Pemikiran PBB dan Proklamasi kemerdekaan RI

 

PEMIKIRAN PBB DAN PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945

Oleh: Deby Debora

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya negara Republik Indonesia dan merupakan babak baru sejarah bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. Pernyataan kemerdekaan Indonesia tersebut mencerminkan kuatnya keinginan bangsa Indonesia untuk mengatur negara sendiri tanpa campur tangan bangsa lain. Paska pernyataan kemerdekaan, langkah awal yang dilakukan para pendiri bangsa Indonesia adalah menyusun konstitusi negara sebagai sumber hukum ketata negaraan. Melalui sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkanlah Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar tersebut. Masalah selanjutnya yang dihadapi bangsa Indonesia paska proklamasi adalah mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Upaya-upaya mempertahankan kemerdekaan tersebut dilakukan karena adanya pihak-pihak yang tidak ingin berdirinya Negara Republik Indonesia, baik dari luar bangsa Indonesia maupun dari lingkungan internal bangsa Indonesia sendiri. Tantangan 2 eksternal yang dihadapi bangsa Indonesia adalah keinginan pemerintah Belanda melalui tentara sekutu untuk kembali menguasai dan meneruskan penjajahan terhadap bangsa Indonesia. Untuk menghadapi tantangan eksternal tersebut usaha mempertahankan proklamasi kemerdekaan dilakukan melalui diplomasi dalam bentuk perundingan, misalnya perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada tanggal 12 November 1946. mendarat di Jawa dan Sumatera pada April 1946. Sebelum mneraik diri Inggris berhasil memaksa Belanda untuk mengadakan perundingan guna mengakhiri pertempuran dengan RI. Hasilnya adalah Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada 12 November 1946. Perjanjian Linggarjati membentuk kesepakatan bahwa Belanda akan mengakui kedaulatan RI secar de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatera. Kedua belah pihak berjanji akan bekerjasama membentuk Republik Indonesia Serikat yang berdaulat, demokratis, dan federal di bawah naugan Uni , 2009: 216). Penyelesaian tantangan eksternal melalui jalur diplomasi dan perundingan banyak menemui rintangan dari kalangan internal bangsa Indonesia sendiri yang ditandai oleh jatuhnya kabinet Syahrir. Pada sisi lain tentara Belanda juga melakukan pelanggaran terhadap perjanjian Linggarjati dengan agresi militer yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 1947. Oleh karena itu, selain melalui jalan perundingan, usaha mempertahankan kemerdekaan dari serangan eksternal juga dilakukan melalui jalan perang atau konfrontasi. Dampak penyelesaian konfrontasi dengan tentara Belanda adalah munculnya simpati dunia internasional atas perjuangan Tentara Republik Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Dukungan dunia internasional melalui Komisi jasa Baik PBB memaksa Republik Indonesia dan Belanda melakukan 3 perundingan di atas kapal Amerika Serikat USS Renville, sehingga perundingan itu disebut perundingan Renville. campur tangan guna mengakhiri permusuhan. Dengan dukungan AS, Komisi Jasa baik PBB berhasil mengajak Indonesia dan belanda untuk berunding di atas kapal milik AS USS Renville yang berlabuh di teluk Jakarta. Pada 17 Januari 1948, setelah melalui perundingan alot kedua belah pihak menandatangani kesepakatan yang disebut Perjanjian Renville. Isi Perjanjian Renville memuat pengakuan de facto atas republik Indonesia dan mengatur peralihan Uni Indonesia-Belanda. Selain itu diduduki Belanda . Perjanjian Renville yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia berdampak luas pada ketidaksetujuan terhadap penyelesaian konflik antara Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda melalui jalur diplomasi. Ketidak setujuan atas perjanjian Renville juga memunculkan keinginan kelompok-kelompok tertentu untuk mendirikan negara dengan idiologi dan dasar yang lain. Misalnya pemberontakan bersenjata Partai Komunias Indonesia di bawah pimpinan Musso pada tahun 1948 di Madiun yang ingin mengganti Pancasila dengan idiologi komunis di Indonesia. Selain kelompok komunis yang ingin mengganti idiologi Pancasila dengan idiologi komunis, kelompok Islam juga ingin merubah idiologi Pancasila dengan idiologi Islam bahkan memunculkan keinginan adanya bentuk negara Islam di Indonesia. Apabila ditelusuri ke belakang, jauh sebelum pernyataan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 keinginan pembentukan Negara Islam di Indonesia sudah muncul dengan berdirinya Partai Sarikat Islam oleh Hadji Oemar Said Tjokro Aminoto yang menggunakan Islam sebagai dasar perjuangan. Setelah wafatnya Hadji Oemar 4 Said Tjokro Aminoto perjuangan pembentukan Negara Islam Indonesia juga diteruskan oleh tokoh-tokoh Islam lainnya, seperti Abi Kusno, Agus Salim, Wachid Hasyim. Keinginan pembentukan Negara Islam Indonesia secara konstitusional sudah dilaksanakan oleh tokoh-tokoh Islam pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia melalui sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang pada tanggal 1 Maret 1945. Sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) terjadi pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. Dalam masa sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) ini persoalan dasar negara merupakan pembicaraan yang memakan waktu panjang. Tokoh-tokoh Islam menginginkan negara Indonesia menggunakan syariat Islam sebagai dasar dan idiologi negara, sementara tokoh lain menginginkan Pancasila sebagai dasar idiologi negara. Melalui panitia sembilan, akhirnya berhasil menetapkan Piagam Jakarta dengan Pancasila kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang pertamanya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang- Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi