Peran Pemuda Indonesia Sejak zaman sumpah pemuda hingga zaman mileneal
Nama : Syahra Syahputri
Kelas : XII IPS 2
Tugas : Sejarah Peminatan ( essay )
PERAN PEMUDA INDONESIA SEJAK ZAMAN SUMPAH PEMUDA
HINGGA ZAMAN MILENIAL
Kemerdekaan Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh dan kerja keras para pemuda. Memang para pemuda memiliki
peranan besar sebagai motor penggerak kebebasan bangsa atau penjajah. Berkat
desakan para pemuda yang menculik Soekarno dan Moh Hatta ke Rengasdengklok,
Jawa Barat, Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya.
Meski begitu, peran pemuda dalam
mengupayakan kemerdekaan jauh telah dilakukan sebelum 1945. Tujuh tahun setelah
berdirinya Budi Oetomo 1908, para pemuda mulai bangkit meskipun masih dalam
suasana kesukuan. Bangkitnya pemuda didasari seorang bernama Satiman yang
memiliki semangat berkobar yang menjadi penggerak bagi pergerakan pemuda. Tri
Koro Darmo menjadi wadah awal dari perhimpunan pemuda. Kelak, para pemuda
menyatukan tekadnya demi Indonesia dalam sebuah momentum yang dikenal dengan
sebutan Sumpak Pemuda pada Oktober 1928.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, tentu kita diingatkan kembali
akan sebuah momentum yang sangat krusial dan sangat luar biasa. Jika kita
memutar kembali memori masa lalu untuk melihat kehidupan para pemuda pada masa
itu, memang terlihat sangat membanggakan karena semangat juang yang membara dan
pantang menyerah demi menggapai cita-cita bangsa bersama. Lewat pernyataan Bung
Karno "beri
aku sepuluh pemuda niscaya akan kugoncangkan dunia" menandakan bahwa betapa tegas dan yakinnya beliau dengan kemampuan
pemuda pada zamannya. Dalam M.C Ricklefs (1994) dijelaskan bahwa lewat
sekumpulan pemuda Indonesia merdeka, peristiwa yang dimaksud adalah sekitar
proklamasi. Dalam penggalan cerita tersebut dapat di lihat bahwa bagaimana
semangat juang kaum muda yang terdiri dari Wikana, Chairul Saleh dan
kawan-kawan mendesak golongan tua yang dipimpin oleh Soekarno untuk segera
mengumandangkan kemerdekaan ditengah-tengah berita kekalahan Jepang. Hal serupa
juga diungkapkan oleh Selamat Muljana (2008) Beliau memberikan contoh, perjuangan
arek-arek Suroboyo yang dipimpin oleh Bung Tomo, melawan tantara sekutu demi
mempertahankan Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dari peristiwa di atas kita dapat
menilai bagaimana besar dan krusialnya peran pemuda pada masa itu.
Lalu bagaimana peran pemuda saat ini? Bukankah sekarang Indonesia
sudah merdeka dan perjuang fisik tidak dibutuhkan lagi? Lalu apa yang dapat
kami lakukan (para pemuda/ siswa) untuk menghayati sumpah pemuda 28 Oktober
1928? Mungkin pertanyaan itu sering muncul di benak kita. Namun untuk mereaktualisasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam sumpah itu, saat ini bukan hanya melalui kemeriahan berbagai
kegiatan seperti kirab pemuda dan sarasehan. Kegiatan tersebut bukannya tidak
tepat tetapi esensi dari kegiatan tersebut hanya menampilkan euphoria yang mengenyampingkan proses dan
tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut. Kirab pemuda contohnya esensi dari
kegiatan tersebut adalah bagaimana mewadahi generasi muda dari berbagai suku,
agama, ras, tempat tinggal bersatu padu mengenal satu sama lain berikrar serta
menghayati sampai mengimplementasikan isi sumpah pemuda, namun kenyataan di
lapangan berbanding terbalik. Kegiatan seperti itu saat ini lebih banyak
menampilkan euphoria yang
jauh dari makna kirab pemuda. Pemuda yang berkumpul dari berbagai kelompok
lebih menonjolkan ke’aku’-nnya dibandingkan mau berbaur dan menjalin keakraban
dengan kelompok lain. Tentunya, hal ini dapat memunculkan rasa chauvinisme yang berujung pada perpecahan.
Perjuangan pemuda dimasa kini
sebenarnya lebih berat dan kompleks. Kondisi bangsa telah berubah 90 tahun
pasca- Sumpah Pemuda, kondisi pemuda Indonesia pun berbeda, untuk menumbuhkan
semangat patriotism dalam diri generasi yang lahir dan tumbuh di lingkungan
serba digital saat ini yang disebut generasi milenial memang menjadi tantangan
tersendiri. Istilah milenial ini dimaksudkan untuk menggambarkan sebuah
generasi yang berbeda dari generasi sebelumnya, yaitu generasi yang dibesarkan
dengan cara yang berbeda, dalam keadaan berbada dan memiliki tujuan, ambisi, serta
motivasi yang berbeda pula
Beda
generasi tentu berbeda pula ladang perjuangannya. Jika zaman penjajahan para
pemuda berjihad dengan jiwa raganya untuk mencapai kemerdekaan, maka pemuda
saat ini, yang kita kenal dengan "Kaum Milenial" sudah
sepatutnya berjuang untuk meningkatkan daya saing diri dan bangsa di tengah
pesatnya peradaban dunia. Bonus demografi yang saat ini sedang kita nikmati
tentunya akan menjadi anugerah untuk melakukan lompatan jauh menuju Indonesia
yang maju dan sejahtera jika kaum milenial kita tumbuh menjadi pribadi yang
tangguh, berkualitas, dan berkarakter. Namun demikian, bonus demografi bisa
menjadi musibah jika generasi muda kita hanya tumbuh menjadi konsumen pengetahuan
dan enduser teknologi mutakhir.
Sudah
saatnya, kaum milenial Indonesia bangkit menunjukkan skill-skill terbaik dan
terhebatnya. Sudah tiba waktunya, kaum milenial menunjukkan gaungnya untuk
menggetarkan dunia dengan torehan prestasinya. Kita harus optimis, kaum
milenial kita memiliki segudang kemampuan, memiliki semangat kemandirian serta
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Melalui penyiapan generasi penerus
bangsa yang matang maka cita-cita mewujudkan Indonesia maju, sejahtera dan
mandiri bukanlah suatu angan-angan belaka. Spirit dari Sumpah Pemuda 1928
merupakan cambuk bagi kaum milenial untuk berinovasi dan berkreativitas
memajukan bangsa.
Indonesia
yang maju, adil, makmur, mandiri, berkarakter, dan berkepribadian merupakan
cita-cita bersama kita. Semoga melalui peringatan hari Sumpah Pemuda ke-91
tahun 2019 ini, semangat nasionalisme, patriotisme, samangat gotong-royong dan
bahu membahu serta semangat untuk melakukan perubahan tertanam kuat pada setiap
generasi muda Indonesia.
Komentar
Posting Komentar