlah keinginan untuk berorganisasi, maka lahirlah Budi Utomo sebagai
organisasi perjuangan yang modern yang disusul oleh organisasi lainnya, seperti
di bawah ini :
ORGANISASI-ORGANISASI PERGERAKAN
NASIONAL
1. Awal
pergerakan National (1908-1912)
a. Budi
Utomo
Didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di
Jakarta oleh beberapa mahasiswa STOVIA di bawah pimpinan Sutomo. Pada dasarnya
tujuan dari BU ini adalah untuk Memajukan pendidikan dan kebudayaan Jawa. Budi
Utomo merupakan organisasi modern pertama yang menjadi pelopor Pergerakan
Nasional Indonesia karena memiliki pemimpin, dasar, tujuan organisasi yang
jelas dan keanggotaannya diatur secara modern.
Kongres I di Yogyakarta tanggal 3-5
Oktober 1908 dihadiri oleh anggota BU dari cabang Jakarta, Bogor, Bandung,
Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. menghasilkan keputusan :
1. BU tidak akan mengadakan kegiatan politik.
2. kegiatan
organisasi terutama bergerak
3. Ruang gerak BU terbatas di daerah Jawa dan
Madura. Pada
Kongres I ini, berhasil pula menyusun struktur organissi dengan Ketua R.T
Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dan pusat kegiatan ditetapkan di Yogyakarta.
b. Sarekat Islam
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah
perkumpulan yang memiliki corak keagamaan, bernama Sarekat Dagang Islam (SDI)
yang didirikan (10 September 1911) oleh H. Samanhudi di Solo. Faktor yang
melatarbelakangi didirikannya SDI adalah :
1. Mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan berrdagang
2. membantu
menyelesaikan masalah anggotanya
3. memajukan
pendidikan dan kesejahteraan rakyat
4. memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru
mengenai ajaran agama islam
5. membina anggotanya untuk menurut perintah agama
Islam
Dalam Kongres di Surabaya atas usul H.O.S Tjokroaminoto, SDI berubah
menjadi SI. Perubahan ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan saat itu, sehingga
organisasi ini menjadi lebih terbuka, sebelumnya keanggotaan terdiri dari para
pedagang Islam, maka kini lebih luas lagi yaitu bagi semua masyarakat dari
berbagai profesi yang beragama Islam.
Periode 1917-1920
kecepatan tumbuhnya SI sangat pesat sehingga SI merupakan organisasi massa
pertama di Indonesia yang sangat terasa pengaruhya di dalam politiik Indonesia.
c. Indische
partij
Indische partij Tokohnya adalah “Tiga serangkai”, E.F.E Douwers Dekker, Dr. Suwardi Suryaningrat, Dr. Tjipto Mangunkusumo di bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan IP antara lain :
mempertebal kecintaan terhadap Indonesia, memperbaiki keadaan ekonomi bangsa
Indonesia terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah, mewujudkan
kemerdekaan Indonesia
Tujuan dan program IP
disebarluaskan melalui propaganda dalam kampanye dan surat kabar, karena dengan
tegas memperjuangkan Indonesia merdeka, pemerintah colonial membatasi
gerak-gerik IP. Pada tahun 1913, IP dinyatakan sebagai partai terlarang.
Larangan tersebut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi Suryaningrat berjudul
Als Ik een nederlandica was (jika Saya seorang Belanda) sebagai reaksi terhadap
peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Secara tajam
tulisan itu menyindir tindakan pemerintah colonial yang mewajibkan bangsa
Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajahnya. Sebagai tindak lanjut larangan IP, tiga serangkai ditangkap dan diasingkan
ke Belanda.
- Masa radikal /non Kooperatif
(1918-1930)
a. Perhimpunan Indonesia
Tujuan didirikannya untuk Memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia, dasar perjuangannya self Help (berdikari) dan Non
Mendicancy (tidak meinta-minta)
Perhimpunan Indonesia berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama
Indische Vereeniging. Organisasi ini didrikan pada tahun 1908 sebagai forum
komunikasi diantara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri atas
prakarsa Sutan Kasayangan dan Noto Subroto
Pada tahun 1925 namanya diganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Tokohnya
adalah Muhamad Hatta, Ahmad Subarjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Abdul Majid,
R. Sosrokartono
Dalam menyebarluaskan
cita-citanya disampaikan melalui Majalah Indonesia Merdeka. Kegiatan PI dilakukan sebagai berikut :
1. mempropaganda cita-cita dan tujuannya
kepada para pemuda dan tanah air Indonesia
2. bekerja sama dengan bangsa-bangsa terjajah
di Negara-negara lain dengan cara melakukan hal sebagai berikut ;
- 1926 mengirim
utusan yang dipimpin Drs. Moh Hatta untuk menghadiri Liga Demokrasi untuk
Perdamaian di Paris.