resmi negara Republik Indonesia. Perubahan mendasar dilakukan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terhadap Piagam Jakarta, yaitu dihilangkannya tujuh kata pada sila pertama dalam Piagam Jakarta. Sila pertama Piagam Jakarta yang berbunyi 5 kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluktujuh kata tersebut mengecewakan tokoh-tokoh Islam Indonesia. Apabila dilihat dari sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekan Indonesia (BPUKI) dan sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) perjuangan pembentukan Negara Islam Indonesia dilakukan melalui jalan konstitusional, yaitu diperjuangkan oleh tokoh-tokoh Islam yang tergabung dalam BPUPKI dengan memasukkan syariat Islam sebagai dasar negara meskipun secara konstitusional dianggap gagal sehingga mengecewakan kelompok pergerakan Islam Indonesia. Selain secara konstitusional, pembentukan Negara Islam Indonesia juga dilakukan secara inkonstitusional melalui gerakan konfrontasi. Langkah konfrontasi dalam pembentukan Negara Islam Indonesia dilakukan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Sebelum gerakan konfrontasi dipilih, ide pendirian Negara Islam Indonesia oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sebenarnya sudah banyak disampaikan melalui konggres-konggres Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), contohnya adalah pemikiran tentang sikap hidjrah Partai Sarikat Islam Indonesia, pada tahun 1936 dan program aksi hijrah pada tahun 1937. Dapat dikatakan bahwa Kartosoewirjo menggunakan Partai Sarikat Islam Indonesia sebagai wadah untuk menyampaikan ide-ide pembentukan Negara Islam Indonesia. Selain melalui partai tersebut, Kartoseowirjo juga menggunakan Partai Masyumi sebagai wadah perjuangan. Gerakan konfrontasi yang dilakukan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dalam mendirikan Negara Islam Indonesia dilandasi oleh kekecewaan dan 6 ketidak setujuan terhadap pemerintah Republik Indonesia atas perjanjian Renville setelah terjadinya agresi Belanda ke wilayah Republik Indonesia. Dalam perjanjian Renville 17 Januari 1948, menyatakan bahwa Belanda memiliki kedaulatan atas Indonesia sebelum dibentuk Negara Indonesia Serikat dengan Indonesia sebagai negara bagian dari Republik Indonesia Serikat bentukan Belanda. Berdasarkan perjanjian tersebut, maka wilayah Republik Indonesia menjadi lebih sempit, sehingga anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jawa Barat yang dianggap sebagai wilayah Belanda harus dipindahkan ke Jawa Tengah. Indonesia, yang menyangkut masalah peletakan senjata dalam konflik antara Indonesia dan Belanda. Persetujuan berisi perbagai macam ketentuan dan syarat mengenai pelaksanaan gencatan senjata dan beberapa pasal sebagai dasar perundingan politik, kedaulatanBelanda di Indonesia sebelum terbentuknya Negara Indonesia Serikat dan kedudukan Republik Indonesia sebagai negara bagian. Perpindahan anggota TNI dari Jawa Barat ke Jawa Tengah tersebut menyebabkan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo menganggap adanya kekosongan pemerintahan dan tentara di wilayah Jawa Barat. Kekosongan pemerintahan dan tentara di wilayah Jawa Barat tersebut dimanfaatkan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo untuk memproklamirkan Negara Islam Indonesia di wilayah Jawa Barat. Proklamasi Negara Islam Indonesia oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya Jawa Barat. Pada tanggal 7 Agustus 1949, bertepatan dengan 12 Syawal 1368 H, di Desa Cisampang, Kecamatan Cilugalar, Kawedanan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, S.M. Kartosoewirjo bersama pengikutnya memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) dengan Kartosoewirjo sebagai presidennya). 7 Proklamasi Negara Islam Indonesia tersebut terjadi di tengah-tengah agresi Belanda ke wilayah Indonesia, dan setelah terjadi pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Pemerintah Belanda maka Kartosoewirjo dengan Negara Islam Indonesianya diminta untuk kembali bergabung menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akan tetapi Kartosoewirjo menolak ajakan kembali ke Republik Indonesia. Perselisihan antara pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno pada masa itu tidak hanya dengan Kartosoewirjo tetapi juga dengan Daud Baurueh di Aceh yang menyatakan memisahkan diri dari Republik Indonesia dan ikut dengan Negara Islam Indonesia Kartosoewirjo. Demikian juga Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, Amir Fatah di Jawa Tengah dan Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan menyatakan ikut menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia Kartosoewirjo. Peristiwa tersebut akhirnya memaksa pemerintah Republik Indonesia untuk mengambil sikap tegas terhadap Kartosoewirjo dengan Negara Islam Indonesia yang didirikannya. Konfrontasi antara Kartosoewirjo dengan Pemerintah Republik Indonesia dan keengganan Kartosoewirjo untuk menyerahkan diri kepada Pemerintah Republik Indonesia, maka gerakannya dianggap sebagai pemberontakan yang harus dibasmi. Konfrontasi tersebut terjadi hampir 13 tahun lamanya sampai tertangkapnya Kartosoewirjo oleh pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan ditangkap dan dihukum matinya Kartosoewirjo pada tahun 1962, maka Negara Islam Indonesia dengan sendirinya bubar. 8 Berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di awal masa kemerdekaan Republik Indonesia tersebut, merupakan salah satu peristiwa penting yang membekas dalam catatan sejarah panjang Republik Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan internal bangsa Indonesia. Dalam peristiwa sejarah tersebut, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo adalah tokoh pemberontak yang gagal mendirikan negara di wilayah Republik Indonesia melalui jalan konfrontasi.

. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran dalam piagam PBB dan proklamasi 17 agustus 1945

 Manfaat Penelitian

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Menambah wawasan dan pemahaman kepada pembaca umumnya dan khususnya peneliti tentang pemikiran dalam piagam PBB dan proklamasi 17 agustus 1945

2) Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran sejarah khususnya tentang pemikiran dalam piagam PBB dan proklamasi 17 agustus 1945

3) Memberikan informasi kepada pihak lain yang ingin meneliti pada masalah yang sama.

Pemikiran dalam piagam PBB, proklamasi 17 agustus 1945 dan perangkat kenegaraan serta maknanya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa kini

PBB

1. Diplomasi Preventif dan Mediasi

Cara paling efektif untuk mengurangi penderitaan manusia dan biaya ekonomi yang besar akibat konflik dan akibatnya adalah dengan mencegah konflik itu terjadi. PBB berperan penting dalam pencegahan konflik dengan menggunakan perangkat diplomasi, pengaruh besar, dan mediasi.

 

2. Pemelihara Perdamaian

Pemelihara perdamaian telah terbukti menjadi salah satu alat paling efektif bagi PBB untuk membantu penyelesaian konflik. Saat ini operasi pemeliharaan perdamaian tidak hanya ditujukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan, tetapi juga untuk memfasilitasi proses politik, melindungi warga sipil, membantu dalam perlucutan senjata, demobilisasi dan reintegrasi mantan kombatan, mendukung proses konstitusional dan pemilihan, melindungi dan mempromosikan Hak Asasi Manusia (HAM), membantu memulihkan aturan hukum, serta memperluas otoritas negara yang sah. Operasi pemelihara perdamaian mendapatkan mandat dari Dewan Keamanan PBB. Terdapat 15 operasi pemelihara perdamaian PBB yang saat ini dikerahkan dari total 71 yang dikerahkan sejak 1948.