- Menjadi anggota
Liga Penentang Imperialisme dan penindasan Kolonial tahun 1927.
b. Partai
Nasional Indonesi
Tokohnya adalah Ir. Sokarno berdiri di
Bandung 4 Juli 1927. tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka yang dilakukan
atas usaha sendiri. Anggota PNI sekitar 10.000 orang. PNI dapat menggabungkan
partai-partai yang ada pada saat itu ke dalam Pemufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang terbentuk
pada bulan Desember 1927.
Adanya gabungan partai ini mempermudah
jalan para pemuda Indonesia untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928. Belanda khawatir akan perkembangan PNI sehingga pada tanggal 29 Desember
1929 Belanda menangkap Ir. Soekarno dan kawa-kawan.
c. Partai
Komunis Indonesia
Benih PKI adalah Indische Social
democratische Vereeniging (ISDV) didirikan tahun 1914 oleh Sneivleit dan
semaun. Dasarnya adalah komunis. Tahun 1920 ISDV diganti menjadi PKI. Usaha
mencari massa dengan menyusup ke organisasi lain seperti sarekat islam. Tahun 1926 PKI memberontak dan para pemimpinnya dibuang ke Tanah Merah dan
Digul (Irian Barat).
3. Masa
Moderat
a. Partai
Indonesia Raya
Tokoh pendirinya adalah dr. Soetomo. Berdiri di solo tanggal 26 desember
1935. tujuannya mencapai Indonesia raya dengan cara memperkokoh kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia, menjalankan aksi politik untuk mencapai
pemerintahan demokrastis, memajukan ekonomi dan social masyarakat
Indonesia. Merupakan
gabungan Budi Utomo dengan persatuan bangsa Indonesia.
b. Gerakan
Rakyat Indonesia
Tokohnya adalah Drs. A. K. Gani, Mr
sartono, Mr Muhammad Yamin, Mr. Amir Syarifudin, R Wilopo. Berdiri di Jakarta
tanggal 24 Mei 1937. Tujuannya sdalah mencapai Indonesia merdeka, memperkokoh
ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum buruh dan memberi bantuan bagi
kaum pengangguran.
c. Gabungan
Politik Indonesia
Tokohnya adalah Moh. Husni Thamrin, Amir
Syarifudin. Berdiri di Jakarta tanggal 21 Mei 1933. Tujuannya adalah menuntut kepada
pemerintah Belanda agar Indonesia berparlemen. Pada tanggal 15 Juli 1936
partai-partai politik melakukan aksi bersama yang menyuarakan tuntutan kepada
Belanda melalui Petisi Sutarjo. Isi petisi adalah menuntut agar Indonesia
diberi pemerintahan sendiri. Permintaan ini ditolak oleh pemerintah Belanda.
Sumpah Pemuda
Organisasi-pemuda yang betul-betul dipimpin dan diurus oleh Pemuda adalah
Tri Koro Dharmo, didirikan tanggal 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo merupakan
organisasi pelajar sekolah menengah yang berasal dari Jawa, Madura, Sunda, Bali
dan Lombok. Pada tahun 1918 diganti namanya menjadi Jong Java.
Pesatnya perkembangan Organisasi pemuda menyebabkan munculnya ide persatuan
dan peningkatan kesadaran untuk mendirikan hanya satu organisasi pemuda
Indonesia. Kongres Pemuda II pada tanggal 27028 oktober 1928 diadakan di
Jakarta, menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda. Dalam konres ini lagu Indonesia raya
karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kali dinyanyikan di muka umum dan
bendera Merah Putih dikibarkan.
Peranan Wanita
Masa Pergerakan Nasional sudah ada tokoh wanita yang berjuang khusus untuk
meningkatkan derajat wanita Indonesia agar sejajar dengan kaum pria dan turut
mendukung perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Pergerakan
wanita Indonesi diawali oleh Raden ajeng kartini.
Pergerakannya bersifat social, yaitu berusaha memperjuangkan derajat kaum
wanita agara sejajar dengan kaum pria. Ide-ide kartini tertuang dalam
surat-suratnya kepada teman-temannya yang terhimpun dalm buku “habis gelap
terbitlah terang”.
Tokoh lain yang melanjutkan cita-cita Kartini adalah Dewi Sartika yang
mendirikan sekolah wanita Keutamaan Istri tahun 1904 di Bandung.
Peranan Pers
Pers merupakan salah
satu alat perjuangan organisai pergerakan nasional. Selama penjajahan Belanda,
peranan pers tidak bisa dilepaskan dalam pergerakan nasional. Bagi organisasi
pergerakan media massa cetak berperan bagi penyebaran gagasan dan asas
perjuangan organisasi kepada masyarakat.
Komentar
Posting Komentar