3. Pembangun Perdamaian

Kegiatan-kegiatan pembangun perdamaian PBB ditujukan untuk membantu negara-negara terlepas dari konflik, mengurangi risiko konflik berulang, serta membuat landasan bagi perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.

4. Melawan Terorisme

PBB seringkali diminta untuk mengkoordinir perjuangan dunia melawan terorisme. Delapan belas instrumen universal melawan terorisme internasional telah diuraikan dalam kerangka kerja PBB yang berkaitan dengan kegiatan teroris tertentu. Pada September 2006, Negara-negara Anggota PBB mengadopsi Strategi Anti-Terorisme Global Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini adalah pertama kalinya Negara-negara Anggota PBB menyetujui kerangka kerja strategis dan operasional dalam melawan terorisme.

5. Perlucutan Senjata

Majelis Umum dan badan-badan lain di PBB yang didukung oleh Kantor Urusan Perlucutan Senjata (Offices for Disarmament Affairs), bekerja untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan internasional melalui pencarian dan penghapusan senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya, serta pengaturan penggunaan senjata konvensional.

Proklamasi

1.        Kekuatan dan Solidaritas Pemuda

Sudah bukan rahasia lagi bahwa pemuda sebagai kekuatan vital yang dilibatkannya kedalam Perang Asia Timur Raya tidak dapat ditolak lagi kehadirannya. Baik pemuda yang bergerak secara formal maupun informal, pada dasaranya mereka ingin melepaskan diri dari kekuasaan fasisime Jepang. Akan tetapi dengan berubahnya posisi baru yang makin terdesak oleh sekutu mendorong timbulnya organisasi pemuda yang dinamai Angkatan Muda Indonesia (AMI)pada pertengahan tahun 1944. Awalnya didirikan atas inisiatif Jepang, tetapi kemudian tumbuh menjadi organisasi yang anti Jepang.

AMI menyelenggarakan kongres pemuda yang dihadiri utusan pemuda, pelajar dan mahasiswa dari seluruh Jawa antara lain: Jamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Cokroaminoto, dan sejumlah mahasiswa sekolah kedokteran (ika daigaku)  Jakarata. Mereka sependapat untuk bersatu guna menyiapkan proklamsi kemerdekaan yang bukan hadiah dari Jepang. Jiwa militas dan semangat nasionalis menjiwai kongres itu dengan hanya dinyanyikan lagu Indoensia raya dan dikibarkannya bendera merah putih, tanpa lagu Kimigayo dan bendera Hinomaru. Didalam kongers itu diajukan resolusi perlunya persatuan pemuda dibawah pimpinan nasionalis dan memprcepat pelaksanaan kemerdekaan. Didalam menciptakan proklamasi kemerdekaan Indonesia diperlukan tenaga pendorong yang dinamis yang tergabung dalam kelompok Sukarni, kelompok pelajar-mahasiswa, kelompok Syahrir dan kelompok angkatan laut (Kaigun). Kelompok ini membentuk aksi Masa untuk menghadapi pemerintah dengan bekerjasama dengan kelompok illegal.[2]

2.        Politik di Indonesia

Tahun 1905 tercatat dalam sejarah, kemenangan Jepang atas Rusia, yang dianggap sebagai terompet kebangkitan dunia timur. Makna kejadian internasional ketika itu hanya dapat dipahami oleh kalangan terbatas, yaitu kaum intelektual atau setidak–tidaknya kaum menengah. Mereka telah mempunyai kemampuan yang memungkinkan mereka memahami peristiwa internasional, berkat tingkat pengetahuan mereka atau karena hubungan mereka dengan dunia luar. Boleh jadi oleh sebagian intelektual Indonesia masa itu, kejadian tersebut dijadikan tonggak bagi usaha dalam merintis kemerdekaan.Tidak lama kemudian, tahun 1908 terbukti lahir Boedi Oetomo yang bergerak dalam bidang pendidikan. Walaupun masih terbatas pada bidang pendidikan dan bersifat Jawa sentris, tetapi dalam perkembanganya kemudian, yang terbukti dengan diperluasnya keanggotannya, perubahan nama menjadi Budi Utama, dan penyatuanya ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) pada tahun 1935 bersama-sama Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yan asalnya bernama Indonesische Studie Club Surabaya (1924), Boedi Oetomo lambat laun berkembangt kearah organisasi yang bertujuan politik.

Pada tahun 1911, berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian tahun 1923 menjadi Sarekat Islam (SI) dan tahun 1929 menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Menurut A. K. Pringodigdo, SI berbeda dengan Budi Utama yang merupakan organisasi kaum atasan, SI ini sejak berdirinya diarahkan kepada rakyat jelata. Hal ini dapat terlihat dari statute akta notaris si tanggal 10 november 1912 yang memuat: “Memajukan kepentingan rohani dan jasmani dari rakyat” dan “Memajukan kecerdasan rakyat” tetapi kenyataan membuktikan bahwa SI mewakili golongan menengah yang dalam perananya dalam bidang ekonomi terisolasi dan gerakannya terpengaruh oleh ajaran Islam.

Tahun 1912 berdiri Indische Partij, tahun 1913 berdiri Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) yang kemudian tahun 1920 berubah menjadi Partai Komunis Hindia (PKI). Tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI), tahun 1943 berdiri Majelis Syura Mulimin Indonesia (MASYUMI) sebagai lanjutan dari Majelis Islam Indonesia (MII), tahun 1927 berdiri Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsan Indonesia (PPPKI), tahun 1939 berdiri Gabungan Politik Indionesia (GAPI), tahun 1941 berdiri Majelis Rakyat Indonesia (MRI) sebagai pengganti KongresRakyat Indonesia (KRI).[3]

3.        Rengasdengklok

Pada dasarnya kedua kelompok itu mempunyai cita-cita yang sama yaitu kemerdekaan Indonesia, hanya saja  terjadi perbedaan dalam mewujudkannya. Kelompok muda ingin proklamasi dilaksanakan secara revolusioner untuk membuktikan bahwa proklmasi itu hasil jerih payahnya sendiri tanpa campur tangan Jepang. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung kepada bangsa atau Negara lainnya. Bung Karno menolak pandangan golongan muda. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi secara terorganisir, karena pihaknya ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI.Persoalan ini tidak mendapat tanggapan dari golongan muda, dan mereka tetap pada prinsip semula.Perbedaan pendapat itu mendorong para pemuda untuk membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 agar jauh dari pengaruh pemerintah pendudukan Jepang.

Saat itu, diJakarta sedang terjadi perundingan antara Ahmad Subardjo (mewakili gol.Tua) dengan Wikana (mewakili gol.Muda). Dari perundingan itu tercapai kata sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Akhirnya, Soekarno-Hatta dijemput dari Rengasdengklok. Sebelum berangkat, ke Rengasdengklok Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945. Selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Menurut mereka proklamasi ada di “tangan” mereka karena mereka sudah menguasai masa di Jakarta dan mereka mendesak tuntutannya kepada Soekarno-Hatta agar memproklamasikan Indonesia merdeka. Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, wilayah Peta, agar mau menandatangani proklamasi kemerdekaan yang akan segera dibacakan. Mereka khawatir kalau Soekarno-Hatta tetap di Jakarta akan diperalat oleh Jepang.

Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok itu merupakan realitas dan kesalahan perhitungan politik yang semata-mata berdasar sentimen. Dapat diterima kiranya pada detik-detik yang menentukan ini terjadi pertentangan dan perbedaan pendapat, di satu pihak lebih dikuasai emosi pemuda, sedangkan di pihak lain kelompok tua yang disebutnya sebagai kolaborator itu tetap dikuasai oleh rasio untuk dapat mencapai tujuan bersama yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia. [4]

4.        Penyusunan Teks Proklamasi

Puncak perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia merupakan kerjasama kelompk tua dan muda. Perhitungan politik yang tajam dikombinasikan dengan prosedur yang berlaku dalam sidang PPKI yang didirikan pada tanggal 7 Agustus 1945 yang menggantikan BPUPKI. Anggopta PPKI wajib membantu perang Jepang dan Negara Indonesia yang akan dibentuk menjadi  anggota Lingkungan Bersama Kesemakmuran Asia Timur Raya. Anggota PPKUI dipilih oleh jenderal Terauchi penguasa perang tetinggi di Asia Tenggara. Karena itu tiga orang tokoh pergerakan, terdiri dari   Ir.Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Weodiningrat diundang ke Dalat (Vietnam Selatan),  markas besar Jenderal Terauchi, pada tanggal 12 Agustus 1945 dikatakannya oleh Terauchi bahwa pemerintahan kemaharajaan Jepang memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, setelah PPKI dibentuk dan dipersiapan selesai pelaksanaanya dapat dilakukan segera dan diwilayahnya meliputi bekas Hindia-Belanda. Karena adanya perbedaan pendapat antara kelompok tua dan muda, maka Ir. Seokerano dan Hatta disingkirkan ke Rengasdengklok pada tanggal 6 Agustus jam 04.30. Akhirnya dicapai kesepakatan antara Ahamd Subardjo  ( kelompok tua)  dengan Wikana (kelomopok muda) bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta. Untuk kepentingan ini Laksamana Maeda bersedia menjamin keselamatan mereka selama mereka ada di rumahnya. Subardjo bersama Sudiro yang dikawal oleh Jusuf Kunto menjemput Soekarno- Hatta ke Rengakdengklok pada jam 18.00. Chudancho peta setempat, Subeno melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta setelah Subardjo menjanjikannya dengan taruhan nyawa bahwa proklamasi kemerdekaan akan diselenggarakan keesokan harinya, pada tangggal 17 Agustus selambat-lambatnya pukul 12.00.

Setelah Soekarno-Hatta sampai di Jakarta pukul 23.30, mereka segera menuju rumah Maeda, tetapi sebelumnya menemui Somubucho, Mayor Jenderal Nishimura untuk menjajagi sikapnya terhadap pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perbedaan pendapat terjadi karena Sokearno-Hatta akan memimpin sidang PPKI yang tertunda pelaksanaanya, sedangkan Nishimura akan berpegang pada statusnya yang baru setelah penyerahan Jepang kepada Sekutu bahwa sejak tengah hari Jepang tunduk pada Sekutu karena itu Soekarno-Hatta berpendapat bahwa tidak perlu membicarakan soal kemerdekaan itu dengan pihak Jepang. Mereka mengharapkan pihak Jepang tidak menghalang-halangi penyelenggaraan proklamasi. (Hatta, 1982:54-55).Kemudian Soekarno-Hatta kembali ke rumah Maeda, rumah yang aman dari tindakan Angkatan Laut yang terletak di daerah kekuasaan Angkatan Darat (Rikugun). Ini dimaksudkan agar memudahkan hubungan dengan Subardjo dan para pemuda yang bekerja di kantornya. Rumah itu dijadikan pertemuan kaum pergerakan tua atau muda.

Di ruang makan rumah Maeda dirumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa yang bersejarah itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan Diah menyaksikan Sukarno, Hatta, dan Subardjo membahas naskah proklamasi kemerdekaan indonesia. Soekarno lah yang menuliskan konsep proklamasi,sedangkan Hatta dan Subardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Pada jam 04.30 naskah proklamasi telah selesai dibuat dan terus dibawa ke ruang muka tempat PPKI dan atas usul Sukarni naskah itu ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, atas nama bangs Indonesia. Sudah tepat bila naskah itu ditandatanganinya karena merekalah sejak penjajahan Belanda dikenal sebagai pemimpin utama bangsa Indonesia. Akhirnya Soekarno memerintahkan kepoada Sayuti Melik utnuk mengetikan naskah itu sesuai dengan tulisan  tangan Soekarno, disertai dengan perubahn-perubahan yang telah disetujui rapat. Pertemuan dinihari itu menghasilkan naskah proklamasi. Agar seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya naskah iu harus diseberaluaskan. Soekarno mengusulkan  agar naksah itu dibacak di Lapangan Ikada tetapi Soekarno tidak setuju, karena tempta itu adalah tempat ymum yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Ia sendiri mengusulkan agar proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan timur no. 56. Usul disetujui dan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan di tempat itu pada tanggal 17 Agutus jam 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau jam 10.00 WIB ( Hatta, 1928: 54-55).[5]

5.        Pembacaan Teks Proklamasi

Pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Tidak ada reaksi dari pihak Jepang. Sementara para pemuda militan yang sebelumnya berkumpul di Jl. Prapatan pun sudah berjaga-jaga, kalau-kalau ada gangguan dari Jepang. Merekapun siap membacakan teks itu diasrama Jl. Prapatan 10, kalau-kalau upacara bendera di Jl. Pegangsaan Timur 56 dilarang Jepang.Upacara bendera dan proklamasi tidak dihadiri ribuan rakyat, sebab rakyat membanjiri lapangan Ikada, sekarang lapangan Monas. Malam sebelumnya, para pemuda sudah mengedarkan pamvlet bahwa esok hari akan diselenggarakan upacara proklamasi kemerdekaan disana. Begitu tau upacara dilangsungkan di rumah kediaman Bung Karno, merekapun berbondong-bondong menuju Jl. Pegangsaan Timur 56.

Peralatan disediakan seadanya, termasuk tiang bendera maupun mikrofon alat rekaman pun tidak baik, sehingga seperti pengakuan Jusuf Ronodipuro, suara Bung Karno tidak terekam. Suara rekaman yang kemudian diperdengarkan hingga sekarang itu, diucapkan akhir tahun 1951.Tiang bendera besi diambilkan dari tiang bendera di belakang rumah Bung Karno.Bendera merah putih dijahit oleh Ibu Fatmawati. Bung Karno yang sedang sakit didesak agar secepatnya mengumumkan atau membacakan Proklamasi kemerdekaan tersebut. Tetapi, Bung Karno mengatakan tidak akan mengumumkan tanpa kehadiran Bung Hatta. Tepat satu menit sebelum pukul 10.00 Bung Hatta datang. Setelah menyampaikan pidato singkat, teks proklamsi dibacakan pukul 10.00, dilanjutkan pengibaran bendera sangsaka merah putih dengan iringan lagu Indonesia Raya karya WR. Supratman

Selain teks asli yang dibacakan Bung Karno, setelah naskah selesai diketik pada dini hari sebelumnya, Bung Karno sudah meminta para pemuda agar menyebar luaskan nya dalam bentuk pamvlet.Secara beranting naskah dikirimkan keberbagai pelosok dunia. Naskah diterima diberbagai tempat dalam waktu yang berbeda-beda. Dibandung mislanya, sudah menerima pada siang hari, juga Yogyakata dimana kesultanan Yogyakarta Hadiningrat segera menyatakan dukungan. Keluar negri, berita dipancarkan dari Jakarta yang ditangkap radio di Yopgyakarta (piyungan), kemudian dipancarkan ke Bukittinggi untuk selanjutnya disiarkan ke India, barulah kemudian ke seluruh dunia.[6]

6.        Kehidupan Setelah Proklamasi

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan diproklamasikan, PPKI dengan aklamasi memilih Soekarno sebagai presiden pertama RI yang baru lahir itu, dengan Hatta sebagai Wakil Presiden. Dalam rapat itu pula, diadakan perubahan kecil dalam UUD yang telah dirancang dalam bulan Juli 1945, bagian-bagian yang pro-Jepang dihapus dari pembukaan UUD, dan memberikan tanggung jawab penuh kepada presiden selama 6 bulan. Sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) akan membantu presiden dalam pekerjaannya, dan secepat mungkin akan menggantikan PPKI. Anggota-anggota KNIP diangkat oleh Soekarno dan Hatta dalam tempo beberapa hari.Juga disetujui pembentukan sebuah partai tunggal, Partai Nasional Indonesia (PNI).[7]

Antara pertengahan bulan September dan pertengahan bulan oktober 1945 pihak Australia menduduki kota-kota besar di Indonesia Timur yang pada umumnya berlangsung sebelum terbentuknya pemerintahan-pemerintahan republik disana.  Pasukan-pasukan Inggris, yang sebagian besar terdiri atas orang-orang India, sementara itu bergerak memasuki Jawa dan Sumatera.Pasukan pertama sampai di Jakarta pada pertengahan kedua bulan September 1945, dan sepanjang bulan Oktober mereka tiba di Medan, Padang, Palembang, Semarang, dan Surabaya.Panglima Inggris untuk Indonesia, Letnan Jenderal Sir Philip Christison, ingin menghindari bentrokan-bentrokan dengan rakyat Indonesia.Oleh karena itu, dia mengirimkan serdadu-serdadu lama tentara kolonial Belanda dan pasukan-pasukan Belanda yang baru tiba ke Indoneasia Timur dimana pendudukan kembali Belanda berlangsung dengan cepat. Lenan Gubernur BelandaHubertus J. Van Mook juga lebih senang dengan pemusatan perhatian Belanda yang mula-mula pada Indonesia Timur yang memiliki kepentingan ekonomi besar yang dimana penduduknya diduga tidak begitu anti Belanda.

Pada bulan Oktober 1945 pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaannya di kota-kota besar dan kecil di Jawa yang berusaha diambil alih oleh bangsa Indonesia atas persetujuannya, sehingga menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan peperangan yang pertama. Pada bulan Oktober pasukan Jepang yang masuk ke daerah Indonesiamembantai pemuda-pemuda republik di Pekalongan (03 Oktober), mendesak kaum republik untuk keluar dari Bandung dan seminggu kemudian menyerahkan kota itu kepada pihak Inggris (10 Oktober, merebut kembali Semarang (14 Oktober), pada tanggal 2 November Soekarno memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi akhir bulan November pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke daerah pesisir. Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Tanggal 25 Oktober di kota Surabaya kira-kira 6000 pasukan Inggris terdiri atas serdadu-serdadu India tiba. Dalam waktu tiga hari perang berkobar, dan pada 30 Oktober ditetapkanlah suatu genjatan senjata.

Di Kerajaan Yogyakarta dilaksanakan perubahan sosial, pada tahun 1939 Sultan Hamengkubuwono VIII memerintahkan putranya agar kembali dari Belanda tempat ia belajar di Universitas Leiden. Tidak lama setelah dia kembali Sultan telah lama wafat dan dia melanjutkan tahta ayahnya dan memiliki gelar Sultan Hamengkubuwono IX. Selama pendudukan Jepang dia melakukan langkah-langkah ke arah pembaharuan pada kerajaannya, tetapi barulah setelah bulan Agustus 1945 usaha ini dapat dilanjutkan. Pada tahun 1946 undang-undang telah memperbaharui orang-orang untuk berhak memilih dewan-dewan dan kepala desa serta penghapusan pajak. Pemerintahan desa di Yogyakarta yang paling maju di Indonesia. Pada bulan Januari 1946 pendudukan kembali Belanda atas Jakarta telah berjalan begitu jauh singgah diputuskan kembali memindahkan kota republik ke Yogyakarta, yang tetap menjadi ibu kota Indonesia yang merdeka selama masa Revormasi.

Partai Komunis (PKI) terbentuk kembali pada bulan Oktober 1945, dan setelah mengalami banyak pertikaian dalam tubuh sendiri dan terjadi suatu bentrokan dengan satuan tentara Republik pada bulan Febuari 1946, pada April 1946 PKI telah dikuasai oleh para pemimpin generasi tua yang berorientasi internasional ortodoks, yang kebanyakan adalah mantan aktivis-aktivis dari tahun 1920-an yang kini bebas dari tahanan. Pada bulan-bulan awal 1946 tekanan-tekanan terhadap pihak Rebulik dan Belanda mulai meningkat.Pada bulan Dsember 1945-Januari 1946 Belanda menggantikan Australia di Indonesia Timur serta daerah Jawa.Pada bulan November 1946 Belanda telah mencapai kesepakatan diplomatik yang pertama, pihak Inggris telah mendesak tercapainya suatu kesepakatan sebelum menarik semua pasukan mereka dari Jawa dan Sumatera pada bulan Desember.Pada tanggal 12 November di Linggarjati Belanda mengakui Republik sebagai kekuasaan de facto di Jawa, Madura dan Sumatera. Dan masih banyak sekali peristiwa yang terjadi selama Revolusi dan setelah berakhirnya proklamasi dikumandangkan

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Prof. Dr. Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dar Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945, 1994, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dahm, Bernhard, Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaannya, Jakarta : LP3ES

http://www.setneg.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=19

St. Sularto & D. Rini Yuniarti, konflik di balik proklamasi (bpupki, ppki, dan kemerdekaan), 2010, Jakarta: Kompas

https://blog.ruangguru.com/pemikiran-piagam-pbb-dalam-upaya-menciptakan-keamanan-dan-perdamaian-dunia

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Dan Soeharto Oleh Ust.Hilmi Amirudin

Peristiwa Kontemporer Dunia (Perpecahan Uni Sovyet)

LATIHAN SOAL SEJARAH INDONESIA